Dunia Tulisku....



Dunia Tulisku….

Sebenarnya aku sudah berminat dengan dunia tulis-menulis sejak SMA. Entah dari mana awalnya, tiba-tiba aku sudah mulai menulis cerpen. Tapi menulis di kala itu menggunakan mesin tik. Kebanyakan menulis, jari-jari bisa pegal. Karena untuk mengetik dengan mesin tik harus menggunakan tenaga ekstra untuk menekan tuts mesin tik yang keras. Beda banget dengan tuts keyboard komputer yang lembut. Belum lagi kalau salah, aduuh rempong banget. Tips-ex, menjadi benda favorit ketika mengetik. Karena tanpa tips-ex, kertas ketikan itu akan sering meluncur ke tong sampah daripada masuk map. Hehee…

Tapi…aku sangat pemalu. Di saat mengetik cerpen, aku tak ingin diketahui siapapun. Kutunggu rumah sepi tak berpenghuni, baru kuambil diam-diam mesin tik kakakku di kamarnya dan mengetik di kamarku. Belum lagi cerpen yang kutulis itu kuberi nama samaran saking takutnya orang tau kalau itu tulisanku. Parah ya?

Karena kesusahan untuk sembunyi-sembunyi, dan tentu tak ada dukungan, (lha…gimana mau mendukung, tiada yang tahu soalnya. ) maka bakat itu tak berkembang. Meskipun begitu, cerpenku sempat di muat di koran Haluan Minggu dan mendapat honor Ro 10.000,-. Waah…di jaman itu (tahun 1989) uang itu sangat besar bagiku. Bayangkan…jajanku sehari hanya Rp 350.-. Uang Rp 10.000,- itu bisa untuk mentaktir teman sekelas. Dan cerpenku juga sempat di muat majalah anak-anak SAI (Saya Anak Indonesia). Tapi honornya tak pernah kuterima. Hiks…

Dan ketika aku kuliah di sebuah universitas negeri di Padang jurusan teknik Telekomunikasi, yang dengan kesibukannya sukses membuat badanku kurus, tak ada lagi waktu untuk menulis. Jangankan waktu, terlintas dipikiranpun tidak. Jadi hari-hariku hanya untuk kuliah dan capek….

Setelah kuliah, akupun bekerja di sebuah perusahaan semen yang merupakan perusahaan terbesar kotaku. Lagi-lagi selama bekerja, urusan tulis-menulis seakan-akan sudah hilang dari memoriku. Kemudian lanjut dengan menikah. Urusan keluarga benar-benar menyita hari-hariku.

Sampai suatu saat, anakku yang nomor dua, Annisa Muthia, sangat suka membaca dan bercerita sedari kecil. Kuperhatikan, ceritanya runtut dan punya ending. Dan singkat cerita, Alhamdulillah… diapun menjadi penulis cilik. Sudah terpilih mengikuti Konferensi Penulis Cilik se-Indonesia 2 tahun berturut-turut dan sampai sekarang sudah memiliki 4 buah bukunya sendiri. Ada yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan Bandung dan ada yang diterbitkan oleh Penerbit Writing Revolution Yogyakarta.

Tiba-tiba saya serasa diingatkan akan duniaku dulu. Pelan-pelan, akupun memulai apa yang dulu pernah kumulai. Menulis. Sebagai ajang come back, sayapun mengelola buletin Sekolah Alam Karawang. Di mana di sini saya ikut terlibat menjadi Komite Sekolah. Buletin sekolah ini kemudian bertransformasi menjadi majalah SAKA News. Senang rasanya bisa menulis apa saja. Walaupun rasanya kemampuan saya tidak ada apa-apanya. Tidak menguasai satu bidang pun. Hanya mengetahui sedikit-sedikit kulit luar saja. Juga senang terlibat dalam suatu penerbitan majalah. Mulai dari mencari berita, mewawancara tokoh, mengedit naskah atau berita, memotret, dan lain sebagainya.

Kemudian ketika ada perlombaan Anugrah Pewarta yang diselenggarakan oleh Astra International Tbk untuk menyambut ulang tahunnya yang ke 60, sayapun memberanikan diri ikut serta. Lomba yang diselenggarakan untuk wartawan dan masyarakat umum se-Indonesia. Tema yang kuangkat adalah tentang perubahan dan kemajuan kota Karawang semenjak kehadiran PT. Toyota Astra Motor (sekarang menjadi PT. TMMIN) di kota Karawang. Tak disangka, ternyata tulisan sederhana itu berhasil memenangkan juara tulisan favorit. Benar-benar kejutan bagiku. Alhamdulillah.

Kejutan lain adalah aku dipilih menjadi bagian humas suatu organisasi ibu-ibu hebat yang bergerak di bidang usaha. Semuanya beranggotakan perempuan pengusaha. Bukan pengusaha biasa tapi pengusaha muslimah nan sholihah. Ibu-ibu itu menganggap saya mumpuni di bidang dunia tulis-menulis sehingga cocok menjadi bagian humas mereka. Sungguh ini suatu amanah yang sangat berat bagiku. Saya tidak sehebat itu. Saya hanya perempuan biasa-biasa saja. Saya sering mengamati dan membaca tulisan-tulisan perempuan hebat seperti Kiki Barkiah, Fitra Wilis, Yana Mardiana dan banyak lainnya. Mereka hebat di bidangnya masing-masing. Pengamat yang tajam. Namun halus dan bernas tulisannya. Saya? Ahh…. Aku mah apa atuh? Tapi tetiba menjadi bagian mereka, ada letupan yang menghangatkan hatiku. Semoga saya bisa banyak belajar dari mereka dan semoga saya bisa berkontribusi bersama mereka. Aamiin.

Oh ya, satu lagi… semoga saya bisa segera memiliki buku sendiri seperti anakku. Aamiin…ya rabbal’alamiin.

Powered by Blogger.