Part #5. Puncak Lawang Nan Terkenal


Jalan-Jalan ke Ranah Minang tentu tak lengkap kalau tak mampir ke salah satu danaunya yang indah. Ada 5 buah danau indah di Sumatera Barat yaitu danau Singkarak, danau Maninjau, danau kembar (danau Di Atas dan danau Di Bawah), dan danau Talang.
Danau Singkarak dan danau kembar sudah kami kunjungi 2 tahun yang lalu. Yang sangat berkesan bagi anak-anak adalah memakan kerang danau Singkarak, yang merupakan kerang air tawar yang berukuran kecil dan gurih. Di sini disebut pensi. Dulu 1 bungkus ukuran sedang seharga Rp 5.000,-. Membuat anak-anak bolak-balik membeli kerang lezat ini. 😅😅😅
Kali ini kami bermaksud melihat danau Maninjau, danau terluas kedua di Sumatera Barat. Tapi hanya melihat saja. Tidak akan bermain air. Karena dulu sudah pernah bermain air danau ketika ke danau Singkarak dan danau Di Bawah. Kami akan melihat danau Maninjau dari suatu ketinggian, dari tempat yang sangat terkenal bahkan sampai ke mancanegara, yaitu Puncak Lawang.

Jalan menuju Puncak Lawang dengan latar belakang Gunung Singgalang

Puncak Lawang merupakan nama suatu puncak nan asri, sejuk, rimbun dan deretan pohon pinus yang berjajar rapi, yang terletak di dataran tinggi di Kecamatan matur, Kabupaten Agam Sumatera Barat, tepatnya di ketinggian 1.210 mdpl. Di zaman penjajahan, Puncak Lawang merupakan tempat peristirahatan bangsawan Belanda.

Perjalanan kami di mulai dari Padang Panjang. Kemudian kami memasuki daerah Sungai Tanang, Koto Tuo, Balingka, terus ke Matur dan Puncak Lawang. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang memanjakan mata karena keindahannya. Kiri kanan jalan terhampar perkebunan atau persawahan dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Perumahan penduduk yang tersusun rapi dan unik karena didirikan di tanah dengan kontur naik turun, udara yang sejuk, serta perkebunan tebu Lawang, sungguh membentuk harmoni yang menenangkan jiwa. 


Perjalanan menuju puncak Lawang dengan latar belakang Gunung Merapi



 Hamparan tebu Lawang di kiri kanan jalan



Di samping pemandangan yang indah, perjalanan itu sendiripun sangat menantang. Jalan yang naik turun, kadang landai kadang terjal, serta ditingkahi tikungan tajam dan dibatasi jurang yang dalam, benar-benar membuat kita berada dalam eforia, kagum dan syukur kepada sang Pencipta.

Dan di tengah perjalanan, ada spot pemberhentian untuk melepaskan ketegangan sambil melihat pemandangan ke bawah yang sangat indah, yaitu di panorama Sungai Landia.

                                    
 Pemandangan ke bawah dari Panorama Sungai Landia

Oh ya, daerah Lawang ini merupakan sentra pembuatan gula merah dari tebu. Gula merah ini oleh penduduk setempat dikenal dengan nama saka Lawang. Pembuatan gula merah dari tebu ini, hingga kini masih mempertahankan cara traditional yaitu menggunakan tenaga kerbau. Kerbau memutar alat pemeras tebu untuk mendapatkan air tebu, yang kemudian diolah menjadi gula merah. Pengolahan tradisional ini, sangat menarik minat wisatawan asing untuk menyaksikannya.

Jalan masuk menuju objek wisata Puncak Lawang

Akhirnya sampailah kami di puncak Lawang. Dari tempat ini, kita bisa melihat Danau Maninjau seutuhnya. Kalau cuaca cerah, akan terlihat danau yang biru tenang bagaikan kaca raksasa. Bahkan laut Pariamanpun akan terlihat dari celah bukit yang mengelilingi danau Maninjau. So beuatiful. Tapi kalau lagi berkabut, pemandangan lebih spektakuler lagi. Kita seakan-akan berada di negeri di atas awan. Danau yang seluas 99,5 km2 menjadi tidak terlihat dari atas sini. Pemandangan full putih. Tapi kabut di sini, secepat dia datang, secepat itu pula dia pergi. Benar-benar luar biasa.

Danau Maninjau

Ketika kami sampai di sini, kabut datang dan pergi. Udara juga sangat sejuk. Sehingga benar-benar membuat betah.


Di puncak Lawang ini ada tiga spot wisata. Yaitu Puncak Lawang, Lawang Park dan Ambun Tanai. Ketiganya berada di lokasi yang berdekatan. Ketiganya menawarkan pemandangan ke danau Maninjau yang Indah. Kecuali Ambun Tanai, Pundak Lawang dan Lawang Park memiliki resort buat yang ingin menginap dan bersantai di sini. Kalau akhir pekan apalagi liburan, tempat ini akan penuh oleh wisatawan yang berlibur.


Di samping sebagai destinasi wisata, Puncak Lawang juga menjadi tempat favorit untuk olah raga paralayang. Puncak Lawang terkenal sampai ke manca negara karena merupakan spot terbaik paralayang di Asia Tenggara. Sehingga Puncak Lawang sering digunakan untuk kejuaraan olahraga paralayang kelas internasional.

Sebuah resort di Lawang Park dengan latar belakang kabut

Karena kedatangan kami 2 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, kegiatan paralayang ditiadakan. Padahal anak-anak sangat ingin mencoba. Saya hanya bisa bersyukur. Sebagai seseorang yang cukup penakut terhadap olahraga ketinggian, saya jadi tidak perlu repot-repot melarang anak-anak yang sangat bersemangat terutama Muthi yang ketagihan setelah pernah mencoba olah raga parasailing di pantai Ayer. Lagi pula, biaya paralayang cukup mahal. Untuk pemula diharuskan tandem dengan instruktur paralayang dengan biaya 700 ribu rupiah. Bayangkan kalau Muthi dan Sayyid ikut paralayang, woow…banget kan budgetnya 😀😀😀


Ambun Tanai

Di sini juga ada area outbond buat anak-anak. Ada flying fox, two line bridge dan lain-lain. Untuk flying fox saja hanya dikenakan biaya 25 ribu rupiah. Tapi kalau ambil paket outbond lengkap cukup 65 ribu saja. Cukup murah.
Setelah puas di puncak Lawang ini, anak2 pun sudah menjajal outbondnya, kamipun turun melewati kelok 44 yang terkenal itu. Sebuah penurunan dengan 44 belokan tajam dengan pemandangan danau Maninjau yang indah. Terus turun sampai ke danau Maninjau. Di danau Maninjau kami melihat keramba apung tempat memelihara ikan Mas dan ikan Nila. Kemudian kami lanjut ke Lubuk Basung, Tiku Pariaman dan Padang. Akhirnya…sampailah kami di rumah nenek tercinta. 
😍😍



Keramba apung di danau Maninjau




0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.