Keahlian Mendasar


Ini adalah cerita sebulan yang lalu ketika si gadis pulang ke rumah. Setiap bulan ia memang boleh pulang ke rumah dan menginap selama 1 malam saja. Nama programnya adalah pesiar. Setiap pulang, selalu saja ada cerita baru oleh-oleh si gadis. Kali ini tentang pengamatan dia terhadap teman-temannya selama satu setengah tahun di asrama.
Memang, sekamar dengan 11 orang teman lainnya, ada banyak hal yg bisa ia amati dan ia pelajari. Dengan berbagai macam latar belakang keluarga tentu menghasilkan karakter yg berbeda-beda. Juga kemampuan yg berbeda pula.
Yang menjadi bahan analisa baginya adalah masalah keperempuanan. Ada teman yang sangat sigap dalam segala hal tapi ada pula yg kurang sigap bahkan tidak bisa sama sekali dalam urusan keperempuanan. Ini menjadi keprihatinannya.
Dan dari pengamatannya maka ia susunlah keahlian dasar yang harus di miliki oleh seorang perempuan.
Ada 4 keahlian dasar yang wajib dimiliki:

1. Harus bisa masak nasi dan telur.
Sang ayah langsung mengernyitkan keningnya. "Kok cuma telur?". Namanya juga keahlian mendasar. Minimal bisa makan. Kalau bisa masak rendang itu mah sudah expert. 
Hihiii....benar juga. 😁


2. Harus bisa beli pulsa.
Beli pulsa? Kami langsung ngakak mendengarnya. Tapi dia punya argumen. Selama pulsa ada, bisa mengatasi kesepian, bisa minta pertolongan, bisa googling resep masakan dan lain-lain.
Ada seorang temannya yang tidak pernah beli pulsa sama sekali karena selalu ditransfer sang ibu. Qadarullah, sang ibu meninggal. Sehinnga ia kelimpungan karena tak tahu cara beli pulsa.


3. Harus bisa naik angkot atau bawa kendaraan.
Banyak teman-temannya yang belum pernah naik angkot sama sekali, sehingga tak tau cara naik angkot dan takut naik angkot. Sementara bawa kendaraan sendiri juga tidak bisa. Sehingga ketika ada keperluan mendadak, mati gaya. Dan akhirnya cenderung menyusahkan. Dia pun cerita kenangan 'dipaksa' naik angkot oleh saya ketika kelas 2 SMP. Jadi masalah "perangkotan" dan "perkendaraan" ini wajib hukumnya.


4. Harus bisa membersihkan rumah dan cuci piring.
Nah, ini sangat penting. Naik angkot buat beli bahan makanan bisa, masak bisa, beli pulsa buat googling resep bisa, tapi rumah awut-awutan dan bak cuci piring berantakan, tentu ini enggak banget. 
Dan di pesantren keahlian ini sangat penting ketika dapat giliran piket. Akan banyak mata yang melotot ketika kita tidak rapi menyapu dan membersihkan kamar.


Ketika sang ayah bertanya bagaimana dengan keahlian menjahit? Ternyata itu tidak termasuk keahlian mendasar baginya. Kita masih bisa hidup ketika baju atau celana robek sedikit. Atau bisa beli yang baru. Kan sudah bisa naik angkot 😅
Mengenai keahlian menjahit khususnya pakaian robek, ternyata ia sering dimintai tolong temannya untuk menjahitkan baju robek, celana robek, jilbab robek bahkan tas robek. Dan temannya akan membelikannya cilok seharga 2000 perak sebagai ucapan terima kasih. 😂😂
Ya...keahlian mendasar hasil pengamatannya boleh juga. Minimal buat saya, bisa jadi pertimbangan untuk membekali adik perempuannya. Terutama, masalah perangkotan. 
Makasih sayang....😍😍


*****
Sedikit tambahan ketika saya pertama kali 'memaksa'nya belajar naik angkot. Dengan wajah memelas, dia berkata, "ibu ngg khawatir kalau Muthi nanti diculik di angkot?" 
Hehee....pilihan kata-katanya benar-benar melorotkan semangat emaknya. 😁😁

Tapi tugas kita adalah mempersiapkan mereka untuk berpisah dengan kita. Bukan menyelesaikan semua persoalan mereka.
Kita tidak tau, sampai kapan kita akan selalu sehat dan kuat untuk mereka? Sampai kapan kita akan selalu siap antar jaga buat mereka?


Pasti tak akan lama. Mau tak mau, masa perpisahan pasti akan datang. Mari kita persiapkan masa itu. (nasehat buat diri sendiri)

💪💪

Karawang, 26 Mei 2019
hf💪


Pajak Progresif untuk Jawa Barat



Sedikit sharing kejadian pagi ini.
Pagi ini sy pergi ke Subang hendak menjemput si gadis yg baru pulang dari Malang setelah 10 hari pemantapan bahasa Inggris di kampung Inggris Malang, bersama teman-teman  angkatannya, kelas XI, Assyifa Boarding School, Subang.
Begitu keluar pintu tol Subang, ternyata ada operasi Zebra. Saya pede abis. Pakai seat belt, surat-surat lengkap, dan mobil dalam kondisi fit.
Ehh...taunya saya kena semprit juga. Disuruh minggir sama pakpol. Hati dag dig dug. Apa lagi yg salah?
Ketika pakpol memeriksa surat-surat, ternyata pajak mobil tahun ini belum saya bayar. Jatuh tempo 28 Maret. Sekarang sdh 19 April. Alamaak....saya dan suami kok bisa lupa? 
Tapi kemudian saya protes. "pajak mobil bukan urusan polisi, kan pak?"
Si pakpol, mungkin karena ego, bilang begini. "Kita kerjasama dg pemda bu. Bisa saja nanti ibu kami tilang, karena terlambat bayar pajak."

Halaaah...mana mungkin. Tidak ada tilang lalu lintas atas keterlambatan bayar pajak.
Akhirnya, saya diminta ke tenda tempat orang-orang pemda berada.
Di situ saya protes, bahwa urusan pajak, bukan urusan polisi. Dan saya tidak bisa ditilang. Ngomongnya agak keras lagi...

Pegawai pemda kemudian bilang, bahwa saya tidak di tilang hanya diminta bayar pajak. Lha....mana mungkin saya bayar pajak saat itu. Saya ke Subang niat jemput anak bukan buat bayar pajak. Mustahil saya bawa uang jutaan.
Akhirnya mereka mempersilahkan saya bayar pajak di Karawang. Ketika mereka mengecek berapa pajak mobil saya, mereka terkejut karena pajaknya terlalu tinggi untuk kategori mobil saya.
Waktu saya bilang ini mobil kedua, serentak mereka bilang, 
"Oo...kena pajak progresif." 
"Kenapa tidak atas nama ibu mobil yang satunya?"
"Bukannya percuma, pak? Meskipun nama pemiliknya berbeda tapi satu alamat, tetap kena pajak progresif?" tanya saya.
"Itu Jakarta bu. Meskipun namanya berbeda tapi alamat sama, maka akan dihitung sebagai yg kedua dan seterusnya. Sehingga kena pajak progresif. Tapi kalau Jawa Barat berbeda. Meskipun alamatnya sama tapi nama pemiliknya berbeda (atas nama suami, atas nama istri, atas nama anak), maka mobilnya tetap dianggap mobil pertama. Jadi tidak kena pajak progresif."

Ohhh...saya melongo. Berbeda toh??
"Lumayan lho bu...selisihnya. Mobil ibu ini kalau kena pajak progresif, pajaknya 5,4 juta. Tapi kalau dibaliknamakan ke ibu, sehingga jadi mobil pertama, pajaknya hanya 3,6 jt."
Itu mah bukan lumayan lagi. Uang segitu bisa buat beli bensin + tiket feri buat satu kali perjalanan mudik lebaran ke Padang.
Aduuh...saya jadi malu karena awalnya berkata agak keras kepada mereka, akibat illfeel sama si pakpol. Ternyata saya malah dapat pengetahuan yang bisa menghemat pengeluaran.
Moral of story. Jangan langsung emosi nanti jadi malu. 😂😂
Mudah-mudahan bagi teman-teman yg belum tahu tentang pajak progresif kendaraan di Jawa Barat, jadi tau.

****
Tulisan ini saya unggah di Facebook. Dan beberapa tanggapan dari teman, ternyata peraturan pajak progresif untuk daerah Jawa Barat, Jogjakarta dan Jawa Timur sama.

*****
Menulis untuk mengingat peristiwa.
Subang, 19 April 2018

Dia Memang Negarawan


Setiap melihatnya di media, wajahnya selalu terlihat serius. Sesekali terekam jua senyum di wajahnya. Tapi jarang. Sehingga terkesan beliau orang yang serius dan jarang humor. Maklum mantan prajurit.
Tapi ketika berkesempatan silaturahim ke kediaman beliau kemarin, ternyata beliau jauh dari image tersebut. Beliau orangnya ramah, hangat dan ternyata jago guyon.
Sehingga ceramah yang beliau berikan selama 2 jam di gedung theater yang baru saja selesai beliau bangun, terasa sangat singkat. Sehingga ketika kita minta lanjut, beliaupun lanjut berceramah. Dan 3 jam ceramah beliau, tetaaap...terasa sangat singkat.
Beliau membeberkan persoalan bangsa dengan bahasa yang ringan dan sarat guyonan. Mungkin karena audiens nya sekitar 70% adalah emak-emak. Kalau dikasih dengan bahasa yang berat, ntar pada tidur. 😂😂
Beliau juga sangat perhatian.
Di dalam ceramahnya, tak lupa beliau bertanya, "semuanya sdh makan siang? Tadi makannya ada dagingnya? Ada ayamnya? Ada telur tidak? Tadi telurnya separuh atau 1 utuh? Nanti saya cek makanannya."
Masya Allah, kita emak-emak yang katanya minum air putih aja jadi lemak, masih aja beliau pikirin menu yang kita lahap tadi. Berprotein atau tidak? Padahal, suguhan makan siang dari Beliau benar-benar tinggi protein dan sangat lezat.
Beliau memang peduli dengan gizi bangsa. Beliau meluncurkan program revolusi putih tahun 2014. Yaitu anak-anak Indonesia harus mendapatkan susu dan telur sebagai kelengkapan gizi supaya cerdas.
Beliau amat pemaaf.
Betapa banyak hinaan dan fitnahan yang dialamatkan kepada beliau tanpa pernah ia laporkan balik, atau minimal menyerang balik. Jabawannya selalu, tidak ingin ribut dengan sesama anak bangsa. Beliau selalu memaafkan. Bahkan kepada yang sudah menelikungnya beliau tetap memuji kebaikan mereka tanpa pernah berkata buruk tentang mereka.
Dan kepada kami beliau berpesan, sampaikan keadaan yang sebenarnya tentang keadaan Indonesia saat ini kepada semua anak bangsa. Yang langsung dijawab audiens, "siaaapp...".
Tapi gunakan bahasa yg baik dan santun. Jangan gunakan kata-kata yang menghina, memaki, menyindir. Tetap gunakan bahasa yang baik. Langsung dijawab audiens, "g janji, paaaakkk..."
Hihiii...soalnya cebong ndablek pak. 😂😂😂
Beliau sangat cinta Indonesia
Terakhir beliau berkata, "Setiap yang hidup pasti mati dan akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya kepada Tuhan. Saya rela mati untuk membela negara ini. Membela kebenaran, keadilan, kejujuran dan kedaulatan. Saya tidak takut mati dalam kebenaran".
Akhir acara, beliau mempersilahkan kita berkunjung ke ruang kerjanya dan berfoto bersama beliau di sana. Serta di oleh-oleh buku karya beliau 'Paradoks Indonesia'. Sebuah buku eksklusif seukuran A4 yg kalau di bukalapak.comseharga 400rb. Buku ini bercerita tentang permasalahn bangsa Indonesia saat ini lengkap dengan data yang menunjang. Tapi tetap dengan bahasa yg ringan sehingga mudah dipahami oleh siapa saja.


Sungguh pengalaman yang mengesankan Sabtu kemaren. Sehat selalu pak Prabowo Subianto. Semoga tahun depan Allah mengamanahi negara ini untuk bapak pimpin. Aamiin...
*****


Acara silaturahim ini dihadiri sekitar 700 orang yang tergabung ke dalam Sahabat Naniek S Deyang, sahabat WeKa, dan Srikandi Indonesia.
Alhamdulillah saya dapat bertemu dengan Mba Naniek S Deyang, seorang mantan jurnalis yang juga seorang pengusaha sekaligus penyantun ribuan anak yatim dan dhuafa, yang tulisannya lugas tegas membela kebenaran. Dari beliau saya sedikit tahu tentang dunia perpoitikan Indonesia. Tahu tapi tak ingin terlibat di dalamnya. Biarlah saya hanya jadi 'orang pinggiran' saja.Yyang kalau ada ketidakadilan saya bisa bersuara tanpa beban.


Saya juga bertemu dengan bang Wawat Kurniawan yang populer dengan panggilan bang Weka. Kritikannya selalu tajam dan berani. Karenanya, saya sedikit tersentil ikut berani. :)


Ada juga mba Agi Betha di acara ini. Sayang saya tak melihat beliau apalagi berfoto. Karena cukup banyak hadirin ketika itu. Mba Agi Betha ini tulisannya juga bernas. Kritikannya tajam dan lugas terhadap ketidakadilan.
Alhamdulillah....saya beruntung diberi kesempatan oleh Allah dengan orang-orang hebat ini.

Beri Mereka Vitamin Kehidupan




Grup WA sekolah merupakan grup untuk berinteraksi para orang tua dengan sekolah. Tempat menyebarkan informasi dari sekolah ke orang tua juga antar sesama orang tua. 

Kadang sebuah informasi diaminkan bersama-sama. Tapi tak jarang suatu informasi malah memancing perdebatan. Kalau sudah begitu grup akan ramai dengan percakapan.

Saya biasanya tak terlalu aktif dalam suatu grup. Seringnya hanya sebagai silent reader Mengamati. Dan sesekali ikut komentar.
Anak saya yang pertama, bersekolah di sebuah sekolah boarding. Sedangkan dua adiknya bersekolah di sekolah alam.
Mengikuti grup WA ini kadang sangat menarik. Dari grup sekolah alam, orang tuanya rata2 sangat enjoy dg berbagai kebijakan maupun metoda pembelajaran kepada anaknya.
Tapi tak begitu dengan grup orang tua di sekolah boarding anak saya. Di sini agak lebih heboh. Mungkin karena berbagai macam latar belakang orang tua, baik pendidikan, finansial juga culture tempat tinggal (di sini banyak anak dr berbagai negara). Sebagian dari mereka sangat over protektif thd anaknya. Anaknya harus nyaman dan siap membayar lebih untuk itu.
Ketika anakku yang di boarding school akan melakukan perjalanan mereka yang pertama kali di kelas 10 ke ibukota kabupaten tanpa pengawalan dari gurunya, hebohnya luar biasa di WAG. Peraturan di sekolah anakku ini adalah siswa SMP kalau hendak ke ibukota kabupaten harus ditemani guru. Tapi untuk anak SMA mereka boleh pergi tanpa pengawalan guru. Syaratnya harus berombongan.
Percaya tidak bahwa yang diributkan para orang tua ini adalah naik angkot. Apakah angkotnya aman dinaiki anak perempuan? Apakah angkotnya berizin? Kalau nanti anak diculik bagaimana? Apakah sekolah sudah mendata nama-nama semua supir angkot sehingga ketika kalau ada apa-apa gampang ditrekking? Apakah sekolah sudah bekerja sama dengan pihak-pihak angkot? Dan pertanyaan lain-lain yang membuat pening kepala saya. Untung bukan saya yang harus menjawab semua pertanyaan itu. 😁😁
Sampai-sampai saya heran, apakah para orang tua ini tidak pernah naik angkot seumur hidupnya sehingga ketakutannya terhadap angkot sedemikian luar biasa? Dan yang meributkan masalah angkot ini bukan hanya para ibu, suara para bapak pun tak kalah nyaringnya. Dan akhirnya, saking khawatirnya, sebagian dari mereka tidak mengizinkan anaknya untuk bepergian ke ibukota kabupaten untuk membeli berbagai keperluan mereka yang tak tersedia di koperasi sekolah, hanya karena naik angkot.
Padahal, guru sudah menjelaskan, bahwa naik angkot ke ibukota kabupaten, bersama teman-teman tanpa pengawalan guru adalah bagian dari pembelajaran kemandirian. Karena mereka kelak akan kuliah dan harus bisa melakukan apa saja sendirian. Tapi para ortu ini tetap emoh.
Rasanya ingin ikut nimbrung, hellow…mereka berangkat itu bukan 1-2 orang. Tapi sekitar 40-50 orang. Apa ada yang berani menculik anak sebanyak itu?
Ketika anak-anak pergi ke Malang hendak memperdalam bahasa Inggris di suatu kampung Inggris di sana, kehebohan kembali terjadi. Banyak orang tua yang mengeluh karena anak-anak berangkat dengan menggunakan kereta ekonomi. Yang menurut mereka, kereta ekonomi jauh dari standar nyaman. Yang sandaran kursinya tegak lurus lah, yang nanti susah tidurlah, apalagi perjalanan dengan kereta ke Malang 10 jam lebih, meminta dipindahkan ke kereta api eksekutif lah. Macam-macam keluhan maupun permintaan mereka. Tapi sekolah tetap dengan keputusannya. Dan ketika pulang, ada sebagian anak-anak yang pulangnya akhirnya menggunakan pesawat yang tiketnya dibelikan oleh orang tua mereka masing-masing. Tak lagi naik kereta ekonomi bersama teman-teman lainnya.
Yang terbaru, ketika sekolah mereka ada acara, dengan jumlah siswa yang lebih dari 1000 orang (SMP dan SMA) sebagian siswa kebagian bus dan sebagian lagi naik truk. Dan….keributan kembali terjadi memprotes kebijakan naik truk di WAG. Komentar pun deras bak air bah. Kalau naik truk anak-anak bisa kehujanan dan kepanasan (padahal waktu itu jelas tidak hujan), tidak nyaman, anak-anak tersikut temannya, tidak pantas anak-anak naik truk, beresiko karena jalan naik turun dan berkelok-kelok, mengusulkan beli bus sendiri dan lain-lain, dan lain-lain.
Oh…my God. Luar biasa para horang kayah ini. 😅😅
Kali ini saya tidak tahan. Keluar juga sedikit komentar,
“Kalau saya, tidak masalah anak-anak naik truk. Tidak selalu mereka harus dibuat nyaman terus, dilayani dengan fasilitas bagus terus. Karena hidup itu bergelombang. Banyak merasa, banyak melihat, banyak melakukan itu akan lebih baik buat mereka. Itu akan membuat mereka lebih bijaksana kelak. Insya Allah”

Dan tiba-tiba saja semua keluhan berhenti. Yang keluar berikutnya adalah jempol-jempol dan pernyataan setuju.
Kenapa anak-anak harus disterilkan dari kesusahan dan kegagalan? Sampai kapan kita bisa mendampingi mereka terus dan memproteksi mereka dari segala kesusahan maupun kegagalan? Apakah yakin kita bisa hidup terus dan kuat terus untuk mendampingi dan menghalau semua kepahitan mereka kelak?
Bukankah tujuan pendidikan itu untuk mempersiapkan mereka kelak agar mandiri. Tidak hanya mandiri dalam melakukan tugas-tugasnya tapi juga mandiri dalam menghadapi persoalan hidup. Apalagi kalau mereka sudah berkeluarga nanti. Ada anak-anak yang berada dalam asuhan mereka, berada dalam tanggung jawab mereka.
Seperti kata orang-orang pintar, semakin banyak stimulasi yang di dapat oleh seorang anak, maka ia akan semakin cerdas. Karena neutron-neutron otaknya menjadi saling menyambung. Tentu tak hanya sekedar cerdas, mereka akan menjadi lebih bijaksana karena mereka akan mampu menilai dan menyikapi berbagai macam perbedaan dan persoalan yang mereka hadapi.
Dan betapa miskinnya mereka akan pengalaman kalau seandainya mereka kita sterilkan dari kesusahan, dari kegagalan atau kesedihan. Itu hanya akan membuat daya tahan mereka terhadap suatu masalah sangat rendah.
Mungkin kita ingat dengan kejadian tahun 2016 tentang seorang mahasiswa UI yang meninggal dunia karena bunuh diri hanya karena skripsinya dua kali ditolak oleh dosennya. Menurut berita, sang mahasiswa ini adalah anak yang pintar dari SD sampai SMA. Tidak pernah menemui hambatan. Sehingga ketika menemui kesulitan, ia tidak pernah punya pengalaman untuk menghadapinya. Mentalnya sangat rapuh. Maka hanya jalan pintas yang terpikir olehnya ketika menghadapi masalah. Wallahualam bishawab.
Kesulitan, hambatan, kepedihan itu adalah vitamin kehidupan bagi anak. Vitamin itu membuat ia belajar menjadi pribadi tangguh. Ia belajar bersabar dari hinaan yang ia terima, ia belajar mencari solusi dari kegagalan yang ia alami, ia belajar tabah dari kesulitan yang ia hadapi, dan ia juga bisa berempati ketika orang lain mengalami kesusahan dan kesulitan seperti yang ia alami.
Percayalah, vitamin kehidupan ini akan sangat berguna bagi anak-anak kita ketika mereka harus bertarung menghadapi hidup ini, di saat kita tak bisa lagi hadir mendampingi dan memproteksi mereka.
Tulisan bunda Elly Risman ini sangat bagus untuk kita renungkan bersama.
Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi Allah yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri .
Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu,
ya jadi koki,
ya jadi tukang cuci.
ya jadi ayah,
ya jadi supir,
ya jadi tukang ledeng,
Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya.
Tidak ada sinyal S.O.S!
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.
#‎Anak‬ mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!".
#‎Tutup‬ botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".
#‎Tali‬ sepatu sulit diikat, "Sini...Ayah ikatkan".
#‎Kecipratan‬ sedikit minyak‬‬‬‬
"Sudah sini, Mama aja yang masak".
Kapan anaknya bisa?
Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana,
Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang?
Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Kemampuan menangani stress,
Menyelesaikan masalah,
dan mencari solusi,
merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.
Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil,
Skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!
Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.
Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.
Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak?
Tapi jika anda segera bergegas mnyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.
Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.
Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.
AQ?
Apa itu?
ADVERSITY QUOTIENT
Menurut Paul G. Stoltz,
AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?
Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.
Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tidak sanggup lagi.
So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...
Tidak masalah anak mengalami sedikit luka,
sedikit menangis,
sedikit kecewa,
sedikit telat,
dan sedikit kehujanan.
Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan.
Ajari mereka menangani frustrasi.
Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,
Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?
Bisa2 anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.
Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi,
Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.
Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
masalah akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari.
Selamat merenung.


Karawang, 5 Mei 2019
Powered by Blogger.