Saya Prihatin....

 



Bukan hendak menirukan ucapan ngetop pak SBY ketika jadi presiden.


Tapi saya merasa sangat prihatin dengan kejadian yang berkelindan akhir-akhir ini. Terutama masalah moral.


Prihatin, melihat seorang artis yang keluar penjara karena melakukan  pelecehan seksual kepada anak di bawah umur (sejenis lagi), bukannya kena sanksi sosial dari masyarakat, malah di sambut bak pahlawan menang perang. Lengkap dengan kalungan bunga dan diarak naik mobil mewah.


Begitu juga dulu ada artis yang di penjara karena kasus video pornonya. Kebebasannya juga disambut dengan gegap gempita oleh pendukungnya dan tak lama kemudian kembali eksis di dunia hiburan.


Tak jauh beda dengan artis yang belum lama ini bermasalah dengan video mesumnya. Publik heboh. Setelah itu? Si artis kembali nyinden lagi di televisi.


Seakan-akan tak ada apa-apa. Seakan-akan itu adalah hal yang biasa.


Betapa permisifnya kita dengan tindakan asusila. seakan-akan tindakan asusila itu hanya ibarat anak balita yg berkata "kamu beg*". Terus kita ngomel dan setelah itu biasa lagi.


Apalagi sikap permisif seakan-akan difasilitasi oleh media televisi dan KPI. Mereka dengan mudahnya wellcome back dan diberi panggung.


Televisi memberi panggung. Dan KPI membiarkan. 


Kadang berharap banyak dengan KPI. Tapi sudahlah, di KPI sendiri ada tindakan asusila yang juga dibiarkan sehingga berlangsung bertahun-tahun.


Dengan lingkungan permisif begini, tanpa ada sanksi sosial, bisa jadi anak-anak kita akan menganggap tindakan asusila itu adalah dosa kecil, kesalahan biasa. Tak perlu diributin. Masing-masing aja. Hak azazi masing-masing. 


Padahal kita umat beragama. Mayoritas Islam. Dimana hukum pezina dan gay, jelas dan berat.


Di Korea saja, sanksi sosial bagi artis yang ketahuan selingkuh adalah mati karirnya. Si pelaku akan dipecat oleh agencynya. Dan tidak akan di terima oleh agency mana pun. 


Si pelaku biasanya akan minta maaf ke publik dan kemudian menghilang dari jagad hiburan yang sudah membesarkan namanya.


Ternyata publik Korea saja, lebih bermoral.


Di Indonesia, tak ada sanksi sosial. Bahkan ketika ada seruan boikot terhadap si artis pelaku pelecehan seksual tersebut, malah ramai-ramai dibela, 


"Jangan mematikan mata pencaharian orang".


Duuh...baik hati bener rakyat Indonesia ini. 


Kenapa g sekalian aja, semua penjahat tak usah di penjara, karena itu mematikan mata pencahariannya?


Padahal...apabila si artis diberi sanksi sosial setelah hukuman pidana, maka itu akan menjadi shock terapi bagi si artis (pelaku) dan masyarakat lain agar tidak berperilaku seperti itu.


Saya prihatin...

benar-benar prihatin atas penurunan akhlak dan akal sehat sebagian masyarakat Indonesia.

😢😢😢

Magang Minat dan Bakat

 



Ini adalah magang sesi terakhir Alyssa dan teman-temannya dari SmpAlam Karawang. Pertanda tak lama lagi mereka akan tamat karena sekarang sudah kelas 9.😢😢


Setelah menjalani berbagai macam magang dari kelas 7, mulai dari magang bio echo tech, magang retail, bisnis, diharapkan anak sudah mengenali passion dan bakatnya. Sehingga di magang minat bakat ini, mereka fokus mencoba dan memperkuat apa yg menjadi passion dan bakat mereka itu. 


Seperti kakak Alyssa yg pertama, suka dan berbakat menulis, dia magang di sebuah penerbitan. Dia belajar satu siklus penerbitan. Mulai dari naskah masuk, diseleksi, di edit, di lay out, dibuatkan cover, dicetak hingga pemasaran. Dia jadi tau bahwa proses penerbitan suatu buku tidaklah mudah. Dan dia mendapat ilmu menulis serta tahu bagaimana naskah yang baik dan layak terbit.


Kakak Alyssa yang kedua, suka pemprograman. Dia magang di sebuah universitas di jurusan Ilmu Komputer. Mereka yang belum pernah nerima anak magang, kaget menerima anak SMP magang, berbadan kecil pula. Tapi lebih kaget karena si kecil itu sudah mampu pemprograman dengan Arduino Board. Mereka tinggal memoles.


Si bungsu ini suka memanah. Maka dia magang di PERPANI (Persatuan Memanah Indonesia) Karawang di bawah bimbingan Coach Yudha dan Coach Riki.


Dia menjadi asisten pelatih. Membantu melatih bocah-bocah kecil usia SD.


Tadi bersama coach Yudha dan teh Wulan serta bang Unggul, dia demo memanah di SDI Al Mumtaz. Di lapangan futsal lantai 3 SDI Al Mumtaz. Lapangan yang sangat representatif 👍👍


Tenang....tetap prokes kok. Murid yg berminat memanah tidak hadir sekaligus. Sebagian hari ini, sebagian lagi hari Kamis dan Jumat nanti.


Alhamdulillah Alyssa excited dengan kegiatannya. Bahkan tadi di saat jalan pulang dia berkata,


"Bu, kayaknya Icha nanti kalau sudah gede g usah cari kerja lagi. Icha mau jadi pelatih memanah aja. Boleh kan bu?"


"Boleeeh....", jawabku.


"Berarti nanti Alyssa kuliahnya di jurusan olahraga dong?", tanyaku.


"Enggak. Icha kuliah nanti kalau g jurusan sastra Inggris, kalau g psikologi", 


Wooow....kagak nyambung, nak 🤣🤣🤣


"Boleh kan bu?" tanyanya lagi.


"Boleeeeeeeh...." jawab emak semangat.


Apa sih yang enggak buatmu, nak?


Kalau g nyambung, nanti kita sambung-sambungin.😁


Mungkin melatih memanahnya di Inggris sehingga perlu bahasa Inggris yang mumpuni. Atau melakukan psikotes kepada si atlet sehingga paham psikologi si atlet dan bisa membantu atletnya mencapai hasil optimum.


Nah, nyambung kan??


😁😁😁😁😍😍😍😍



Bersama lebih kuat




Beberapa waktu lalu...

saya berkunjung ke rumah seorang teman. Beliau ini memiliki 6 orang anak dan semuanya sudah menikah. Dan hidup terpisah darinya. 


Setelah suaminya meninggal, beliau tinggal seorang diri di rumahnya yang besar dan halaman yang luas, 6.500 m. Kebayang ya mengurus rumah yang besar dan halaman yang super luas seorang diri?


Dan beliau berniat menjual rumah dan tanahnya tersebut. Penawaran dibuka dengan harga 3M.


Pertama beliau menawarkan kepada teman-temannya. Kemudian meminta bantuan teman-temannya untuk menjualkannya.


Kalau saya, jelas g sanggup. Uang di dompet saya memang ada 5M. 5 ribu Ma ratus. Jelas kurang banyak. 😂


Kadang saya berpikir, siapa sih pribumi biasa yg punya tabungan sampai eM-eMan? 


Paling yg punya pengusaha. Dan pengusaha pribumi yang sukses hanya segelintir. Bandingkan dengan warga keturunan. 70% ekonomi Indonesia dikuasai oleh 10% penduduk Indonesia. Siapakah yang 10% itu? Ya warga keturunan itu. Luar biasa ya?


Kenapa mereka yang segelintir sangat maju jaya di Indonesia? Karena mereka sangat tolong menolong sesama mereka.


Ketika si ayah kecil, dia pernah ke toko bangunan milik warga keturunan hendak membeli sesuatu. Saat lagi di sana, pegawainya hendak pinjam uang kepada si pemilik toko bangunan tersebut. Si pemilik toko menolak. Alasannya dia lagi tidak punya uang. 


Tapi begitu si pegawai pergi, datang temannya sesama warga keturunan hendak meminjam uang untuk tambahan modal. Seketika dia langsung mengeluarkan uang yang diminta dengan surat utang cukup ditulis di balik bungkus rokok. Sebegitu mudahnya. Padahal jumlah yang dia pinjam mungkin nilainya lebih dari 100 x lipat dari jumlah yang hendak dipinjam karyawannya.


Jadi, karena sifat tolong menolong sesama mereka begitu tinggi, tak ada halangan bagi mereka untuk membuka usaha baru atau untuk beli tanah dan lain-lainnya.


Tentu sifat tolong menolong mereka dibarengi sifat jujur. Kalau meminjam, benaran dibalikkin. Sehingga tingkat kepercayaan sesama mereka begitu tinggi.


Kalau bangsa kita, yang jujur banyak, yang g jujur mungkin lebih banyak lagi. Wkkwkk...ini pengalaman saya. Yang minjam ke saya, dalam jumlah di atas 1 juta, belum ada satupun yang membayar. Yang malah memblokir saya, ada. Yang kabur, ada. Yang pura-pura lupa, ada. Tapi kalau yang minjam di bawah 1 juta, biasanya baik. Selalu balikin. Yang begini kan bikin illfeel yaa...🥺


Di daerah Jomin Karawang sampai desa Cibodas Purwakarta, di situ lahan pertaniannya luas. Tanahnya subur. Saya sempat menyewa lahan di sini seluas 4.000 m. Saya bertanam singkong. 1 pohon singkong bisa menghasilkan singkong 11-12 kg. Sekali panen ton-an. Sedaaap.... 


Tapi sekarang sudah tidak. Itu hanya proyek iseng. Menuntaskan hasrat seperti apa jadi petani.😄


Tapi tahukah engkau teman, ternyata lahan yang sangat luas itu siapa pemiliknya? Warga keturunan. Mereka membelinya dari rakyat sudah sejak lama. Mungkin sejak jaman Jomin dan Cibodas belum masuk peta. Sehingga harganya sangat murah. Sekarang, rakyat jelata cuma jadi tukang urus kebun, atau penyewa lahan seperti saya.


Kebetulan lahan yang saya sewa hendak dijual. Si pemilik, warga keturunan yang tinggal di Bandung, hendak menjualnya dengan harga 400 ribu/m. Dengan total lahan yg dia punya, 6.000m, harga jual tanahnya adalah 2,4 M.


Siapa rakyat jelata yang mampu membeli tanah dengan harga milyaran begitu? Hampir dapat dipastikan, ya mereka lag yang beli.


Saya berpikir, alangkah baiknya kalau kita bersatu seperti mereka. Kalau tak mampu tolong menolong karena dana yang terbatas, mungkin kita bisa berkelompok. Bentuklah kelompok-kelompok usaha (syirkah). Bangunlah usaha bersama. Beli lah kembali tanah-tanah rakyat.


Dulu, ada teman saya ingin membangun suatu usaha. Tapi dia kekurangan modal. Saya tawari diri menjadi investor. Mengambil sekian persen dari total modal. Dia menolak. Dia mau mengajak adiknya saja sebagai investor. Dan sampai sekarang sudah 4 tahun  berlalu, usahanya belum juga berdiri.


Jangan takut membangun usaha bersama teman. Siapkan perjanjian mengikat dengan materai. Sehingga ada kekuatan hukum ketika suatu saat ada yang belok.


Saya juga ikut syirkah suatu usaha. Dengan bersama-sama, modal jadi lebih ringan. Yang berdo'a biar usaha lancar tentu lebih banyak. Dan alhamdulillah usaha itu cukup prospek di Karawang. Dari 1 outlet sekarang sudah menjadi 4 outlet.


Dengan berkelompok, kita tak perlu meminjam modal ke bank dg sistem riba. Kita bisa maju bersama. Saling membantu, saling menguatkan, saling berdo'a, duhaiii... alangkah indahnya.


Marilah teman, bentuklah usaha berkelompok. Sekalipun engkau mampu membentuk usaha sendiri. Carilah teman-teman yang terpercaya. Kalau usaha maju, ekonomi kita meningkat, ekonomi teman pun turut meningkat. Maju bersama lebih indah. Maju bersama itu lebih menguatkan.


Kalau kita kuat siapa yang berani menghinakan kita? Siapa yang hendak menyingkirkn kita?


******

Lagi sedih mendengar suatu daerah hendak dicaplok oleh taipan dg pembayaran kurang dari 20.000/m. Rakyat melawan tp biasanya rakyat jelata selalu kalah.😢😢😢


Mereka berkelompok sehingga sangat kuat. kita tercerai berai seperti remah rengginang. 

Presentasi magang si bungsu



Gara-gara si dia datang ke KIIC Karawang, kita yg mau keluar dari KIIC ditahan. 1 jam 40 menit gaesss...


Dongkol g? Dongkol g?

Ya dongkol lah....

Emang kita g punya kerjaan?


Bayangin gaes, dari die belum datang ampe die sampai di tujuan, kita di larang jalan. Setelah die sampe, baru deh kita boleh jalan.


Pak, KIIC mah clear.

Kagak bakal ada yg demo. 

Kagak bakal ada yg pegang spanduk.

Karena di kawasan industri ini orang murni cari nafkah.


G perlu lah ngosong-ngosongin jalan.

Karyawan yang pulang dari shift malam, pasti sudah lelah. Truk-truk kontainer yang berisi barang buat diekspor, pasti ketinggalan jadwal pengiriman. Dan pengangguran tapi banyak acara kayak saya, jadi terlambat mengikuti acara.🤣🤣🤣


Gara-gara dikau, saya terlambat menghadiri acara presentasi magang siswa kelas 9 SmpAlam Karawang. Jadwal jam 8.30. Saya datang jam 9.20. Untuuuung...si uncu saya belum dipanggil buat presentasi. 


Setelah magang selama 2 minggu, kemudian membuat laporan magang dan ppt selama 2 hari, maka hari ini mereka mempresentasikan pencapaian mereka di hadapan orang tua dan guru.


Bravo deh...buat mereka semua. Semakin keren. Ketika kelas 7 dulu, tampilan power point mereka, sederhanaaa...banget. Pas mempresentasikannya, suara mereka keciiil...banget. Ketika sesi tanya jawab, mau jawab aja sikut-sikutan ama teman.


Tapi tadi, setelah 2 tahun berlalu, tampilan power point mereka sudah keren-keren. Suara mereka sudah keras karena percaya diri. Dan ketika sesi tanya jawab, lancar banget. Mereka rileks sekali dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang tua dan guru.


Memang benar ya, untuk membentuk karakter berani dan percaya diri apalagi di depan umum, juga karakter-karakter baik lainnya, tidak bisa instan. Butuh waktu tahunan dan kesabaran dalam membimbing. 


Tapi mengejar ketertinggalan akademis bisa dalam waktu 4-6 bulan dengan les intensif.


Bagi saya masa SD sampai SMP adalah waktu menanamkan karakter baik, waktu untuk mengeksplore apa saja. Waktu yang tepat untuk melakukan berbagai macam hal. Selalu bergerak untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Dibiasakan menganalisa sebab akibat. Sehingga mereka kaya dengan pengalaman dan ilmu juga berbagai karakter baik.


Alam sangat luas sebagai ilmu. Alam takambang jadi guru. Alam terbentang menjadi guru kita.


Dan ketika SMA dan kuliah biasanya mereka siap untuk belajar akademik dengan serius sebagai bekal ilmu untuk terjun di masyarakat nanti.


Jangan sampai, di SD sudah dikejar-kejar dengan tuntutan akademik. SMA malah kabur menghindari pelajaran akademik.


😁🙏🙏 



Makanan Halal

 



Hari ini, si gadis sulungku, mulai berkiprah jadi relawan di Karawang Peduli. 


Di tengah kebosanan kuliah daring yg sudah berjalan 1,5 tahun (bosen mager, maksudnya), dia ingin mencari sesuatu kegiatan yang membuat dia bergerak sekaligus cari pahala.


Tadinya ingin jadi relawan ACT. Tapi saya punya kenalan di yayasan Karawang Peduli (KP), sebuah yayasan yang juga bergerak di bidang kemanusiaan. Ya sudah...gabung dengan KP aja. Biar ada yang bisa saya titipin. 


Alhamdulillah, hari pertama sudah dapat teman sebaya, sesama mahasiwa semester 5. Mahasiswa Unsika jurusan Pertanian. Di sini banyak sekali relawan-relawan dari mahasiswa dan para pekerja.


Kegiatan KP hari ini adalah mempacking makanan dari donatur dan kemudian membagikannya ke wilayah Telukjambe Barat.


Semoga si sulung bisa istiqomah dengan kegiatan yang bermanfaat ini. Aamiin ya rabbal'alamiin.🤲


Setelah ba'da zuhur, saya dan si ayah keliling menjemput anak-anak gadis kami. Mulai dari si uncu yang latihan memanah di lapangan KP2. Kemudian si sulung ke kantor Karawang Peduli di Perumnas BTJ.


Setelah itu kami mampir ke restoran untuk makan siang. 


Selama menunggu makanan datang, si ayah melontarkan pertanyaan,


"Kalau kita tinggal di luar negeri dan tidak menemukan penjual daging yang halal, kemana kita akan pergi?"


"Ke toko Pakistan".


"Pakistan mah biasanya emang halal."


"toko Asia."


"Enggak."


"Kemana dong yah?"


"Ke toko Yahudi"


"Kok Yahudi?" tanya si Uncu.


Dan si sulung langsung paham. 


Yahudi itu agamanya mirip dengan Islam. Mereka dulunya memang Islam hanya saja karena kesombongannya, mereka tak mengakui nabi Muhammad SAW. Karena tak mengakui kenabian Rasulullah SAW, ya tentu saja mereka bukan Islam.


Seperti umat Islam, mereka juga mengharamkan Babi. Dan daging sembelihan mereka halal. Karena di dalam Al Qur'an disebutkan sembelihan oleh ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah halal.


Mereka menyembelih daging pun seperti umat Islam, yaitu di sembelih dengan pisau tajam. Tidak boleh dicekik, dipelintir atau dipukul.


Memang kalau kita ke luar negeri, apalagi bukan ke negara Islam, makanan halal adalah hal utama yang harus diperhatikan.


Jangan seperti si ayah. 😁😁

Pertama kali ke Jepang tahun 1998. Bahasa Jepang baru sepatah dua. Tempat jual makanan halal g tau. Dan tak suka ikan pula. Alhasil, seminggu di sana beliau cuma makan salad buah dan sayur. Seminggu kemudian, sakitlah perutnya.


Kemudian beliau memberanikan diri ke dokter. Dan mereka berbicara dengan bahasa tarzan. Ketika memberikan obat cair dalam botol, si dokter memperagakan cara memakainya. Botol obat itu dia peragakan masuk ke mulut. 


"Oh....diminum," pikir si ayah.


Sesampai di Dormitory, obat tersebut diminumnya. Bukannya membaik, perutnya malah tambah panas. Makin sakit.


Malamnya datanglah mentornya orang Jepang yang bisa berbahasa Indonesia menengok si ayah. Ketika diceritakan tentang obat tersebut, si Jepun langsung melihat botol obat itu. Dan ngakaklah si Jepun tersebut. Ternyata obat itu adalah obat kumur !!!

🤣🤣🤣


Dari situlah, si ayah makin semangat meningkatkan bahasa Jepangnya. Dan mulai belajar makan ikan dan bertanya dimana tempat makanan halal di Nagoya. 


Jangan tanya internet ya temans. Di jaman itu HP belum booming. Yang ada juga HP sebesar batako. Boro-boro internet.


Oh ya, salah satu tips kalau tak ketemu tempat makanan halal atau restoran halal di kota orang, searching saja masjid. Biasanya di sekitar masjid ada komunitas muslim yang menjual makanan halal.


Ini pernah kami lakukan dulu di Singapura. Ketika kami belum ketemu restoran halal, kami segera mencari masjid. Dan di dekat masjid, ada restoran Padang, gaeesss... 👍👍


Senangnya bukan main. Ketemu makanan kampung di negeri orang. Entah kenapa, rendangnya terasa lezat sekali. Mungkin karena kelapanya kelapa impor ya... Diimpor dari Indonesia. Dari Sumatera Barat. 😂😂


Kalau sekarang, berkat internet, segala macam informasi dapat kita cari dengan mudah. Tapi kadang ada saja hal-hal kecil yang tidak bisa kita dapatkan lewat internet.


******

foto adalah pemanis


Si bujang saat balik ke pesantren dlm keadaan botak (panjang 2 mm). Kenapa botak? Karena potong rambut pertama kurang bagus. Terus potong lagi. Langsung aja botak. Udah tanggung.


Ketika sampai di pesantren (dia telat seminggu dari teman-temannya karena mengurus KTP dan SIM), teman-temannya heboh melihat rambutnya.


Terus...?


Satu angkatan (kelas 12) ikut membotakkan rambutnya. Dan mereka mengikrarkan diri sebagai "Pejuang UTBK". 💪💪💪


#Indahnyamondok 😍😍



Lapangan Karangpawitan II




Lapangan Karangpawitan II ini sejatinya memang didedikasikan buat cabang olahraga sepatu roda. Cabang olahraga sepatu roda Karawang memang sudah menghasilkan atlet-atlet yang berprestasi di Indonesia. Ada 2 klub sepatu roda yang berlatih di sini.


Selain mereka, lapangan ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berolahraga di pagi hari atau sore hari. Sehingga lapangan ini senantiasa ramai.


Di sebelah kiri lapangan sepatu roda ini, ada lapangan tertutup buat cabang olah raga menembak. Dan cabang memanah, nebeng di lapangan menembak ini. (kaciaan...🤣)


Dan mulai dari hari Senin tanggal 20 September 2021 kemarin, seluruh klub sepatu roda meninggalkan lapangan Karangpawitan II, balik lagi ke lapangan asal mereka berlatih yaitu lapangan Karangpawitan I di pusat kota Karawang. Karena kondisi aspal di lapangan Karangpawitan II kurang bagus (agak kasar) sehingga menyebabkan roda dari sepatu roda cepat habis. Membuat atlet jadi sering mengganti rodanya. Sedangkan kondisi aspal di lapangan Karangpawitan I sangat bagus dan halus.


Dengan kepindahan mereka, membuat lapangan Karangpawitan II menjadi sepi. Saya sebagai penonton setia, ketika mengantar anak latihan memanah, jadi ikut kecewa.


Mohon perhatian dari Pemda Karawang untuk memperbaiki fasilitas di lapangan Karangpawitan II. Untuk kebaikan prestasi atlet sepatu roda Karawang.


Dan kalau bisa, dibikinkan juga lapangan khusus buat cabang olahraga memanah yang representatif. (ngarep 😅🙏🙏)


Sebenarnya jadwal memanah dan menembak sudah diatur sedemikian rupa agar tidak bertemu. Tapi apabila mau menghadapi suatu pertandingan, rata-rata atlit menambah jadwal latihannya. Nah di saat itu biasanya mereka bertemu.


Kalau bertemu, kasiannya anak-anak memanah. Rata-rata usia sekolah. Sehingga ketika mendengar suara letusan senapan yang keras, mereka kaget dan bisa pecah kosentrasi.


Kalau emak-emak model saya, bisa jantungan


Gimana cara ngetag teh Celli ya? Ibu bupati kami nan cantik dan baik hati itu. 

Gak berteman soalnya 😄🙏🙏


******

Foto dan video, karya sendiri.

Sebenarnya foto dengan teknik panning ini, diikutkan lomba foto. Tapi hasilnya tewas dengan sukses 🤣🤣🤣

Reinforcement

 



Nakdisku, kalau suasana mendukung dia suka sekali sharing pelajarannya. Serasa saya kuliah sebanyak 4 SKS. untung saja ilmu yg dia bagi juga menarik hatiku. Sehingga senang mendengarnya.


Kebayang aja nanti kalau si bujangku kuliah. Katanya ingin kuliah di jurusan Fisika murni (Aamiin ya rabbal'alamiin). Kalau dia sharing, bisa-bisa emaknya jadi puyeng. Ehh...enggak ding. Emak jadi ikutan pintar. 😂😂


Orang tua, katanya, kalau anaknya salah, atau melakukan sesuatu pelanggaran sering sekali memberikan hukuman. 


Ada yang memberi hukuman dengan makian, pukulan, cubitan, dikurung dll. Ini namanya purnishment. 


Tapi ada yang memberikan hukuman dengan mencabut kesenangan si anak. Misal di larang main, dilarang menonton dan lain-lain. Ini namanya reinforcement negatif.


Dibandingkan purnisment lebih baik memberikan reinforcement negatif kepada anak. Karena ini lebih memanusiakan.


Wah...saya kaget sekaligus senang. Karena ketika mereka kecil, saya tidak melakukan kekerasan fisik kepada mereka, juga tidak makian kalau mereka melakukan kesalahan. Ngomel-ngomel sih ada. Emak-emak gitu lho... 😜🤭🤭


Ketika mereka melanggar, saya memberikan hukuman dengan mencabut kesenangan mereka. Misal, karena Muthi suka membaca, dan ada anggaran khusus beli buku untuknya tiap bulan, maka beli bukunya saya tiadakan. Sayyid yg suka jajan, maka saya potong uang jajannya. Alyssa yang suka nonton kartun, maka tidak boleh menonton.


Tapi ada yang hukumannya pukul rata. Misalnya kalau jam 17.30 belum mandi, maka hukumannya potong uang jajan. Dan biasanya mendekati jam 17.30, mereka pontang panting berebut kamar mandi. 😂😂😂


"Ternyata apa yang ibu lakukan dulu waktu kalian kecil, sesuai kaidah psikologi ya, Muth?" tanyaku.


"Ibu emang...." jawabnya sambil  mengacungkan 2 jempol.😍😍


Ada reinforcement negatif tentu ada pula reinforcement positif. 


reinforment positif ini adalah respon postif dari lingkungannya. Dan ini tidak selalu baik.


Misal, ada anak 2 tahun. Dia mempertahankan mainannya yang hendak diambil temannya. Kemudian dengan bahasa yg masih cadel dia berkata

"Ini punya aku, beg*"


Dan orang dewasa sekeliling tertawa mendengar kalimat makian cadelnya.


Bagi si anak, karena semua tertawa, berarti orang-orang senang dengan tindakannya dan dengan ucapannya, maka dia akan mengulang kembali di kemudian hari.


Sebelum negara api menyerang, ehh...covid menyerang, kuliah masih tatap muka. Sekali waktu dosen Muthi mengajar sambil membawa anaknya yang masih balita usia 2-3 tahun. 


Amunisi sudah dibawa. Buku gambar dan buku cerita. Awalnya dia asyik sendiri. Menjelang akhir kuliah, si balita mungkin sudah capek atau bosan, tiba-tiba mendatangi ibunya. 


"Ma, pulang."


Si ibu dosen mengabaikan karena masih memberikan materi. 


Kemudian dia bergerak di seputaran ibunya. Menarik-narik baju ibunya. Tiba-tiba dia mengangkat rok ibunya dan dia masuk ke dalamnya. 


Ibunya berjilbab gaess... jangan mikir aneh-aneh 🤣


Sontak semua mahasiswa tertawa. Menganggap lucu tingkah laku si balita.


Si anak keluar dari rok ibunya sambil malu-malu. Kemudian dia ulangi kembali. Angkat rok ibunya, masuk lagi ke dalam rok ibunya.


Dan mahasiswa pun kembali tertawa.


Si bu dosen berkata,


"Kalian baru saja memberikan reinforcement positif kepada anak saya. Tertawa kalian membuat dia merasa benar sehingga dia mengulang kembali tindakannya."


Mahasiswa langsung ter-oooh semua. Contoh gamblang dari reinforcement positif. Mengapresiasi suatu tindakan yang salah, sehingga membuat si anak mengulangi kesalahan itu kembali.


Waaah....ternyata membesarkan anak memang tak mudah ya... ?


Karena susah maka hadiahnya surga.


Tapi susah bukan berarti tak bisa. Kuncinya kita memang harus terus belajar.


❤️❤️❤️

Sambal buat si santri

 


Anaknya minta dikirimin baju batik karena tanggal 2 Oktober nanti adalah hari batik nasional.


Emaknya semangat ngirimin baju batik dan aneka rupa camilan serta sambal penggugah selera. Home made by emak.


Kali ini adalah sambal baby cumi.

Kadang ngirim sambal udang rebon.

Kadang ngirim sambal tongkol suwir.


Hanya 2 hari, tandas oleh dia dan teman-temannya.


Mungkin ada yg bertanya, kok minyaknya terlalu banyak? 


Minyak adalah pengawet alami. Sehingga bakteri tidak mudah menembus si sambel yang berada di bawah minyak itu. Tapi tentu awetnya juga g lama. Paling cuma 5 hari. Tapi biasanya paling lama 2 hari saja sudah tandas.


Setelah 2 hari, biasanya emak nanya sambelnya sudah habis atau belum. Apabila dia jawab, "sudah", "teman-teman juga suka". Bahagialah hati emak.


Bahagia emang sederhana. 😍😍😍

Tinggalkan kenangan baik



Saya sudah membaca 2 buah buku Kiki Barkiah.


Saya salut dengan metoda dia mendidik anaknya. Terutama keistiqomahannya. Beliau berilmu dan punya visi misi bagi keluarganya. Walau pun ada beberapa hal yg kurang cocok dengan saya.


Tapi setelah si gadis yg mahasiswa psikologi membaca ke dua buku Kiki Barkiah tersebut, ternyata....


Dia bersyukur bahwa ibunya, saya. 

Bukan Kiki Barkiah


😂😂😂😂😂


Menurutnya saya lebih fleksibel, sehingga anak-anak lebih bisa beradaptasi dengan lingkungan selain lingkungan keluarga.


Woow...banget dah ❤️❤️❤️

Padahal saya ini apalah.


Tapi namanya juga anak ya?

My mother, right or wrong.


Mau sehebat apapun ibu lain di luar sana, bagi seorang anak, ibunya tetaplah yang terhebat. 


Semoga kita bisa meninggalkan jejak indah dalam kenangan anak. Sehingga ketika kita tiada nanti maka ringan lisannya mendo'akan ampunan buat kita kepada Allah.


*****

Buku bagus karya bu Kiki Barkiah. 

Amal Jariyah




Si sulung, anaknya agak mager. Malas sekali belajar kendaraan. Ketika adik-adiknya sudah bisa bawa kendaraan roda dua, dia santai aja. Disuruh belajar g mau.


Akhirnya ketika sudah tamat SMA, beberapa kali saya minta belajar mengendarai motor, tetap g mau. 


"Emang harus ya...muthi bisa bawa motor?" protesnya.


Akhirnya ketika ayahnya yang nyuruh, baru dia mau belajar. Yang ngajar siapa? Adiknya yg bungsu.


Ternyata keahlian bawa motor berguna ketika ia sudah kuliah. Jarak kampus dari rumah neneknya sejauh 18 km memaksa dia harus pakai motor. Karena kalau naik kendaraan umum harus 3 kali berganti angkot. Melelahkan.


Sekarang adik laki-lakinya sudah bisa bawa mobil. Dalam beberapa kondisi, kami terbantu olehnya.


Sedang si sulung, ditawarin beberapa kali belajar nyetir mobil, seperti biasaa....g mau.


Minggu kemarin, si bungsu malah minta ajarin nyetir mobil. 


Si sulung? Langsung tersulut harga dirinya.


"Masak untuk kedua kalinya Muthi diajarin kendaraan sama Alyssa," katanya.


Akhirnya dengan kesadaran sendiri minta diajarkan ke ayahnya. Si ayah tadinya malas ngajar. 


"Ama ibu aja belajarnya," kata si ayah.


"Ayah g mau dapat amal jariyah?" kataku.


Karena saya tau si ayah sibuk. Untuk memperlancar, biasanya selalu bersama ibu. Kalau yang ngajarin pertama kali ibu juga, berarti ayah kehilangan peluang untuk mendapatkan amal jariyah.


And here we go....

KIIC Karawang

Belajar nyetir dengan ayah


*******

Jangan lewatkan peluang mendapatkan amal jariyah.

Terutama (bila mampu) mengajarkan mengaji, sholat dan membaca kepada anak-anak sendiri.

❤️❤️❤️



Powered by Blogger.