Takdir Terbaik


Tempo hari, ketika pulang dari gramedia bersama si gadis, kami memesan sebuah ojol mobil. Ternyata, supirnya seorang perempuan.
"Muthi sudah 2 kali dapat yang supirnya perempuan," kata si gadis.
"Muthi senang kalau dapat supirnya perempuan."
Yaa...berasa lebih aman dengan sesama perempuan.
Kuperhatikan sang bu sopir. Orangnya masih muda, berhijab, cantik, ramah, full make up (tapi tidak menor, sapuannya tipis saja), mobilnya bersih, dan wangi.
Ketika kutanya perihal sopir ojol perempuan kepada adik iparku, beliau bercerita bahwa di kota Padang lumayan banyak ojol perempuannya. Mereka rata-rata bukan orang yang kekurangan. Bahkan ada pemilik salon. Ketika salonnya sepi (week day), mereka pun nyambi sebagai supir ojol.
Jangan-jangan supir tadi pemilik salon ya? Soalnya make up nya bagus. 😀
Tiba-tiba terbersit di pikiranku. Kalau seandainya aku nyambi sebagai sopir ojol, boleh g ya ama ayang mbeb? Secara saya sekarang punya waktu luang. Pengen tau aja rasanya 😁😁
Iseng, tadi pagi ku cerita dengan beliau. Terus bertanya boleh g aku nyambi sebagai supir ojol?
"Alasannya buat apa? Kalau alasannya bisa diterima, mungkin bisa dipertimbangkan." jawabnya.
"Alasannya iseng aja." jawabku sambil nyengir.
"Beratlah..." katanya lagi.
Hahaaa....sudah ku duga.
Tapi kusuka dengan cara penolakannya. Seperti biasa, elegan. G nyakitin. Apalagi merendahkan.

Sama dengan dulu. Ketika muthi kelas 3 SD, sekolahnya meminta saya jadi guru IT. Karena tau saya bisa IT, juga pemprograman. Secara tugas akhir waktu kuliah adalah membuat program komunikasi data. Dan lulus dengan nilai terbaik di jurusanku. Dan pernah bekerja di PT Semen Padang bagian Biro Rancang Bangun sebelum akhirnya berhenti dan menikah.
Beliau menolak, "Anak-anak masih kecil. Kasian. Urus anak-anak saja dulu. Nanti kalau anak-anak sudah mulai besar, kita pertimbangkan kembali"
Tapi beliau memberikanku kompensasi. Membelikanku kamera yang lumayan harganya serta memperbolehkanku kursus fotografi di Jakarta.
Begitu juga ketika Sayyid kelas 2 SD, sekolahnya menawariku jadi guru dan pegang kelas.
Anak-anak sudah lumayan besar. Alyssa yang kecil sudah bersekolah TK. Pulangnya pun ba'da zuhur setelah makan siang dan sholat zuhur berjamaah di sekolahnya
Tapi beliau tetap menolak. "Guru itu berkomitmen dengan waktu. Nanti anak sudah pulang, ibu masih di sekolah."
Dan kompensasi dari beliau, kamera yang lebih woow harganya. Dan mulai sering adventure biar dapat hunting foto-foto indah. Bersama keluarga tentunya. 😍
Sudahlah... Takdirku adalah ibu rumah tangga sejati. Jalani sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Mudah-mudahan ini ladang amalku. Amal andalanku ketika bertemu Allah kelak. Aamiin. 
Buat ibu-ibu di luar sana dengan takdir berkarya sesuai ilmu dan kecakapan, jalani juga sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Tanpa mengabaikan amanah yang di rumah. Semoga itupun menjadi ladang amal dan pemberat timbangan pahala di yaumil akhir nanti.
Karawang, 18 November 2019

******
Pict. Sensasi penerbangan malam.
Ketika kota seperti taburan berlian.

Sertifikasi Tahfidzul Qur'an



Alhamdulillaah....
Hari ini telah dilaksanakan sertifikasi Tahfidzul Qur'an di Al Bayan. Sebanyak 31 orang lulus dengan predikat SANGAT BAIK.
Termasuk nak bujang, Sayyid Al Hakim.
Alhamdulillah...Alhamdulillah...
Semoga istiqomah dengan Qur'an, ya nak...
Hafalkan, pahami, amalkan dan selalu muroja'ah sepanjang hayatmu.
Ibu dan ayah, awam.
Engkau harus lebih baik. Insya Allah.
******
Nanti kalau pulang, si nak bujang akan ku tatar tentang pakaian. Saat di moment bersejarah ini, sertifikat diberikan pak kepsek dan guru tahfidz, temannya bergamis rapi, atau berbaju koko dan sarung rapi, ehh...dia pakai baju pakistan dengan CELANA TRAINING !!!
Terlaluu... 😂😂😂

Cita-Cita.


Pagi kemarin dan pagi ini dapat japrian dari pak Roni, guru Fisika Al Bayan. Beliau mengirimkan foto si bujang. Foto di Undip kemarin dan foto di hotel pagi ini. (Alhamdulillah....selalu ada orang baik).
Setelah ke Undip dan ke candi Borobudur kemarin, hari ini agenda mereka ke UGM dan tour lava di Gunung Merapi. Baru setelah itu pulang.
Pengenalan akan kampus ini masih akan berlanjut di kelas XI dan XII. Kelas XI, mereka akan mengunjungi beberapa universitas di Malaysia dan Singapura. Kelas XII mereka mengunjungi UI, ITB, dan lain-lain.
Kunjungan ini sangat bermanfaat untuk membuka wawasan anak-anak. Ada apa aja sih jurusan di sana? Seperti apa sih pembelajaran di sana?
Jadi ingat si gadis. Cita-citanya dari SD sampai kelas X adalah dokter. Setelah kelas XI, berubah. Dia ingin masuk sastra pas kuliah nanti. Karena merasa pelajaran di bidang sastra itu asyik. Setelah kunjungan ke UI, ternyata dia sangat tertarik dengan ilmu psikologi. Dan alhamdulillah, sekarang ia kuliah penuh semangat di jurusan ini. Semoga kelak jadi psikolog yang sholihah. Aamiin....
Nah, sekarang saya ingin mengamati si nak bujang. Dari kelas 5 SD, sampai saat ini ia masih ingin jadi pilot. Bahkan minggu yang lalu, ia menelponku. Memberitahu kalau ia sudah mendownload soal-soal tes masuk STPI (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia). Dan kemudian mendapati dirinya butuh pelajaran Fisika dan Matematika tambahan. 😀
Dan ia pun langsung menghubungi gurunya untuk meminta pelajaran tambahan Fisika dan Matematika di waktu kegiatan belajar malam. Guru yang ia pilih adalah Pak Roni (Fisika) dan bu Dwi (Matematika).
Masya Allah, saya takjub melihat kesungguhannya. Gerak cepat. Padahal masih semester 1 kelas X. Semoga istiqomah, nak.
Satu hal lagi yang membuat saya merasa salut dengan sekolah ini. Ketika si anak merasa butuh pelajaran tambahan, ia boleh memilih salah satu dari guru yang ada, untuk membimbingnya. Misalnya dia butuh pelajaran tambahan kimia. Guru kimia di sekolah ada 5 orang. Guru yang mengajar di kelasnya adalah guru A. Tapi dia suka dengan guru B. Maka untul pelajaran tambahan, dia boleh memilih guru B. Dan guru B pun akan memberikan pelajaran tambahan di waktu yang nyaman bagi si anak. Dan FREE OF CHARGE. Masya Allah.
Bahkan ketika anak-anak tidak sekolah, mungkin karena sakit atau bertanding ke luar sekolah, maka untuk pelajaran yang tertinggal, diberikan waktu khusus.
"Di sini enak, bu. Kalau kita ketinggalan pelajaran karena sakit atau lomba atau lainnya, bukan kita yang ngejar gurunya. Gurunya yang ngejar-ngejar murid. Jadi g bisa ngelak atau bolos dari pelajaran tersebut." katanya sambil tertawa.
Masya Allah, mereka sungguh-sungguh membimbing muridnya. Tak boleh ada yang terlewat.
Kembali ke laptop.
Siapapun boleh memiliki asa. Seperti halnya om Sayyid yang di Padang. Ia ingin keponakannya ini kuliah di bidang pemprograman. Karena melihat minat dan kemampuan Sayyid di bidang ini.
"Jangan jadi pilot. Karena pilot hanya operator. Kuasai teknologinya. Nanti kita yang bikin."
Harapan yang indah. Saya dan ayahnya sepaham dengan omnya ini.
Tapi mari kita lihat apakah setelah kunjungan-kunjungan ke beberapa universitas nanti, ia akan istiqomah di pilihannya itu atau berubah seperti kakaknya? 😁
Bagi kami, silahkan mereka pilih bidang yang cocok untuk mereka. Apa saja, yang penting bermanfaat buat umat. Dan apapun itu, harapan kami, mereka sungguh-sungguh di sana. Apapun profesinya, jadilah orang yang sholih. Jadi pilot? Pilot yang sholih. Jadi programmer, programmer yang sholih, jadi psikolog, psikolog yag sholihah, dan lain-lain.
Kami akan selalu mensupport dan mendo'akan kalian.
Karawang, 28 November 2019
#curhatmakASA

Sandal Hilang

Kemarin sore, saya mengantar si bungsu les matematika di Kumon. Terkantuk-kantuk saya menungguinya. Tapi meskipun mengantuk, hati senang saja. Emang hobi ngintilin anak.😁😁
Dulu...setiap saya bergerak, anak-anak pasti berebut ingin ikut. Tak ada yg mau ditinggal. Sekarang waktu berbalik. Setelah mereka besar saya yang selalu ingin ikut kegiatan mereka.
Dan mungkin nanti kalau Alyssa sudah SMA di pesantren (insya Allah), ayahnya kerja yang akan saya tungguin di kantin kantornya. 😅😅
Setelah selesai azan maghrib, baru dia selesai. Kamipun segera ke RPM (Resinda Park Mall). Ada sesuatu yang mau saya beli.
Sesampai di RPM, ketika akan turun, Alyssa mencari-cari sandal gunungnya (maklum, anak sekolah alam. Jadi lebih nyaman kemana-mana dengan sandal gunungnya). 🌏
Di cari sampai ke kolong-kolong kursi mobil tak ketemu.
"Jangan-jangan ketinggalan di Kumon?" tanyaku.
"G mungkinlah Alyssa nyeker naik mobil bu", jawabnya.

Untunglah di mobil ada sepatu olahraganya yang biasa dia pakai buat latihan memanah.
Kemudian kamipun segera ke musholla untuk sholat mahgrib. Ketika selesai sholat, ia langsung berdiri hendak melipat mukenanya. Langsung saya tahan tangannya.
"Kita tunggu aja sampai Isya di sini. Setelah isya baru kita berangkat. Sekarang Alyssa banyakin do'a minta sama Allah supaya sandalnya ketemu. Dan tambahin zikirnya". Ia pun duduk kembali. Sengaja saya tahan, supaya dia bisa merenungi kecerobohannya.
Ketika masuk waktu Isya, kamipun segera sholat berjamaah. Dia yang iqamat, saya yang jadi imam.
Selesai sholat, saya batalkan rencana membeli sesuatu. Dan langsung balik ke Kumon. Mudah-mudahan masih rejeki, sandal itu ketemu. Sayang aja kalau hilang. Karena sandal itu masih gress. Baru sekitar 3 bulan yang lalu kami beli. Tp kalau hilang, ya sudah. Bukan rejeki kami. Ada yang lebih butuh dari kami.
Ketika sampai, tempat lesnya sdh tutup. Tempat sandal di luar pintu kosong melompong. Berarti sandalnya tidak ketinggalan. Jadi dimana sandalnya?
Ketika kulihat sekeliling, ada 2 orang satpam yang asyik mengobrol di dekat portal masuk ruko tempat les ini.
Segera kudatangi.
"Pak, ada lihat sandal tertinggal di..."

Belum selesai ku ngomong, pak satpam sudah memotong.
"Sandal gunung ya bu?"
"Iya pak".
"Oh...ada bu. Tadi ketinggalan di jalan dekat mobil ibu. Saya panggilin tapi ibu g dengar karena jendela mobilnya tutup semua".

Oaallaaah...ternyata sebelum naik mobil Alyssa melepas sandalnya. Dia pikir masuk rumah kali, sandal di lepas dulu. 😂😂😂
"Ini bu, saya simpen. Takut diambil orang atau pemulung", kata pak satpamnya sambil menyerahkan sandal Alyssa.
Alhamdulillah....masih rejeki. Selalu ada orang baik. 

Jujurlah....


Beberapa waktu lalu, si gadis kecewa. Ia gagal seleksi beasiswa full funded dari Tanoto Foundation. Tanoto Foundation tahun ini memberikan beasiswa hanya untuk 7 universitas di Indonesia (Unri, Unand, Unla, UI ITB, IPB dan satu universitas dari Kalimantan)
Seleksi tahap pertama berupa nilai, prestasi, buat esai dan lain-lain dia lolos. Tahap berikutnya memberikan data-data orang tua, termasuk menyertakan slip gaji. Daaan....ternyata ia tak lolos.
Desas desus penyebabnya adalah gaji ayahnya yang tidak memenuhi syarat sebagai penerima beasiswa.
Kami sih, nyantai aja. Karena merasa di luar sana banyak orang yang lebih layak menerima beasiswa dari pada dia. Lebih butuh disubsidi pendidikannya dari pada dia.
Dan di telepon dia nyeletuk, "Harusnya slip gaji ayah dimanipulasi dulu. Dibikin kecil. Muthi kan pengen membantu meringankan beban ayah dan ibu."
Kami berdua hanya tertawa. Karena tau dia cuma bercanda. Insya Allah dia sudah paham tentang halal dan haram.
Jadi teringat berita 2-3 tahun yang lalu ketika pendaftaran masuk SMA negeri. Banyak orang tua yang memanipulasi gaji dan jabatan hanya agar bisa mendapat surat miskin sehingga anaknya bisa masuk ke sekolah negeri favorit lewat jalur siswa tak mampu.
Atau memanipulasi tempat tinggal agar bisa masuk ke Sekolah Negeri favorit lewat jalur zonasi.
Atau memanipulasi gaji agar UKT (Uang Kuliah Tunggal) anaknya menjadi murah.
Tidakkah terbayang oleh mereka, bahwa mereka telah merampas hak orang lain untuk bisa sekolah? Atau memangkas subsidi yang seharusnya buat mahasiswa kurang mampu karena manipulasi gaji?
Klu memang gaji kita besar sehingga UKT kuliah anak menjadi tinggi, maka UKT itu akan digunakan untuk mensubsidi anak lain dari golongan yang kurang mampu.
Saya teringat teman kuliah saya. Ketika anaknya lulus di salah satu PTN favorit di negeri ini lewat jalur SNMPTN, mereka diberi formulir yang salah satu isiannya tentang kesanggupan memberikan sumbangan.
Temanku ingin mengisi 5 juta saja. Tapi kata suaminya, "Jangan. Nggak boleh begitu. Kita mampu untuk 11 juta".
Maka diisilah form itu dengan angka 11 juta.
Bayangkan, di saat tak ada paksaan untuk memberi sumbangan, sang suami memakai azaz kepatutan. Dengan kemampuan finansialnya saat itu, dia mampu memberi lebih. Maka, ia pun memberikan lebih.
Di lain waktu, saya tahu, ada seorang anak cerdas lulus di universitas yang sama. Karena ayahnya sudah pensiun dari ASN, ia pun memberi angka 0 di kolom sumbangan. Karena memang tak ada yang bisa diberikan.
Nah, di sisi seperti inilah dibutuhkan subsidi silang. Si kaya menyuplai si kurang mampu.
Alangkah indahnya hidup ini kalau kita saling berbagi. Alangkah indahnya kalau semua anak-anak Indonesia mendapat pendidikan yang layak karena adanya subsidi silang.
Alangkah susahnya apabila si kaya tak mau berbagi. Malah berusaha menyembunyikan hartanya dengan cara memanipulasi gaji.
Marilah kita jujur. Sehingga mengundang keberkahan dan kebaikan dari Allah untuk anak kita yang sedang menuntut ilmu.
Manalah mungkin kita mengharapkan kebaikan dan keberkahan kalau memulai sesuatu dengan yang haram?
Anak yg cerdas dan berakhlak baik dimulai dari orang tua yang JUJUR.

Untuk Muthia anakku. Tetap semangat. Insya Allah, Allah siapkan yang terbaik untukmu di lain waktu. Engkau anak baik. 

Sisi Humanis Rasulullah

Sebenarnya, menulis tentang Rasulullah di kolom komentar sangat tidak memadai, mengingat sejarah beliau yang panjang. Semua sisi sangat indah untuk dikupas, dihayati dan diteladani.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab: 21).
Nama lengkap Rasulullah SAW adalah Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Muthalib. Beliau adalah keturunan nabi Ismail AS bin Ibrahim AS.
Beliau lahir di Mekkah dan diutus menjadi nabi yang terakhir ketika berumur 40 tahun. Kemudian menyampaikan risalah Allah SWT selama 23 tahun. Dan meninggal di kota Madinah setelah Allah SWT menyempurnakan agama Islam bagi beliau dan bagi umatnya di tahun 11 Hijriyah.
Nabi Muhammad, selain diutus untuk memperbaiki akhlak manusia, beliau juga membawa 4 perkara:
1. Membawa perintah dari Allah, supaya kita jalankan
2. Membawa larangan dari Allah, supaya kita jauhi
3. Membawa berita dari Allah, supaya kita membenarkan
4. Membawa tata cara ibadah dari Allah SWT supaya kita beribadah kepada Allah dengan cara tersebut.
Di samping tugas-tugas kenabian, Rasulullah juga dikenal sebagai orang yang humanis. Beliau juga bercanda dengan sahabat-sahabatnya. Dan lihai menangkis candaan mereka.
Suatu ketika Rasulullah sedang makan kurma bersama sahabat-sahabatnya. Oleh Ali bin Abi Thalib, biji kurmanya dia gabungkan dengan biji kurma Rasulullah. Kemudian Ali berkata, "Lihatlah, alangkah rakusnya Rasulullah. Makan kurma sebanyak itu".
Rasulullah pun tak kurang akal membalas Ali bin Abi Thalib, dan menjawab:
"Ali lebih rakus lagi. Dia makan kurma dengan biji-bijinya".
Pecahlah tawa para sahabat.
Sebagai seorang pemimpin, kecerdasan beliau sangat menonjol. Baik dalam mengatur pemerintahan, mengatur strategi perang, menjawab persoalan-persoalan umat bahkan walau hanya menyelamatkan seorang sahabatnya dari kekejaman kafir Quraisy.
Suatu ketika Rasulullah sedang berada di Pasar di Mekkah. Tiba-tiba beliau melihat seorang sahabatnya berlari kencang ke arahnya. Ketika sampai di depannya, sahabatnya berkata, "Ya Rasulullah, selamatkan aku dari kafir Quraisy". Dan kemudian dia lanjut berlari lagi.
Rasulullah melihat sahabatnya itu sampai hilang dari pandangannya. Setelah sahabatnya hilang dari pandangannya, beliau maju selangkah ke depan.
Tak lama kemudian, datanglah kafir Quraisy itu. Dan dia pun bertanya kepada Rasulullah. "Ya Muhammad, apakah engkau melihat si fulan?
Jawab Rasulullah, "Sejak aku berdiri di sini, aku tak melihat dia".
Lihatlah, betapa cerdasnya beliau. Bisa menyelamatkan sahabatnya tanpa perlu berbohong.
Sedari kecil, banyak sekali keajaiban yang melingkupi beliau. Ibu susunya Halimah Tu'sadiyah yang semula serba kekurangan, menjadi tercukupi ekonomi sejak mengasuh Rasulullah. Begitu juga dengan paman beliau Abu Thalib yang hidupnya juga kekurangan. Bahkan anak-anak beliau jarang mendapati makanan yang cukup.
Tapi sejak beliau mengasuh Nabi Muhammad, keluarganya mendapat banyak keberkahan. Berkah makanan, tak pernah kekurangan, bahkan susu satu gelas, setelah diminum oleh Muhammad, bertambah banyak dan mengenyangkan seluruh anggota keluarga itu.
Keajaiban lain, Muhammad kecil selalu rapi, meskipun bangun tidur. Padahal, anak-anak Abu Thalib yang menempati rumah dan tempat tidur yang sama mengalami kondisi yang jauh berbeda.
Tutur Syeikh Mahmud al-Mishri, “Anak-anak Abu Thalib acak-acakan, rambut mereka awut-awutan, dan mata mereka penuh kotoran.”
Sangat berbeda dengan Muhammad kecil yang, “Ia bangun tidur dalam kondisi sangat rapi. Rambutnya tersisir dan berminyak, matanya bersih dan bercelak.”
Masya Allah.
Membicarakan Rasulullah sungguh membuat haru hati. Kemuliaan dan keagungannya membuat kita tak bosan untuk selalu mengulang dan mengulang kembali ceritanya.
Semoga Allah mempersatukan kita dengan beliau di surgaNya. Aamiin.

********************
Tulisan ini memenangkan lomba menulis yang diadakan oleh influencer Khairrubi Noor.
Berikut komentar dari Khairubbi Noor
PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA MENULIS
And the winner goes to Akhma Neli.
Selamat ya... Mohon segera kirimkan nomor rekening via messenger, anda berhak mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp400.000 seperti yang telah dijanjikan.
Kenapa tulisannya layak menjadi pemenang? Berikut penilaian dari juri (gue sendiri):
1. Dari segi tata bahasa dan cara penulisan, sungguh enak dibaca. Penulis membagi tulisan kedalam beberapa paragraf, sehingga mudah untuk dibaca dan ditelaah. Penggunaan tanda baca dan pemilihan kata-katanya juga bisa dibilang sangat baik. Penulis membuka tulisannya dengan penggalan surat Al Ahzab, sebagai pedoman untuk merangkai kata selanjutnya.
2. Dari sejarah hidup baginda Nabi Muhammad SAW yang panjang, penulis fokus pada satu hal, yaitu menyoroti humanisme kehidupan Rasulullah. Gue terkesima saat penulis menceritakan candaan antara Ali bin Abi Thalib dan Muhammad SAW tentang biji kurma. Seketika melunturkan stigma yang masih melekat dibanyak benak ummat Islam. Kehidupan Nabi Muhammad SAW ternyata tak melulu dihiasi dengan dakwah dan perang, namun juga canda dan tawa bersama para sahabat. Sungguh sebuah suri tauladan yang wajib ditiru oleh ummat Islam saat ini.
3. Kadang gue jenuh dengan banyaknya opini dan tulisan serius tentang Islam, analisa politik, sosial dan ekonomi yang beredar di media sosial. Membaca sisi humanisme Nabi Muhammad SAW berhasil membuat gue tersenyum. Sungguh masih banyak kisah kehidupan Rasulullah yang belum gue ketahui. Ternyata ditengah kesibukannya dalam berdakwah dan mempertahankan diri dari serangan musuh, beliau juga masih sempat bersenda gurau, berniaga, menjalin romansa dengan istri-istrinya.
Tulisan seperti inilah yang perlu dibaca oleh banyak orang. Membuka wawasan sekaligus membuat kita merindukan sosok Nabi Muhammad SAW.
Ada saatnya beliau serius.
Ada saatnya beliau romantis.
Ada saatnya beliau bercanda.
Ada saatnya beliau bersedih, berduka cita.
Ada saatnya juga beliau memimpin pasukan, menghunus pedang kearah lawan.
Tak lupa gue ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah ikut berpartisipasi. Bukti bahwa ghirah dan rasa cinta ummat Islam kepada baginda Rasulullah tak cuma sekedar ucapan, namun bisa dituangkan kedalam tulisan. (BZH)

Apa Salahku?

Namaku, Marni. Umurku saat ini 57 tahun. Aku Janda dengan tiga anak yang semuanya sudah menikah. Suamiku meninggal 4 tahun yang lalu.
Dulu, ketika suamiku sudah pensiun dari sebuah perusahaan swasta, dengan berbekal uang pensiunnya, kami memulai usaha rumah makan. Chefnya adalah aku, karena kata keluarga dan teman-temanku, aku jago memasak. Dan sering juga aku menerima pesanan. Maka untuk mengisi waktu, kami membuka rumah makan. Masakan andalan rumah makan kami adalah ayam bakar.
Pagi-pagi, kami ke pasar berdua. Kemudian kami memasak berdua. Aku yang membumbui, suamiku yang membakar. Dan sekitar jam 9 kami sudah mulai sibuk meladeni pembeli. Indah sekali ketika itu.
Rukonya kami sewa. Jarak antara ruko dengan rumah lumayan jauh.
Jarak yang lumayan jauh, ternyata melelahkan bagi kami yang sudah paruh baya ini untuk bolak balik. Ditambah rumah makan kami yang mulai ramai, akhirnya kami berniat membeli ruko sebagai tempat usaha dan tempat tinggal kami.
Harga ruko sangat mahal. Akhirnya kami sepakat menjual rumah kami sebagai DP ruko tersebut. Cicilannya nanti akan kami bayar dari hasil usaha rumah makan kami.
Alangkah bahagianya kami setelah menempati ruko ini. Sisa penjualan rumah, kami pakai buat merenovasi halaman belakang ruko sebagai tempat tinggal kami.
Tahun berikutnya, kami berangkat haji setelah 3 tahun masa tunggu. Lengkap sudah rasa bahagia ini.
Tapi setelah pulang haji, suamiku meninggal dunia karena serangan jantung. Langit serasa gelap bagiku. Aku tak sanggup menjalankan usaha rumah makan ini tanpa bantuannya. Anak-anakku tak ada yg mau membantu usaha kami. Mereka punya pekerjaan sendiri-sendiri.
Kucoba hidup sendiri di ruko kami. Terasa sangat sepi. Aku sangat kehilangan suamiku. Belahan jiwaku. Aku sering menangis.
Karena tak jualan, aku tak mampu membayar cicilan rukoku.
Akhirnya, hasil diskusi dengan anak-anakku, ruko dikontrakan saja. Cicilan ruko kami diteruskan oleh menantu anak pertama kami, Husna.
Anak-anakku, memintaku bergantian tinggal dengan mereka. Kemana saja aku suka. Tapi keindahan itu tak lama.
Anak-anakku, yang tadinya hormat kepadaku, sangat menjaga kata-kata mereka terhadapku, lama-lama mulai hilang hormatnya. Mereka banyak melarang, bahkan mulai membentakku.
Kalau aku tinggal dengan anak tertuaku, Husna, ia tak mengizinkan aku kemana-mana. Kecuali pengajian saja. Tapi tak boleh lama-lama. Aku merasa sangat terkekang. Aku punya teman, aku punya komunitas, aku ingin bertemu sekedar mengobrol pelepas rindu dengan teman-temanku, tidak bisa. Hp ku selalu di cek. Kadang ia memberiku uang, kadang tidak. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pribadiku sendiri, aku kesulitan.
Aku pindah ke tempat anak keduaku, Haris. Haris baik, tak pernah berkata kasar. Aku mau pergi kemanapun, silahkan. Bahkan boleh memakai motornya. Hanya saja ia pelit. Tak pernah memberiku uang kalau tak kuminta. Kalau aku mau pergi pengajian, ia memberiku uang bensin 20.000. Sekali-sekali 50.000. Aku merasa seperti anak sekolah yang minta uang jajan ke bapaknya. Padahal ia dan keluarganya sering makan malam di restoran. Bisa 2-3 kali dalam seminggu.
Belum lagi istri Haris seorang perempuan yang cukup judes. Kalau aku pergi pengajian, dan setelah pengajian aku main ke rumah temanku, maka pulangnya dia sering mengomeliku.
"Mama kemana aja sih? Di rumah banyak yang harus dikerjakan."
Nelangsa hatiku dibentak menantu. Tapi tak pernah kuadukan kelakuannya kepada Haris. Semua kutanggung sendiri. Supaya mereka tak ribut gara-gara aku.
Kalau ku tinggal dengan anak bungsuku, Hana, dia selalu mengomel. Dia adalah single parent dengan dua orang anak yang masih SD.
Ketika dia bekerja, aku membersihkan rumahnya, mencuci baju, menyetrika. Kalau dia pulang, aku was was. Khawatir kalau rumah kurang rapi, dia akan mengomeliku. Aku ibarat anak yang ketakutan dimarahi ibunya kalau rumah tak bersih ketika ibunya pulang dari kantor.
Pernah ketika aku baru sampai di rumahnya, tas ku letakkan di lantai dekat lemari. Aku duduk selonjoran melepas penat. Belum lagi penatku hilang, dia sudah teriak,
"Mama, itu tas tarok dimana? Berantakan ma. Mama kalau datang, rumah selalu jadi berantakan. Kalau mama nggak ada, rumah ini selalu rapi".
Dan omelannya berlanjut mengungkit yang lain sampai satu jam.
Dengan menahan air mata, ku bawa tas ku ke kamar.
Karena aku tak punya uang, tak ada anak-anakku yang memberiku uang secara rutin tiap bulan, akhirnya aku berjualan black garlic. Aku ambil dari orang. Daganganku lumayan laris. Aku bisa membeli beberapa keperluan pribadiku dan bisa menyimpan sedikit uang.
Tapi Husna curiga aku jatuh cinta dengan penjual black garlic. Dia marah. Dan dia berkata,
"Kalau mama tidak ada apa-apa dengan dia, berarti mama harus ikhlas HP mama aku reset"
Dan HP ku pun di resetnya. Hilang semua kontak teman-temanku, hilang foto-foto kenanganku dengan bapaknya juga teman-teman dan keluarga.
Perih sangat hatiku. Hanya air mata yang bisa mengalir. Aku sabarkan hatiku sambil memohon kekuatan kepada Allah.
Seminggu yang lalu, aku ribut dengan Hana. Entah darimana dia dapat informasi, bahwa aku punya hutang dua juta ke orang. Padahal aku tak punya hutang kepada siapapun. Kalau setoran black garlicku tidak ada masalah. Dan diapun marah-marah kepadaku tanpa mengkonfirmasi berita itu kepadaku.
"Mama ternyata pembohong ya? Mama nggak bisa dipercaya. Seumur hidupku aku tak percaya lagi sama mama."
"Mama juga egois. Mama nggak pernah bantu perekonomian aku. Aku tu capek ma." lanjutnya dengan penuh emosi".
"Sebentar-sebentar, mama nggak pernah bantu perekonomian kamu? Kamu sudah mama besarkan, sudah mama sekolahkan. Apa kamu pernah bantu perekonomian mama? Mama di sini, di rumah kamu, selalu membiayai diri mama sendiri. Mama makan pakai uang mama sendiri. Mama beli sabun sendiri. Mama beli kasur sendiri, sampai kulkas juga mama bawa sendiri." jawabku sambil berlinang air mata.
"Oh jadi mama nggak senang di sini? Silahkan mama keluar dari rumah saya. Pergi saja ke rumah abang Haris".
Ya Allah.... Aku diusir anakku sendiri. Yang sedari kecil aku sayangi, aku timang-timang. Semua kebutuhannya kucukupi. Keperluannya selalu aku dahulukan dibandingkan keperluanku. Sekarang ia tega menuduh dan mengusirku.
Apa salahku, nak? Sehingga engkau berlaku seperti ini ke ibumu?
Ku ingin suamiku ada di sisiku. Ingin kurebahkan kepalaku ke bahunya. Inginku bagi sesaknya hati ini. Inginku dibelai lembut untuk menghilangkan nestapaku.
Duhai belahan jiwaku. Kalau engkau masih ada, tak akan berani anak-anak memperlakukanku dengan buruk.
Aku sangat terluka. Harga diriku rasanya sudah hilang karena statusku yang menumpang. Walau yang kutumpangi adalah anak-anakku sendiri.
Aku hanya ingin dihargai dan disayangi sebagaimana aku menyayangi kalian ketika kalian dalam pengasuhanku. Ku tak meminta harta dari kalian, nak.
Karawang, 24 September 2019
#based on true

Dunia Baru



Setiap orang tua yang terpisah jarak dengan anaknya tentu bertelepon adalah pelipur lara.
Seperti hari ini, dapat telpon dari si bujang sholih. Mendengar suaranya saja sudah senang. Apalagi mendengar tawanya. Mendengar ceritanya, bertambah-tambah bahagia.
(Apalagi kalau dapat kiriman foto, emak meleleh. 😂)
Dia cerita tentang kegiatannya yang seabreg. Di luar jam pelajaran sekolah dan kegiatan keagamaan, dia mengikuti banyak ekskul. Mulai takhosus tahfidz, panahan, basket, voli, pramuka, renang, robotic, e-sport dan bimbingan olympiade biologi.
Masya Allah...
Kebayang aja itu badan g ada istirahatnya selain tidur. Kebayang aja itu asupan makanan habis jadi energi. Kebayang aja itu badan langsing (g tega bilang kuyuss 😁😁) beredar kemana-mana.
Saya hanya berucap syukur.
Bahwa ia sedang menikmati proses. Ia sedang menikmati dunia baru. Dunia dengan teman sebaya. Dunia dimana ia dipersilahkan mencoba banyak hal. Dunia yang membebaskannya mengeksplorasi bakat dan minat dalam rel keimanan dan syariah.
Semoga ia semakin sholih. Semoga ia semakin cerdas. Dan kelak bermanfaat buat agama, bangsa dan negara ini. Aamiin.
***********
SMA Pesantren Unggul Al Bayan, Anyer.
Di sini, ada lebih dari 40 ekskul. Anak bebas memilih ekskul, sebanyak yg ia mau dan sanggup jalani. Dan semua free. Sdh include dg SPP.




Cukup satu kalimat


Siapapun tau, ketika anak-anak masih kecil, rasanya dari bangun tidur sampai tidur lagi, kehebohan demi kehebohan berlangsung simultan. Kadang paralalel kadang seri. (kita lagi belajar rangkaian listrik ya pren 😁).
Mereka dengan segala tingkahnya, entah itu berantam, atau bermain, berikut segala printilan urusan rumah tangga, kalau tak memiliki khadimat, maka energi badan cepat menguap, sekaligus bisa menyedot rasa sabar.
Pekerjaan yg itu-itu melulu, yang dilakukan terus menerus, di tempat yang sama, memang rentan memicu rasa stres. Ketika si ibu stres, tak mengherankan, anak yang jadi pelampiasan. Karena si anak berada dalam posisi terlemah.
Makanya, bantuan dari suami itu penting, wahai bapak-bapak. Sedikit tawaran bantuan, itu seperti ketemu oase di padang pasir nan maha luas. Apalagi tawaran itu ngajak keluar, makan, belanja apa yg dia mau. Atau piknik. Sedaap...😍
Tapi pastikan stresnya tidak berpindah kepada anda, karena melihat besarnya tagihan yang harus di bayar.
Ada satu hal tawaran yang murah meriah tapi sangat efektif. Sering dilakukan suamiku dulu ketika anak-anak masih kecil sampai menjelang abege. Murah meriah. Dijamin g keluar duit.
Ajak bicara dan sediakan telinga yang lapang.
Dulu, sepulang dari kantor, setelah menyapa anak-anak, hal yang pertama dia tanya ke saya adalah,
"Bagaimana hari ini, bu?"
Atau
"Hari ini masih waras, bu?", dengan nada jenaka.
Cukup satu kalimat saja...
Maka balasannya bisa ratusan kalimat. Bahkan mungkin ribuan kalimat. Mulai dari cerita keluh kesah mengurus anak-anak, yang ributlah, yg mecahin gelas lah, yg butuh ini itulah, sampai urusan mengurus rumah, urusan belanja ke pasar, urusan sekolah, tetangga, tukang sampah dan lain-lain....dan lain-lain...
Setelah keluar semua uneg-uneg, legalah hati ini.
Cukup satu kalimat pembuka dan telinga yang selalu siap mendengar dengan penuh empati, tak pernah dikomen apalagi dikritik, hanya kata-kata "oh...hmm...ya" sudah cukup membuat beban hati sehari ini jadi lebih ringan, hilang sesak, dan sumpek.
Ketika semua sesaknya sudah keluar, semua rasa senangnya sudah tercurahkan, yakinlaah... Rumah tangga akan jauh lebih berseri. Karena istri adalah jantung rumah tangga.
Ketika ada telinga yang mendengar di rumah, maka takkan dia mencari telinga di luar sana. Tak kan dia berbagi keluh kesah di luar sana.
Jadi intinya, para emak-emak ini butuh PERHATIAN dan DIDENGAR. Bahwa dia capek, dia lelah, dia sakit, dia bahagia, dia gembira. Perhatian, dengar dan jangan dikritik. Itu solusi yg murah meriah.
Maka, cukup satu kalimat empati dan telinga yang terbuka, akan membuat hatinya lapang dan full power kembali menghadapi hari esok.
Sekarang, kalimat sapaan itu masih sering menyapaku. Hanya tak seintens dulu. Karena anak-anak sudah besar. Bahkan 2 orang anak kami sudah berada di kota yang berbeda karena menuntut ilmu. Tinggal si bungsu saja yang di rumah. Jadi tingkat kewarasan sudah lebih baik. #ehh.... 😂😂

#catatanhatimakASA
Karawang, 22 September 2019

Liburan



Tak terasa sudah 3 bulan saja si bujang sholih (aamiin...) di pesantren. Ujian mid semester sudah selesai. Dan saatnya libur seminggu. Horee..... 😁🎉🎉🎊
Maka hari ini acara penjemputan dibarengi dengan acara "Nengok Bareng".
Di Al Bayan ada tradisi "Nengok Bareng" satu kali dalam 1 semester. Sebuah acara silaturahim antar orang tua, juga dengan guru dan staff dan diakhiri dengan makan bareng.
Dalam sambutannya, pak Kepsek bercerita bahwa "pulang" adalah sesuatu yang istimewa bagi anak-anak. Anak-anak yang sholatnya sering terlambat, atau punya catatan perilaku minus lainnya, ada iqob (hukuman) berupa terlambat pulang untuk mengikuti kelas motivasi. Terlambat pulang bisa 14 jam sampai 20 jam, tergantung kesalahannya.
Seminggu sebelum pulang, Pak Kepsek mengumumkan bahwa bagi yang sering masbuq (terlambat sholat) ada kesempatan memperbaiki catatannya dengan melaksanakan kebaikan berupa sholat di shaf pertama.
Besoknya selama seminggu, shaf pertama langsung penuh oleh anak-anak dengan catatan masbuq. Mereka langsung menjaga waktu sholat.
"Pak, sholat di teras ini masih terhitung shaf pertama g?" tanya seorang santri yang tidak kebagian shaf pertama di dalam masjid.
"iya," jawab pak Kepsek.
Dan, seketika teras samping kiri dan kanan, penuuuuh...
"Pak, apalagi kebaikan yang bisa mengurangi catatan masbuq?" tanya seorang siswa yang sering masbuq.
"mabit di masjid", jawab pak kepsek.
Dan malamnya pak Kepsek menyaksikan ada beberapa anak yang zikir dan mengaji di masjid.
Masya Allah....
Demi "pulang", agar bisa berkumpul dengan keluarga yang dirindukannya, menikmati masakan bundanya yang lezat, tidur di kamarnya yang nyaman, mereka berusaha memperbaiki catatan buruk mereka.
Saya jadi terbayang kejadian kemarin. Karena Alyssa masih di rawat di rumah sakit, tadinya kami berencana tak menjemput Sayyid. Sayyid rencananya dititipkan saja ke salah satu orang tua murid yang menjemput.
Namanya emak, timbang sana timbang sini, kok rasanya g tega. Membayangkan hati si bujang yang masgul karena temannya dijemput orang tuanya, dia tidak. Orang bercanda ria, dia diam dalam kesendirian.
Saya jadi ingat tulisan ibu dari anak pesantren Husnul Khotimah yang meninggal karena ulah preman. Bahwa surganya anak adalah orang tuanya.
Betapa bahagianya mereka ketika dikunjungi orang tuanya ke pesatrennya. Betapa bahagianya mereka ketika bertemu orang tuanya. Betapa bahagianya mereka dijemput dan pulang bersama orang tua.
Ooh...emak langsung meleleh.
Langsung minta ijin ke ayahnya untuk besok menjemput si bujang. Alyssa dijaga ayah aja. Ayahpun mengijinkan.
Setelah dua kali menelpon di perjalanan, "Ibu sudah sampai mana?", akhirnya wajah sumringahnya pun menyambut saya di masjid sekolah.
Dengan wajah bahagia dia memberikan rapornya. Minta saya segera melihat. Tapi karena acara mau mulai, saya tunda melihat rapornya. Dan sepanjang acara, lanjut dengan konsultasi dengan wali kelas dan mentor, dua kali dia bertanya, "ibu sudah liat rapor Sayyid?"
Akhirnya saya baru bisa lihat rapornya dalam perjalanan pulang. Pantas saja dia sangat ingin saya melihat rapornya. Ada dua angka 100 tertera di sana. Dan catatan masbuqnya 0. 😄
Alhamdulillah, oase kenikmatan setelah ujian hati selama 3 hari ini.
Dan yg bikin hati sumringah adalah catatan dari wali kelas.
"Sayyid ini anaknya sangat unik, bunda. Dapat nilai jelek dia senyum, dapat nilai bagus dia senyum, saat susah dia senyum. Bahkan ketika mau ditegur, dia datang ke saya pun dengan senyum. Jadi g tega...."
Hahaa....orang tua kelas X-1 jadi tertawa semua. Bahkan mama Shiddiq di sebelah saya langsung berbisik, "saya paling senang liat foto sayyid. Selalu tersenyum."
Duuh.... Kebahagian kecil yg membuat hati emak jadi lapang.
Mari kita pulang, nak. Kita rehat dulu untuk kemudian berjuang kembali.😀😀💪💪

Karawang, 28 September 2019
#CurahanhatimakASA

Transisi Hidup



Tak terasa....
Sudah 2 bulan si gadis di tanah rantau. Ehh...terbalik ya? Saya yang di rantau, ia yang di kampung halaman. 😂😂
Si gadis sepertinya mengalami "geger akademis". Loncatan perpindahan anak sekolah dangan anak kuliah, terlalu jauh. Ketika SMA di pesantren, di mana jarak asrama dengan gedung sekolah hanya sepelemparan batu. Sekarang jauuuh..... Kurang lebih 18 km. Kalau nebeng sama om, bisa ngirit ongkos. Kalau jadwal kuliah siang, alamat naik angkutan umum sampai 3 kali. Naik ojek online? 31 rabu sekali jalan. Lumayan banget. 😅😅
Belum lagi pelajaran dan segala kegiatannya. Jauh sekali antara SMA dan kuliah. Sekarang, Quis dan tugas setiap hari. Masa ospek yang masih berlangsung hingga desember. Ekskul, mempersiapkan kegiatan tingkat di bulan November nanti dan lain-lain...dan lain-lain.
Tenaga terkuras, pikiran terkuras. Tapi yang paling ngenes, isi dompet terkuras. 😁😁
Sampai-sampai bendera putih berkibar.. Minta tambahan dana.
Kalau dulu, ketika bertelepon, rutinitas pertanyaan kami adalah bagaimana keadaannya. Sekarang rutinitas kami jadi bertambah nanyain uang, "masih cukup?" 😀

****
Seminggu yang lalu ia baru saja mengikuti bakti sosial mahasiswa baru Fakultas Kedokteran. Ada 3 jurusan yang tergabung, Kedokteran, Kebidanan dan Psikologi.
Baksos di adakan di desa Sumanik, Batusangkar, Sumbar. Penduduk desa sudah menyiapkan rumah-rumah buat mereka tinggal. Kegiatan baksos meliputi, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, sunatan masal, mengajar di sekolah-sekolah dan melakukan tes IQ, tes minat bakat serta memberikan training motivasi.
Meskipun ini judulnya bakti sosial mahasiswa baru, tapi yang turun untuk pemeriksaan kesehatan, sunatan, tes IQ dan tes minat bakat adalah para ahlinya. Yaitu dokter umum, dokter spesialis, bidan dan psikolog. Mahasiswa baru hanya bertindak sebagai asisten.
Ketika pemeriksaan kesehatan, datanglah seorang kakek yang mengeluh nafasnya agak sesak,
Dokter : bapak merokok?
Kakek : tidak pak dokter.
Kemudian dilakukan pengetesan pernafasan si kakek. Ternyata indikator alat menunjukkan warna kuning. Berarti si kakek fix perokok.
Dokter : jadi kapan bapak terakhir merokok?
Kakek : tadi malam

😂😂😂😂😂😂😂
Terjadi perbedaan sudut pandang rupanya. 😁

Dan malamnya mereka dihibur oleh penduduk kampung Sumanik dengan kesenian randai. Randai ini merupakan sebuah kesenian tradisional Minang yang menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu. Dan drama yang mereka mainkan adalah drama komedi yang sukses membuat civitas akademika Universitas Andalas Fakultas Kedokteran terpingkal-pingkal.

*****
Nikmatilah, nak.
Nikmati dunia perkuliahanmu. Susah dan senang, nikmati dengan hati lapang. Susah dan senang adalah kawan hidup. Silih berganti mereka menempamu.
Dan jangan lupa berteman dengan siapa saja, tapi PILIH sahabatmu. Karena mereka bisa mewarnaimu. Pilihlah sahabat yang sholeh/sholihah yang mau mengingatkanmu kepada kebaikan.
Dan yg utama, dekatkan dirimu dengan Sang Pencipta.

Karawang, 4 September 2019
#curhatmakASA


******
tulisan ini saya unggah ke FB.
dan salah satu komen yang membuat saya terharu adalah

Sukmawati Pipin Bu, setiap ibu menuliskan tentang Anak2 Sy kok jd auto nangis (terharu) ya bu. Seperti nya Anak2 bangga sekali punya ibu.

Powered by Blogger.