Pengikat Rindu


Sudah dua kali sayyid bercerita, ibu temannya jago bikin ayam goreng tepung. Bahkan jualan ayam goreng tepung. Rasanya enak.
Saya ingat beberapa orang teman saya juga jago bikin ayam goreng tepung ala KFC.
Tapi saya tak bisa. 😢
Terus saya bertanya, "kayaknya ibu harus belajar bikin ayam goreng tepung juga ya, Yid?"
"G usah. Ibu bisa bikin makanan yang lain. Udah banyak. Semuanya enak."
Hohooo.... 
Ternyata bahagia memang sederhana. Dipuji bisa bikin makanan yg enak, itu rasanya 'sesuatu'. Mereka tak menuntut ibunya harus bisa memasak makanan ini dan itu. Cukup memasak makanan yg menjadi keahlian ibunya saja. Cakeeepp.  😀

Saya jadi ingat, pernah membaca tulisan ahli parenting. Tapi sudah cukup lama. Sehingga saya lupa siapa orangnya.
Beliau menulis, menjadi seorang ibu tak perlu menjadi ahli di semua bidang. Tapi ada dua hal yang sebaiknya para ibu kuasai. Yang pertama, memasak. Tak perlu jadi chef. Bisa memasak satu atau dua resep andalan, sudah cukup. Dan yang ke dua adalah memijat. Tak perlu pula selevel tukang pijat beranak (ups...ini komen saya ya, bukan komen ahli parenting itu 😁) Karena dua hal ini paling cepat membangkitkan memori kepada ibunya. Paling cepat membangkitkan rindu si anak.
Ibu mana yang tak ingin dirindui sang anak?
Makanya walaupun saya tak ahli memasak, satu dua (tiga empat lima...) jenis masakan, berusaha saya kuasai dengan baik dan menjadi andalan.
Makanya hati ini berbunga-bunga ketika dapat telepon dari anak gadis di pesantrennya, teman-temannya ribut berteriak, "tante, udang baladonya enak banget, tante nanti bikin ayam kecap lagi ya, tante nanti bikin sphagetti lagi ya?" dan lain-lain...dan lain-lain permintaan mereka.
Hahaa...meski duit cekak, badan capek, dibela-belain deh, membuat masakan tersebut untuk anak tercinta dan fans dadakan, ketika jadwal berkunjung tiba.
Apalagi muthi 'menggosok', menceritakan seorang temannya pernah menelpon ibunya, "Ma, cobalah belajar masak. Teman aku, si Muthi, ibunya jago masak. Apalagi ayam kecapnya. Enak banget. kayak ayam kecap restoran. Mama kalau aku ingin masakan, pasti beli".
Hehee....padahal emak si Muthi ini hanya bisa memasak beberapa jenis makanan. Itupun bisa diitung dengan jari kaleee... . Jadi weeh, Ibunya ini semangat memasak. Padahal aslinya tak hobi memasak.
Kalau memijat, saya lebih tak ahli. Si Ayah kalau saya pijat pundaknya, tambah kram. Anak saya pijat, tambah masuk angin. Belum lagi tangan jadi pegel. Bukannya sukses malah amburadul. 😂😂😂
Tapi untunglah, si ayah jago memijat. Pijat pegal, pijat masuk angin, pijat sakit kepala, lewaaat. Siapapun dari kami yg butuh pijatan, larinya langsung ke ayah. Jadi biarlah memijat kapling si ayah. Kapling saya memasak saja. Mudah-mudahan kelak kami berdua selalu dirindukan mereka. Aamiin.
Yuuk...emak-emak, miliki satu, dua atau lebih resep masakan andalan, untuk "mengikat rindu" anak kita. Kalau mereka jauh, mudah-mudahan mereka sering pulang menengok emak tercintanya ini sembari minta dibikinin masakan kesukaan mereka. Kebayang bahagianya kan, maaak? 
😍😍😍

Yang bisa ngajarin saya bikin ayam KFC boleh colek saya. 😁😁😁
Colek mamanya alif ahh... Imma'Sshu. Ayam gorengnya dipuji Sayyid terus. 😊😊😊


Karawang, 26 Desember 2018

Dinamika Anak Pesantren



Tadinya saya ke Assyifa Boarding School hanya hendak mengantar laptop si gadis yang habis direparasi. Ternyata hari ini adalah pembukaan Assyifa Festival (Syifest) putri. Dengan bintang tamu Annisa mantan personal Cherrybell yang sudah berhijrah. Para gadis muda antusias mengikuti talk shownya.



Ikut larut dan menikmati acara suguhan dr gadis-gadis muda sholihah ini. Syifest Putri yang akan berlangsung selama 4 hari dengan peserta lomba hampir 700 orang dari seluruh pulau Jawa, dikemas apik oleh penyelenggara kls XI putri. Saluut... 
Intip-intip bazar, ternyata dijual majalah akustik, majalah yang dibuat eskul jurnalistik, ekskul si gadis. Dimana dia terlibat sebagai wartawan. Majalah ini memuat artikel yang dibuatnya. Juga ada laporan ketika ia menjadi duta negara di Sunburse Youth Camp di Singapura tahun 2017. Hmm... 😍😍



Ketika akan pulang, ada yg lucu. Kami berpapasan dengan 3 org teman Muthi. Mereka hendak pulang ke Jakarta, (selama Syifest berlangsung, kelas XII boleh pulang) tapi tak dizinkan kalau tak ada orang tua yang memdampingi. Maka saya bersedia mendampingi mereka.
Dengan wajah gembira mereka pun kembali ke asrama untuk mengambil perlengkapan. Ketika balik, Masya Allah... Ternyata yang ikut bukan 3 orang melainkan 9 orang! Antara kaget dan ingin ketawa. 😊


Rupanya, teman-teman mereka yang sekamar, yang orang tuanya tinggal di luar daerah dan luar negeri mereka ajak serta liburan ke rumah mereka.
Kapasitas mobil hanya untuk 7 orang. 2 di depan, 3 di lajur tengah dan 2 di lajur belakang. Sekarang di jejali 11 orang. 2 di depan, 5 di tengah dan 4 di belakang. Berhimpitan seperti mobil sayur. 😂
Satu masalah selesai. Semua bisa masuk. Mereka hendak naik bus ke Jakarta. Jadi saya hanya diminta mengantar sampai ke terminal bus Subang. Masalah berikutnya, ternyata tak ada seorangpun dari kami yang tau dimana terminal bus Subang itu berada. 😂😂
Akhirnya, mereka pun saya bawa ke Karawang. Setiba di Karawang, mereka pun melanjutkan dengan kendaraan umum ke Jakarta.
****
Liburan, adalah suatu hal yang sangat istimewa bagi anak pesantren. Kesempatan untuk lepas sejenak dari suasana asrama dengan segala peraturannya. Kesempatan melihat dunia luar. Merilekskan diri. Juga memperoleh privasi. Sehingga ketika balik ke pesantren, mereka datang dengan semangat baru. Energi baru. Siap menerima guyuran ilmu dari ustad maupun ustadzah.
Liburan juga kesempatan bagi mereka untuk berbagi. Membawa serta beberapa orang teman sekamar atau teman sekelas yang rumahnya jauh. Sehingga tak memungkinkan bagi mereka untuk pulang di waktu liburan singkat (istilah Assyifa, pesiar). Semoga persahabatan mereka terjalin sampai ke syurga.
Love you...anak-anak. Kalau libur lagi, ibu bawa mobil Elf. Biar muat lebih banyak. 😅😅😅

Biarkan mereka mencari solusi




Kemarin si kikoy, kucing kami, lagi-lagi BAB di dalam rumah. Kalau kemarin-kemarin dia BAB di sofa di ruang tamu, kasur Sayyid, dan bale di ruang tengah. Yang membersihkannya, kadang saya dan sayyid, kadang Sayyid dan ayahnya.
Alyssa sama sekali tak mau terlibat. Karena dia sudah nangis duluan. Jijik, katanya.
Kali ini, si kikoy BAB di lantai dekat meja. Membersihkannya lebih mudah di banding di kasur. Tapi Sayyid menolak membersihkannya.
"Sudah 3x Uda ngebersihinnya. Pokoknya sekarang Uda nggak mau. Uda ngak akan ngebersihinnya. Itu tugas Alyssa. Kikoy kan kucing bersama," omelnya kesal.
Walau Alyssa beruraian airmata, tapi si uda kekeuh tak mau membantu. Kali ini saya berpihak kepada si Uda. Drama airmata ini harus disudahi. Dia harus ikut bertanggungjawab atas komitmen bersama.
Setelah menunggu agak lama sampai si airmata itu lenyap, akhirnya dia keluar dari kamarnya.
Begitu melihat tampilannya, asli ngakak. Kostum siap tempur. Mulut dan hidung ditutup masker. Tangan dilapisi sarung tangan bekas panjat tebing kemarin. Tak tanggung-tanggung. Langsung dua lapis. Itupun masih kurang. Masing-masing tangannya ia lapisi lagi dengan kantong kresek. 😂😂
Kemudian iapun beraksi sampai selesai. Tanpa tangisan, walau sedikit misuh-misuh.
Saya apresiasi dengan mengacungkan jempol dan sedikit pujian. Bahwa ia berhasil mencari solusi untuk mengatasi rasa jijiknya (walaupun lebay dan tisu habis banyak).
Melihat Alyssa dengan kostumnya, saya jadi teringat dengan Muthi. Ketika SD, saat saya minta membuat sambal, pasti matanya panas pas sesi menggiling bawangnya. Makanya setelah beberapa kali 'menangis' dalam menyelesaikan tugasnya, akhirnya ia pun punya ide. Ia memakai kaca mata renang selama adegan menggiling berlangsung. Dan terbebaslah ia dari mata panas dan air mata. 😀😀
Ingin saya foto, supaya ketika belasan tahun kemudian, mereka akan tertawa melihat dirinya seperti saya tertawa melihat mereka saat ini. Tapi sayang, tak satupun dari mereka ingin di foto dalam kondisi "terbaik" ini.
Jadi ingat kata psikolog. Bahwa pintar yang sesungguhnya adalah ketika mereka mampu menyelesaikan masalah. Bukan ketika mereka meraih nilai tertinggi dalam suatu pelajaran di sekolah. Keunggulan di bidang kognitif hanyalah SATU dari banyak kecerdasan yang diberikan Allah kepada mereka.
Ketika saya kelas 3 SMA, saya punya guru biologi yg sangat hebat, Namanya bu Nur Netty (semoga Allah merahmati beliau), sudah tua tapi sangat pintar menerangkan. Kata beliau, meskipun anak orang kaya makanannya sangat bergizi tapi kalau tak dilatih otaknya, tidak dilatih jasmaninya, dia tidak akan jadi orang yang cerdas.
Tapi banyak anak orang biasa yang makanannya biasa saja, justru sangat cerdas karena otaknya banyak dilatih, fisiknya banyak dilatih.
Jadi bukan makanan yang bergizi yang membuat mereka cerdas. Tapi karena banyak dilatih".
Belasan tahun kemudian, baru saya paham, itulah yg disebut STIMULUS. Beliau mengajarkan parenting di jaman yang istilahnya saja belum dikenal.
Ketika dilahirkan, otak anak sudah memiliki sel syaraf yang berjumlah milyaran. Namun jumlah itu banyak yang hilang setelah dilahirkan. Ketika otak mendapatkan suatu stimulus yang baru, maka otak akan mempelajari sesuatu yang baru. Stimulus tersebut akan menyebabkan sel syaraf membentuk sebuah koneksi baru untuk menyimpan informasi. Sel-sel yang terpakai untuk menyimpan informasi akan mengembang, sedangkan yang jarang atau tidak terpakai akan musnah.
Di sinilah pentingnya suatu stimulasi yang rutin diberikan. Stimulasi yang terus-menerus diberikan secara rutin akan memperkuat hubungan antar syaraf yang telah terbentuk sehingga secara otomatis fungsi otak akan menjadi semakin baik.
Jadi, anak yg banyak melakukan, banyak mencoba, dibiarkan menghadapi masalah dan menyelesaikan sendiri permasalahannya, otaknya kan berkembang dengan pesat. Karena otaknya selalu mendapat stimulus.
Permasalahannya, banyak orang tua yang mager. (Ups, Saya kaleee...😁) Dari pada ribut dari pada repot, anak diberi tablet/HP. Mereka anteng dan emakpun nyaman facebookan. 😁😁
Kadang, anaknya yang mager. Terbiasa dibantu, terbiasa dimaklumi, terbiasa dikasihani, sehingga mereka tak memiliki daya juang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Sedikit rengekan, sedikit merajuk, sedikit tangisan menghiba, maka orang tuapun turun tangan membantu. (Upps, ini juga saya kalee 😁)
Buku PR tertinggal, kita langsung tergopoh-gopoh mengantarkan ke sekolah supaya mereka tak di hukum. Tas sekolah berat, kita langsung menggendong tas tersebut sampai ke depan kelas dan sampai ke dalam kamarnya. Piring kotor sehabis makannya, kita juga yang mencuci.
Maaak... Kapan mandirinya mereka, kalau kita (meminjam istilah Ibu Elly Risman) selalu menjadi malaikat penolong?
Tak bisa lain. Mereka harus diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka makhluk yang cerdas. Ketika kita membiarkan mereka dengan permasalahannya, maka mereka pun bisa kreatif memikirkan solusinya sendiri. Membiarkan dia jatuh bangun menyelesaikan persoalannya, tanpa sadar kita sedang membentuk manusia-manusia tangguh.
Tapi jangan dikritik ya maak... Kalau solusi mereka tak secanggih solusi kita. Kalau mereka lamaaa...baru bisa menemukan solusinya. Kalau ada air mata dalam prosesnya.
Berikan semangat, pelukan hangat ditambah segelas susu hangat. Pasti makjleb. 
#tulisan ini sesungguhnya untuk saya. Untuk selalu semangat memberi mereka kesempatan berjuang. Untuk tak luluh dengan 1001 trik mereka 'mengendalikan' emaknya. 😍😍

Karawang, 25 Januari 2019
Powered by Blogger.