Bersama lebih kuat




Beberapa waktu lalu...

saya berkunjung ke rumah seorang teman. Beliau ini memiliki 6 orang anak dan semuanya sudah menikah. Dan hidup terpisah darinya. 


Setelah suaminya meninggal, beliau tinggal seorang diri di rumahnya yang besar dan halaman yang luas, 6.500 m. Kebayang ya mengurus rumah yang besar dan halaman yang super luas seorang diri?


Dan beliau berniat menjual rumah dan tanahnya tersebut. Penawaran dibuka dengan harga 3M.


Pertama beliau menawarkan kepada teman-temannya. Kemudian meminta bantuan teman-temannya untuk menjualkannya.


Kalau saya, jelas g sanggup. Uang di dompet saya memang ada 5M. 5 ribu Ma ratus. Jelas kurang banyak. 😂


Kadang saya berpikir, siapa sih pribumi biasa yg punya tabungan sampai eM-eMan? 


Paling yg punya pengusaha. Dan pengusaha pribumi yang sukses hanya segelintir. Bandingkan dengan warga keturunan. 70% ekonomi Indonesia dikuasai oleh 10% penduduk Indonesia. Siapakah yang 10% itu? Ya warga keturunan itu. Luar biasa ya?


Kenapa mereka yang segelintir sangat maju jaya di Indonesia? Karena mereka sangat tolong menolong sesama mereka.


Ketika si ayah kecil, dia pernah ke toko bangunan milik warga keturunan hendak membeli sesuatu. Saat lagi di sana, pegawainya hendak pinjam uang kepada si pemilik toko bangunan tersebut. Si pemilik toko menolak. Alasannya dia lagi tidak punya uang. 


Tapi begitu si pegawai pergi, datang temannya sesama warga keturunan hendak meminjam uang untuk tambahan modal. Seketika dia langsung mengeluarkan uang yang diminta dengan surat utang cukup ditulis di balik bungkus rokok. Sebegitu mudahnya. Padahal jumlah yang dia pinjam mungkin nilainya lebih dari 100 x lipat dari jumlah yang hendak dipinjam karyawannya.


Jadi, karena sifat tolong menolong sesama mereka begitu tinggi, tak ada halangan bagi mereka untuk membuka usaha baru atau untuk beli tanah dan lain-lainnya.


Tentu sifat tolong menolong mereka dibarengi sifat jujur. Kalau meminjam, benaran dibalikkin. Sehingga tingkat kepercayaan sesama mereka begitu tinggi.


Kalau bangsa kita, yang jujur banyak, yang g jujur mungkin lebih banyak lagi. Wkkwkk...ini pengalaman saya. Yang minjam ke saya, dalam jumlah di atas 1 juta, belum ada satupun yang membayar. Yang malah memblokir saya, ada. Yang kabur, ada. Yang pura-pura lupa, ada. Tapi kalau yang minjam di bawah 1 juta, biasanya baik. Selalu balikin. Yang begini kan bikin illfeel yaa...🥺


Di daerah Jomin Karawang sampai desa Cibodas Purwakarta, di situ lahan pertaniannya luas. Tanahnya subur. Saya sempat menyewa lahan di sini seluas 4.000 m. Saya bertanam singkong. 1 pohon singkong bisa menghasilkan singkong 11-12 kg. Sekali panen ton-an. Sedaaap.... 


Tapi sekarang sudah tidak. Itu hanya proyek iseng. Menuntaskan hasrat seperti apa jadi petani.😄


Tapi tahukah engkau teman, ternyata lahan yang sangat luas itu siapa pemiliknya? Warga keturunan. Mereka membelinya dari rakyat sudah sejak lama. Mungkin sejak jaman Jomin dan Cibodas belum masuk peta. Sehingga harganya sangat murah. Sekarang, rakyat jelata cuma jadi tukang urus kebun, atau penyewa lahan seperti saya.


Kebetulan lahan yang saya sewa hendak dijual. Si pemilik, warga keturunan yang tinggal di Bandung, hendak menjualnya dengan harga 400 ribu/m. Dengan total lahan yg dia punya, 6.000m, harga jual tanahnya adalah 2,4 M.


Siapa rakyat jelata yang mampu membeli tanah dengan harga milyaran begitu? Hampir dapat dipastikan, ya mereka lag yang beli.


Saya berpikir, alangkah baiknya kalau kita bersatu seperti mereka. Kalau tak mampu tolong menolong karena dana yang terbatas, mungkin kita bisa berkelompok. Bentuklah kelompok-kelompok usaha (syirkah). Bangunlah usaha bersama. Beli lah kembali tanah-tanah rakyat.


Dulu, ada teman saya ingin membangun suatu usaha. Tapi dia kekurangan modal. Saya tawari diri menjadi investor. Mengambil sekian persen dari total modal. Dia menolak. Dia mau mengajak adiknya saja sebagai investor. Dan sampai sekarang sudah 4 tahun  berlalu, usahanya belum juga berdiri.


Jangan takut membangun usaha bersama teman. Siapkan perjanjian mengikat dengan materai. Sehingga ada kekuatan hukum ketika suatu saat ada yang belok.


Saya juga ikut syirkah suatu usaha. Dengan bersama-sama, modal jadi lebih ringan. Yang berdo'a biar usaha lancar tentu lebih banyak. Dan alhamdulillah usaha itu cukup prospek di Karawang. Dari 1 outlet sekarang sudah menjadi 4 outlet.


Dengan berkelompok, kita tak perlu meminjam modal ke bank dg sistem riba. Kita bisa maju bersama. Saling membantu, saling menguatkan, saling berdo'a, duhaiii... alangkah indahnya.


Marilah teman, bentuklah usaha berkelompok. Sekalipun engkau mampu membentuk usaha sendiri. Carilah teman-teman yang terpercaya. Kalau usaha maju, ekonomi kita meningkat, ekonomi teman pun turut meningkat. Maju bersama lebih indah. Maju bersama itu lebih menguatkan.


Kalau kita kuat siapa yang berani menghinakan kita? Siapa yang hendak menyingkirkn kita?


******

Lagi sedih mendengar suatu daerah hendak dicaplok oleh taipan dg pembayaran kurang dari 20.000/m. Rakyat melawan tp biasanya rakyat jelata selalu kalah.😢😢😢


Mereka berkelompok sehingga sangat kuat. kita tercerai berai seperti remah rengginang. 

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.