Ini adalah catatan perjalanan kami sekeluarga ketika melaksanakan Umroh + Turki selama 12 hari. dari tanggal 26 Desember - 6 Januari 2019.
Bismillah...
Ijinkan saya membagi sedikit cerita tentang perjalanan ini. Sekedar merekam peristiwa, merekam sejarah. Mungkin ada terselip sedikit hikmah di dalamnya. Mungkiiin... aamiin ya rabbal'alamiin
Tapi gak jamin lho ya...
Hujan lebat mengawali perjalanan kami. Perjalanan umroh yang melipir dulu ke negara lain. Semoga perjalanan ini membawa keberkahan sebagaimana berkahnya air hujan bagi kehidupan.
Kami berangkat dari Karawang menuju Kuala Lumpur sebagai meet point dengan peserta umroh lainnya. Biro Travel kami adalah PT. Umroh Tavel Mandiri yang berkantor di Cibubur, Jakarta.
Kami berangkat hanya berempat. Ayahnya, Sayyid, Alyssa dan saya. Sedangkan Muthi karena kuliah di Padang, ia langsung dari Padang menuju KL. Dan bergabung dengan Kami di KL.
Dari Padang, Muthi berangkat tak sendiri. Dia kami titipkan kepada Pak Syaiful dan Bu Eti sekeluarga. Pak Syaiful, bu Eti dan dua anaknya adalah anggota UTM dari Bengkulu yang berangkat ke Malaysia dari Bandar International Minangkabau. Benar-benar pertolongan Allah buat anak gadis kami, sehingga ia tak berangkat sendiri ke negeri orang.
Perjalanan ke KL hanya membutuhkan 1,5 jam. Sama seperti Jakarta - Padang. Hanya saja ada perbedaan waktu antara Jakarta dengan KL. KL lebih cepat 1 jam.
Ketika sampai di bandara KLIA 2, yang pertama membuat anak-anak terpesona adalah bahasanya. Meski sama-sama dari rumpun melayu tapi ada beberapa perbedaan.
Seperti telepon genggam bagi mereka telepon bimbit. Imigrasi jd imigresen. Bahkan di pintu sopir bus tujuan KL Sentral tertulis. "Jangan biadab".
Diihh...siapa juga yang mau ngebacok?
Dalam perjalanan ini, kami sama sekali tak membawa mata uang dari negara yang kami tuju. Selain karena tak sempat menukar mata uang, juga lebih kepada kemudahan yang diberikan oleh bank. Kita cukup membawa kartu ATM yg berlogo Master Card atau Visa, maka kita bisa menarik uang di negara tersebut dalam mata uang negara itu. Uang rupiah yang kita miliki di tabungan langsung dikonversi ke mata uang negara tersebut. Jadi tak perlu repot-repot ke money changer lagi.
Biaya administrasi tarik tunai pun cukup murah. Hanya 25 ribu untuk sekali tarik dengan bank BNI. Dan 20 ribu untuk sekali tarik dengan bank Mandiri.
Ketika kartu ATM saya masukkan ke mesin ATM di mall bandara KL, tak lama kemudian tertampil tulisan :
"Halo Irvan Amran"
Woow.... Mesin ATM di Indonesia tak pernah menyapa si ayah meskipun sudah puluhan tahun jadi nasabahnya. Sedangkan di sini, meskipun bukan nasabahnya bahkan baru sekali ini bertransaksi, si mesin sudah menyapa dengan ramahnya. Luar biasa...
Dan uang yang keluarpun sudah dibagi dalam 2 pecahan. Pecahan 50 RM dan 20 RM. Kereen...dah.
Sesampai di hotel, Muthi sudah menunggu di kamar. Kamar yang sudah di pesan ayahnya langsung bisa ditempati muthi hanya dengan menunjukkan paspornya.
Alhamdulillah....akhirnya kami berkumpul kembali. Full team lagi.
*****
Malamnya nyobain nasi Briyani di kawasan KL Sentral. Serta minuman yang bikin alyssa penasaran : Milo Susu Lembu.
0 comments:
Post a Comment