Bahagia itu Sederhana



Bahagia itu Memang Sederhana

Memasak adalah keahlian dasar yang sebaiknya dimiliki seorang ibu. Tidak perlu harus ahli seperti seorang chef. Tapi paling tidak punya masakan andalan satu atau dua jenis masakan yang kelak akan selalu dirindukan oleh anak.

Kalau saya yang menjadi andalan adalah sop daging, kalio daging dan sphagetti. Yang lain-lainnya standar aja. Kadang enak atau anak-anak lagi mood, maka jenis makanan itupun menuai pujian dan anak-anakpun makan dengan lahap. Tapi tak jarang rasanya biasa-biasa saja dan pas anak-anak lagi tidak mood, maka makanan tersebutpun kena kritik. Hehee…. Biasa saja. Dan tak perlu sensi bila itu terjadi.

Anakku yang paling besar saat ini bersekolah di pesantren  Assyifa Subang, Jawa Barat. Di sini, setiap waktu makan, menu akan diumumkan via pengeras suara. Jadi anak-anak yang tidak suka atau bermasalah dengan jenis makanan tertentu seperti alergi, maka akan memilih makan di kantin pujasera. Berbayar tentunya. Tapi ini adalah program yang menarik. Dengan diumumkan menu makanan dengan pengeras suara setiap waktu makan tiba, menghindari kekecewaan anak ketika menu tidak sesuai harapannya atau bagi yang bermasalah dengan kesehatan. Dan juga menghindari pembuangan makanan bagi anak-anak tersebut.

Bagi anakku makanan di pesantrennya rasanya standar. Yang agak enak adalah sop daging. “Rasanya hampir seperti sop masakan ibu”. Wuuiih….ibu gitu! Top…. Langsung hidung ibu kembang kempis karena senang.

Pernah juga suatu kali ketika bikin masakan pangek daging khas Sumatra Barat atau Minangkabau, anakku yang kecil Alyssa datang ke dapur dan bertanya aku masak apa. Ketika kujawab, pangek daging, spontan ia memeluk dan menciumku sambil berkata, “Alyssa bangga punya ibu seperti Ibu”.

Hahaa….bahagia itu sederhana bukan?
Tak perlu waktu khusus, dana khusus, apalagi persiapan khusus. Cukup dengan memasak atau kegiatan sederhana lainnya, asal ikhlas maka bahagia itupun mampir. Alhamdulillaah…

Powered by Blogger.