Pengenalan bakat sedari dini, perlukah?


“Waah….Sayyid otak kanan banget”, kata Bu Hasri dan Pak Aziz ketika konsultasi pembacaan hasil ST (Strength Typologi) 30 Sayyid. Seharusnya konsultasi hasil ST-30 ini dengan kepsek SM Pak Sanjaya Koembara. Tapi berhubung beliau lagi honeymoon, baru saja menikah, (barakallahu...pak ) maka konsultasinya digantikan oleh guru senior, Bu Hasri Ainun dan Pak Abdul Aziz Jaelani.
Terlihat dari hasil ST-30 Sayyid, 4 dari 6 item di bagian Generating Idea – Otak Kanan, berwana merah (menandakan potensi kekuatan dominan). Sayyid kuat di bidang Creator, Designer, Marketer dan Visionary. Bagian otak kiri berwarna warna abu-abu (menandakan kelemahan sedang). Kemampuan di bidang E (Elementary) bagian administrasi, semuanya hitam (potensi sangat lemah). Sedangkan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, berwarna kuning dan putih (menandakan potensi kekuatan sedang). Dan kemampuannya dalam mempengaruhi orang lain, warna abu-abu dan putih (potensi kelemahan sedang).
Dari hasil ST-30 ini kelihatan potensi Sayyid ada dimana serta apa kekurangannya. Sehingga orang tua dan guru bisa bersama-sama membantu memperkuat apa yang menjadi kekuatannya dan mengatasi atau mensiasati apa yang menjadi kekurangannya.
Kenapa pengenalan bakat ini merupakan sesuatu hal yang penting?
Tahukah kita bahwa 87% mahasiswa Indonesia salah jurusan? Sehingga mereka pun kelak bekerja di bidang yang sebenarnya bukan potensi dirinya yang sesungguhnya. Kebanyakan dari kita memilih jurusan berdasarkan nilai tertinggi. Kalau nilai tertinggi biologi maka cenderung memilih jurusan yang berhubungan dengan biologi. Padahal nilai tinggi kadang bisa disebabkan oleh kecocokan cara gurunya mengajar sehingga mudah dipahami. Maka tak heran kalau bekerja kelak, kita hanya menjadi pribadi yang biasa-biasa saja. Atau malah bekerja di bidang yang bukan disiplin ilmunya.
Manusia diciptakan Allah sangat unik. Masing-masing dari kita membawa bakat dan kemampuan yang telah ditentukan Allah. Tidak pernah sama meskipunpun sudah milyaran manusia diciptakan Allah. Bahkan walau mereka kembar sekalipun. Begitu uniknya sehingga bisa dikatakan bahwa kita adalah Limited Edition.
Tapi tak gampang bagi kita mengetahui bakat dan kemampuan kita yang sesungguhnya. Padahal mengenali potensi diri sedari ini sangat penting.
Mungkin kita sering mendengar ayat ini:
اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِاَنْفُسِهِمْ (سورة الرعد : الاية 11)
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d, Ayat 11).
Dalam ayat tersebut sangat jelas diterangkan bahwa Allah SWT, tidak akan merubah kehidupan sebuah kaum sehingga mereka mau merubah diri sendiri. Hal ini sangat erat kaitannya dengan menggali potensi diri jika ingin berubah.
Dan saat ini ada beberapa metoda yang cukup gampang dan sangat membantu kita dalam mengenali bakat kita masing-masing. Salah satunya adalah ST-30 dan TM-114. ST-30 (Strength Typologi) adalah metoda yang sederhana dan paling cepat untuk menemukan bakat. Dan metoda yang paling lengkap adalah TM-114 (Talents Maping 114).
Siapakah penemu metoda ST-30 dan TM-114 ? Beliau adalah Rama Royani atau yang lebih dikenal dengan nama abah Rama. Seorang lulusan ITB yang mantan direktur utama dari 5 perusahaan dan sekarang menjadi dosen.
Awalnya Talents Maping (TM) temuan Abah Rama dimasukkan ke dalam program kerja sama pengembangan SDM-BPPT. Seluruh karyawan BPPT mendapatkan tes TM. Selanjutnya TM pun dipakai oleh BUMN-BUMN lain seperti BNI dan banyak perusahaan lain dalam proses rekruitmen karyawan, counseling, penempatan jabatan atau promosi, pembentukan kelompok kerja (team building), pengembangan (development), pelatihan (training), career planning, dan performance management.
Tahun 2007 saat melakukan tes TM di ITB, Abah Rama menemukan hasil TM yang membingungkan. Hampir semuanya merah, kiri kanan, luar dalam.
“Gila”, kata Abah.
Yang dites tak kalah jawab,
“Iya saya memang gila, Pak. Empat orang psikolog melakukan tes ke saya dan semua bilang saya gila”. 
Siapakah si cerdas yang otak kanan dan otak kiri sama optimumnya serta kemampuan lain juga optimum? Dialah LENDO NOVO pendiri Sekolah Alam di Indonesia. Dari hasil tes TM, Abah memberikan saran bidang kerjanya yang optimal ada di Sosiopreneur. Lendo membenarkan dan merasa puas dengan hasil tes TM. Ini pula yang mengawali sejarah TM dipakai di Sekolah Alam, tempat Lendo Novo berkiprah. Dan TMpun masuk ke dunia sosial pendidikan.
Dan kata Abah Rama, “Saya bermimpi, di Indonesia, semua anak lulusan SMP, sudah mengenal dirinya”.
And…here we are.
Untuk mendukung pengembangan minat dan bakat anak di sekolah alam Karawang, maka tes ST-30 di lakukan kepada siswa kelas 8. Sedangkan TM-114 dilakukan kepada siswa kelas 9. Sehingga mereka benar-benar digali kemampuan dan bakatnya secara personal untuk kemudian dikuatkan. Insya Allah, kelak mereka tidak akan tersesat memilih SMA atau jurusan ketika kuliah.
Dan akhirnya saya tahu, kenapa Sayyid selama ini agak susah disuruh melakukan pekerjaan bersih-bersih secara rutin dan memuaskan. Karena ia bukan tipe pekerja. Ia adalah tipe pemikir.
Dan kita sebagai orang tua tak perlu membandingkan anak dengan teman-temannya yang menurut kita hebat di suatu bidang. Karena Allah menganugrahkan setiap anak dengan bakat dan kemampuan yang berbeda. Dan kelak mereka akan saling melengkapi. Apa jadinya dunia ini kalau semua orang menjadi pengusaha dan tak ada yang menjadi petani, dokter, guru dan lainnya?
Kadang kala kita ‘gemes’ melihat anak kita yang selalu mengalah kepada temannya. Punya sepeda, temannya yang memakai. Dan selalu mendahulukan kepentingan temannya dari pada dirinya. Tapi tahukah kita bahwa sebenarnya ia memiliki bakat di bidang server (melayani). Sehingga kelak kalau ia berprofesi sebagai dokter atau guru, maka ia akan menjadi dokter atau guru yang hebat.
Kita hanya perlu menemukan dan mengoptimalkan bakat dan kemampuan yang sudah diberikan Allah kepadanya. Karena mereka memiliki fungsi dan tujuan tertentu di masa depan kelak. Allahlah grand designernya. Maha Benar Allah.

Karawang, 25 September 2017
Powered by Blogger.