Kehadiranmu, Mewarnaiku....

foto diambil dari http://www.transkerja.com, 26/11/2016

Kehadiranmu, Mewarnaiku...

Duluuu….sekali, ketika saya masih SD di tahun 1979-1985, di saat motor masih jarang apalagi mobil, saya memiliki kenangan yang indah akan mobil. Ketika itu belum satupun tetanggaku yang memiliki mobil, tapi kami sudah merasakan kemewahan bermobil. Bukan, bukan milik orang tuaku. Hanya pinjaman kantor setahun sekali ketika Hari Raya Idul Fitri. Di Hari Raya Idul Fitri hari kedua, ayahku selalu mendapat pinjaman mobil Toyota jenis Kijang Kotak warna coklat susu. Suatu kebahagiaan yang tiada tara rasanya ketika kami pergi berlebaran ke kampung dengan menggunakan mobil Toyota Kijang.

Saya masih ingat, pagi-pagi sekali kami berangkat dari Padang. Kemudian menjemput rombongan keluarga Etek (adik Ibuku) dan rombongan keluarga Amak (kakak Ibuku), dan bersama-sama kami pergi ke Pariaman, kampung orang tua ibuku. Ketika itu, kedatangan kami sangat di tunggu oleh keluarga Etek dan keluarga Amak. Maklum, tiada satupun dari kami yang memiliki mobil pribadi. Jaman dulu semua serba susah. Bisa menyekolahkan anak sampai ke SMA apalagi kuliah, itu sudah luar biasa. Makanya kebaikan pimpinan kantor ayah meminjamkan mobil di hari raya adalah suatu anugrah bagi kami.

Rombongan kami totalnya 18 orang. Jangan ditanya padatnya di dalam mobil. Sesak. Duduk berdempetan, berpangku-pangkuan bahkan ada yang duduk di lantai di antara kaki penumpang. ‘Penderitaan’ sekali setahun…hehee. Tapi kami semua happy. Sepanjang jalan tak hentinya berceloteh. Untung ayahku orangnya penyabar. Tidak terganggu dengan segala kehebohan penumpangnya yang seabrek. Dan ketika aku SMP, ayahku pensiun. Dan berakhirlah kebahagiaan sekaligus ‘penderitaan’ itu.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, meskipun masing-masing dari kami sudah berkeluarga, dan sudah memiliki mobil sendiri, kenikmatan berlebaran dengan si Kijang kotak tetap tak terlupakan.

Yaa…zaman sudah berganti. Dahulu yang memiliki mobil bisa dihitung dengan jari. Sehingga tak jarang kulihat anak-anak kecil yang berlari mengejar mobil dengan perasaan gembira dan kagum. Sekarang di setiap sudut pelosok Indonesia dengan mudah kita temui kendaraan bermotor roda empat.

Tentu semua hal itu terjadi karena perekonomian Indonesia semakin membaik. Sehingga tingkat kesejahteraan penduduknya semakin meningkat pula. Dan akhirnya berganti pulalah pandangan dan gaya hidup manusia. Mobil yang tadinya merupakan barang mewah sehingga sedikit sekali yang memilikinya, sekarang sudah bergeser menjadi suatu kebutuhan, entah itu kebutuhan untuk menunjang kegiatan sehari-hari ataupun kebutuhan akan gaya hidup. Sehingga sekarang banyak sekali yang memiliki mobil dan menyebabkan macet dimana-mana.
Salah satu indikator bahwa perekonomian Indonesia semakin meningkat adalah semakin banyaknya investasi di bidang industri dan jasa. Salah satu yang terbesar dan terbaik  di Indonesia adalah PT. Astra International TBK. Dengan berbagai macam divisi dan anak perusahaannya yaitu di bidang Otomotif, Agribisnis, Alat berat pertambangan dan energi, Jasa keuangan, Teknologi Informasi, Infastruktur dan Logistik, PT Astra International TBK hadir menjadi barometer perekonomian Indonesia.
Di bidang Otomotif, PT Astra International TBK bersama anak usahanya yang meliputi perakitan dan penyaluran mobil (Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, Peugeot dan BMW), baik mobil untuk pemakaian dalam negeri maupun mobil untuk impor, benar-benar telah ikut membawa Indonesia menjadi negara yang perkembangan otomotifnya terbesar di ASEAN setelah Thailand. Tentu saja hal ini sangat membanggakan dan meningkatkan harga diri bangsa di kancah Internasional. Dan tak kalah penting, hal ini telah memberikan sumbangan finansial yang tidak sedikit bagi negara Indonesia.
Bagi rakyat Indonesia sendiri, di samping memiliki mobil impian menjadi semakin mudah, PT Astra International TBK sangat berjasa telah membuka lapangan kerja bagi ratusan ribu rakyat Indonesia. Dan juga kontribusi di bidang lain seperti pendidikan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, dan sosial keagamaan melalui beberapa yayasannya.
Perusahaan hebat, tidak hanya memberikan dampak kebaikan secara langsung kepada negara, masyarakat serta lingkungan. Tapi kehadirannya pun secara tidak langsung mampu memberikan pengaruh baik bagi masyarakat dan lingkungan sekitanya.
Saya ingat bagaimana keberadaan PT. Toyota Astra Motor Karawang (sekarang berganti nama dengan PT. TMMIN) ikut mendorong kemajuan kota Karawang. Kota Karawang, tadinya adalah kota yang agak tertinggal dibandingkan dengan tetangganya, kota Bekasi. Kota yang sepi, dengan income perkapita yang rendah. Fasilitas minim serta transportasi masih jarang. Untuk menuju alun-alun kota dan pusat kota Karawang, warga daerah Ulekan, Babaton dan sekitarnya harus memilih memutar melewati daerah Resinda atau Warung Bambu. Karena hanya dua daerah inilah yang memiliki jembatan untuk melintasi sungai Citarum yang lebar itu. Kalau tidak mau memutar melewati Resinda atau Warung Bambu, maka pilihan terdekatnya adalah menyeberang sungai Citarum dengan menaiki perahu getek. Sebuah perahu yang ditarik dengan menggunakan tambang, yang dapat dinaiki oleh manusia dan kendaraan roda dua.
Begitu pabrik Plant 1 PT Toyota Astra Motor berdiri di Karawang tahun 1997 yang diikuti dengan kepindahan sekitar 700 karyawan dari pabrik Toyota di Sunter, Jakarta, sontak kota Karawang menjadi ramai. Bagaimana tidak, 700 orang karyawan ditambah dengan keluarganya tiba-tiba berimigrasi ke kota kecil Karawang. Kalau misalnya 1 orang karyawan membawa 1 orang istri dan 1 orang anak, maka minimal pertambahan penduduk kota Karawang tahun 1997 itu adalah 2100 orang. Dan semuanya membutuhkan sandang, pangan, dan papan. Ekonomi Karawang langsung menggeliat.
Pemerintah Karawang segera merespon lonjakan pertambahan penduduk ini. Yang pertama dilakukan adalah membangun jembatan melintasi sungai Citarum untuk  menghubungkan daerah Ulekan, Babaton, dan sekitarnya ke alun-alun kota dan pusat kota Karawang. Suatu pembangunan yang sangat menggembirakan masyarakat di sekitarnya. Karena mereka tidak perlu lagi menaiki getek atau berjalan memutar melewati daerah Resinda atau Warung Bambu apabila hendak ke alun-alun atau pusat kota Karawang. Dan tak lama kemudian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) pun di bangun di daerah Ulekan.
Tahun 2004, PT Toyota Astra Motor yang kemudian berubah namanya menjadi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, kembali memindahkan karyawannya dari pabrik Sunter,  Jakarta, ke Karawang sekitar 1000 orang. Kepindahan ini diikuti oleh banyak perusahaan supplier dan yang terkait di Jakarta ke Karawang. Data kependudukan Karawang, menunjukkan jumlah penduduk Karawang tahun 2003 adalah sebanyak 1.903.511. dan di tahun 2005 sudah berjumlah 1.971.453. Berarti terjadi pertambahan penduduk sebanyak 67.952 dalam kurun 2 tahun. Atau dengan pertumbuhan jumlah penduduk sekitar 1,78 % per tahun.
‘Booming’ kepindahan perusahaan-perusahaan besar beserta karyawan dan keluarganya ke Karawang, membuat pembangunan di Karawangpun bertambah pesat. Pembangunan rumah sakit-rumah sakit swasta, pembangunan perumahan-perumahan mulai dari RSS sampai rumah mewah, Mall, Hotel, Waterboom, restoran, dan sekolah-sekolah, bak cendawan tumbuh di musim hujan. Sangat pesat. Wajah kota Karawangpun sudah berubah menjadi indah, megah dan modern. Daerah Ulekan yang dulu sangat sepi bahkan ada yang bilang daerah mati, sekarang sudah bersalin rupa menjadi kota mandiri yang mewah dan megah dengan nama baru yaitu Galuh Mas. Orang-orangpun sudah mulai lupa bahwa daerah itu dahulu bernama Ulekan.
Tak hanya kota yang berubah menjadi maju,  penduduk asli Karawangpun ikut menikmati pertumbuhan ekonomi ini. Pemuda-pemudanya banyak yang bekerja baik di sektor formal seperti menjadi karyawan-karyawan perusahaan, atau di sektor informal seperti menjadi buruh bangunan, tukang ojek, satpam, buka warung nasi, katering dan lain-lain. Merekapun ikut kecipratan rezeki kemajuan kota.
Karawang yang sepi sekarang menjadi ramai. Malam Minggu atau musim liburan, mall-mall, restoran-restoran atau tempat hiburan, penuh. Perekonomian Karawang benar-benar bergairah. Sampai tahun 2009 saya masih bisa menyetir dengan santai dan laju di jalan-jalan utama Karawang. Sekarang, untuk menempuh perjalanan sepanjang 7 km saya bisa menghabiskan waktu 1,5 jam karena macetnya. Hampir setiap keluarga menengah di sini, memiliki 1 unit mobil.

Karawang sudah bertransformasi dari kota lumbung padi menjadi kota Industri. Lima kawasan Industri dengan ratusan perusahaan di dalamnya telah melahirkan banyak warga berpendapatan menengah. Dan bagi sebagian warga yang berpendapatan menengah ini, mobil adalah kebutuhan untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari. Tapi bagi sebagian lainnya, mobil hanyalah untuk prestise. Karena mobilnya lebih sering di tutup sarung daripada buka sarung (digunakan). Pergi ke kantor, ke pasar, mengantar anak sekolah dan lainnya, selalu  menggunakan sepeda motor. Fungsi mobil? Hanya untuk dipanaskan setiap hari, heheee….

Meskipun di Karawang banyak karyawan dari berbagai perusahaan, tapi yang paling menonjol baik dari segi penghasilan maupun kesejahteraannya, tetaplah karyawan Toyota. Toyota adalah tempat kerja impian bagi para pencari kerja di Karawang dan calon suami idaman bagi sebagian warga Karawang serta jaminan mutu ketika mengajukan pinjaman ke bank. Heheee….


Perusahaan-perusahaan besar yang dimotori oleh orang-orang hebat, memang mampu membawa perubahan yang baik bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Semoga kita semua mampu melihat dan meneladani kebaikan dan kesuksesan yang terpampang di depan kita ini.

#tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Anugrah Pewarta 2016 Astra International dan berhasil memenangkan juara favorit 8.


Cita-Cita Vs Ladang Amal Jariyah






Cita-cita vs ladang amal jariyah

Sepanjang perjalanan pulang dari Bogor setelah dua hari satu malam berlibur di sebuah Resort di Bogor, saya dan Annisa Muthia (anak tertuaku) yang saat ini bersekolah di sebuah SMA Boarding School, kelas 10, terlibat pembicaraan ringan.
Berbagai macam topik kami bicarakan. Dan sampailah pada topik cita-cita.
“Kalau Muthi tidak jadi dokter, gak apa-apa ya, Bu? Muthi ingin memperdalam sastra di bidang kepenulisan”. Dan iapun menjelaskan tujuan yang ingin ia capai seraya menyebutkan sebuah universitas di Tokyo, Jepang. Sedikit info, anakku Annisa Muthia ini suka menulis. Dan di usianya yang ke 16 tahun ini, dia sudah menerbitkan 4 buah buku. Dua buah kumpulan cerpen dan dua buah buku komik misteri. Karena bakatnya ini dia sudah mengikuti 2 kali Konferensi Penulis Cilik se- Indonesia, 2 tahun berturut-turut serta pernah 2 kali mengikuti youth camp di Luar Negeri disebabkan bakatnya itu.
Dulu, ia ingin menjadi dokter. Karena ia sangat berminat dengan pelajaran yang berhubungan dengan biologi. Dan cita-cita itu makin kuat ketika saya menderita diabetes. Dia ingin menjadi dokter peneliti yang akan menemukan obat untuk membuat pankreas bisa menghasilkan insulin kembali. Hmmm….
Tapi hari ini ia membicarakan perubahan cita-citanya. Oh..it’s okay, honey.

Dan si emak pun mendadak menjadi sok bijaksana.
“Bagi Ibu tidak masalah, Muthi. Muthi bebas menjadi apapun yang Muthi inginkan. Asalkan ilmu yang akan Muthi dapatkan kelak bermanfaat bagi diri Muthi dan Umat. Hendaknya ilmu yang Muthi dapatkan itu bisa menjadi ladang amal jariyah bagi Muthi. Menulis itu bagus, karena menulis itu ikut membentuk peradaban. Setiap ilmu yang ditulis dan dibaca serta diamalkan orang, itulah amal jariyah penulisnya.

Dan emakpun berkisah.
“Dulu Ibu kuliah di bidang teknik. Setelah lulus, ibu bekerja. Dan berhenti ketika menikah. Saat Muthi kelas 3 SD, karena latar belakang pendidikan dan pekerjaan Ibu, Ibu ditawari menjadi guru IT di sebuah SDIT. Tapi ayah tidak mengizinkan dengan alasan kalian masih kecil-kecil. Jadinya sekarang Ibu tidak memiliki ladang amal jariyah.”

Dan apa yang dilakukan Muthi?
Dengan wajah penuh kasih, ia memegang tanganku sambil berkata,
“Membesarkan dan mendidik kami, itu adalah ladang amal jariyah Ibu”

Hening…..
Saya tak dapat berkata-kata. Seakan-akan saya sedang dilontarkan ke surga oleh ucapannya. Perasaan yang tadi ‘saya bukan siapa-siapa’, tiba-tiba menjadi ‘saya sangat berarti’.

Ternyata bukan dia yang membutuhkan dukungan, justru saya yang butuh itu. Ternyata bukan kita orang tua yang membuat mereka bisa hebat, tapi kehadiran mereka yang membuat kita merasa hebat. Bukan kita yang menguatkan mereka tapi kehadiran mereka yang membuat kita harus kuat.
Saya lupa dengan hakikat ladang amal yang sesungguhnya karena terlalu jauh melihat ke luar. Saya lupa karena mata dan pikiran disilaukan oleh dunia modern dan segala rupa jenis pekerjaan.
Menjadi ibu rumah tangga, seakan terlihat tak keren. Berbaju dinas daster lusuh, peralatan kerja tak jauh dari peralatan masak, mesin cuci, setrikaan, kain pel, dan ruang lingkup kerja hanya seputaran rumah dan halaman. Badanpun seringkali tak wangi.

Berbeda sekali dengan wanita bekerja. Mereka terlihat sangat kinclong dengan baju yang rapi dan indah serta wangi, bertemu banyak orang, selalu up to date dengan berbagai isu dan berita terbaru, kadang bepergian ke berbagai kota bahkan luar negeri. Dan tentu saja memiliki uang sendiri.

Sehingga kondisi ini kadang menimbulkan suatu perasaan rendah diri bagi seorang perempuan dengan status ibu rumah tangga. Tak heran kalau ada reuni sekolah seorang ibu rumah tangga lebih nyaman bergabung dengan sesama ibu rumah tangga juga.

Padahal, menjadi ibu rumah tangga adalah suatu pilihan. Dan Masya Allah, betapa mulianya ibu rumah tangga. Seluruh waktu dan tenaganya dicurahkan  untuk mengurus keluarganya. Dituntut banyak keahlian untuk menjadi seorang ibu rumah tangga sejati.
1.      Harus kuat karena jam kerja 24 jam tanpa mengenal hari libur
2.     Kemampuan finansial yang lebih lebat dari akuntan senior. Penghasilan yang diberikan oleh suami harus cukup untuk biaya hidup keluarga
3.      Harus mengetahui kebutuhan setiap anggota keluarga
4.  Harus bisa mendidik anak, karena kepribadian anak tergantung dari cara ibu mendidik anaknya
5.      Harus bisa memasak, jadi baby sitter, jadi guru dan lain-lain

Betapa banyaknya jobdesk seorang ibu rumah tangga. Kalau seandainya setiap jenis pekerjaan yang dilakukanya diberikan gaji, mungkin tak akan ada lelaki yang berani mempersunting seorang wanita. Hehee…

Menjadi ibu rumah tangga full time memang suatu pilihan yang berat. Di samping pekerjaan yang berat, tanggung jawab yang berat, perasaan rendah diri acapkali menyelinap tatkala melihat teman yang bekerja meraih berbagai prestasi dunia. Padahal menjadi ibu rumah tangga sejati, bisa mendidik anak menjadi anak yang sholeh adalah prestasi akhirat. Bayaran di dunia adalah kasih sayang anak dan do’a mereka ketika kelak sang ibu telah tiada. Sedangkan bayaran di akhirat adalah syurgaNya. Nikmat manakah yang lebih tinggi? 

Si gadis lanjut bercerita. Dengan bersekolah di sebuah pesantren, banyak hal tentang kehidupan yang ia mengerti. Sekamar dengan 12 anak, membuat ia bisa memahami berbagai macam tipe dan latar belakang teman-temannya.

Ada yang ayahnya seorang aktivis, anggota dewan nan super sibuk dengan ibu yang juga aktivis super sibuk, ‘menitipkan’ anaknya ke pesantren untuk diasuh karena ketiadaan waktu mereka untuk sang anak, menghasilkan anak yang suka memberontak dan selalu dipenuhi amarah. Tapi ada juga yang menghasilkan anak yang apatis.

Ada juga ibu yang setiap menelpon anaknya, yang pertama kali ditanya adalah pelajaran anaknya. Sehingga si anak stres setiap kali nilai ulangannya turun. Ada juga anak yang sama sekali tidak nyaman mendapat telepon dari orang tuanya karena kakunya hubungan mereka sehingga si anak tidak tau harus berbicara apa.

Dan dari pengamatan anakku terhadap teman-temannya, dari beberapa anak-anak yang bermasalah, sumbangan terbesar adalah dari anak yang ibunya bekerja. Yaaah...tentu ini hanya survey kecil-kecilan dari seorang anak kelas 10, di mana lingkungan surveynya adalah teman satu pesantrennya saja. Sementara di luaran sana, kita mengetahui banyak juga ibu bekerja yang sukses mendidik anak-anaknya. Dan tak sedikit pula ibu rumah tangga full time yang gagal dalam mendidik anak-anaknya. Semuanya tentu terpulang kepada diri masing-masing, sejauh mana usahanya dalam proses pendidikan anak-anaknya. Salah satu contoh wanita bekerja yang juga aktivis super sibuk tapi sukses mendidik anak-anaknya bahkan menjadi hafidz semua adalah Ustadzah Yoyoh Yusroh.

Dan kemudian si gadis berkata, ia bisa seperti ini karena saya adalah ibu rumah tangga. Yang selalu punya waktu untuknya, mendengarkan keluh kesahnya, mendengarkan ide-idenya, dan selalu membantu setiap kesulitannya. Dan ia pun kelak tak ingin bekerja kantoran. Ia ingin bekerja dari rumah sambil menjadi ibu rumah tangga seperti saya.

Wahaiii….hati siapa yang tak sejuk seperti disiram oleh mata air bening nan menyegarkan, mendengar ucapan tulus dari seorang gadis muda berusia 16 tahun. Kalau ini mimpi, tak ingin rasanya saya bangun. Terima kasih cahaya mata hatiku…. Ucapanmu membuat ibu memperbaharui tekad dan semangat untuk menjadi lebih baik lagi.

Karawang, 6 November 2016

Diabetes


Diabetes

Dulu, aku tidak ‘ngeh’ dengan penyakit diabetes. Tidak tau dan tidak mau tau. Saya masih muda, sehat ‘and… who cares?’.

Tapi ketika saya kuliah, ternyata ayah didiagnosa sakit diabetes. Badannya yang dulu tegap, berisi, perlahan-lahan mulai kurus. Gampang capek, sering merasa gatal di kulit padahal tak ada penyebabnya. Kemudian ayah terserang stroke yang membuatnya susah bicara dan susah berjalan. Dengan mengikuti terapi akhirnya ayah mulai bisa berjalan dan bicara walau tak sesempurna seperti dulu. Dan ayah lebih banyak menangis. Kemudian serangan stroke kedua membuat ayah lumpuh dan susah bicara. Dan 3 tahun setelah serangan stroke pertama ayahpun berpulang ke rahmatullah. Inna lilaahi wa inna ilaihi roji’un. Semoga Allah menghapus segala dosa ayah karena kesabarannya dalam sakit selama 3 tahun. Aamiin.

Sejak itu mataku mulai terbuka dengan penyakit diabetes dan efek lain yang bisa diakibatkan olehnya. Bisa menyebabkan stroke, kebutaan, luka yang tak mau mengering sehingga menyebabkan kebusukan dan amputasi dan lain-lain.

Terlebih kemudian kakak tertuaku juga terkena diabetes. Adik perempuan ibuku beserta dua anak perempuannya juga diabetes. Beberapa saudara dari pihak suami dan beberapa temanku juga terkena diabetes. Aku mulai was-was. Sungguh aku sangat takut dengan diabetes, sebuah penyakit yang tak ada obatnya dan hanya bisa dikendalikan. Kalau sudah terkena diabetes, seumur hidup akan diabetes.

Memang tidak semua penderita diabetes berakhir dengan buruk. Karena banyak juga yang bugar karena selalu mengontrol kadar gula darahnya. Diet dan olahraga mutlak diperlukan. Karena diabetes ini bukan penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Tapi merupakan penyakit yang disebabkan rusaknya pangkreas yang menghasilkan insulin yang akan mengubah zat glukosa menjadi energi. Ketidakmampuan pangkreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup, menyebabkan tidak semua glukosa bisa diubah menjadi energi, sehingga sebagian zat glukosa (gula) itu terbuang bersama air seni.

Ternyata kekhawatiranku benar-benar menjadi nyata. Setelah seminggu merasa tidak enak badan, dengan ditemani suami akhirnya aku ke dokter. Ternyata tekanan darahku meningkat dan gula darah cukup tinggi. Kemudian aku disarankan untuk memeriksa gula darah secara lengkap.

Dua minggu kemudian, 14 April 2016, kembali aku memeriksakan gula darah lengkap. Gula darah puasa, gula darah 2 jam sesudah puasa dan HbA1C yang merupakan pengecekan gula darah 3 bulan terakhir. Dan…akupun divonis diabetes!

Rasanya nelangsa sekali. Terbayang saya sudah tidak bisa makan yang enak-enak lagi. Makanan harus ditakar dan ditimbang. Banyak pantangan makanan. Tidak lepas dari obat-obatan. Penyakit lain yang bisa ikut mendompleng, dan lain-lain.

Tapi ternyata, kata dokter, saya boleh makan apa saja asal tidak berlebih. Dan olah raga yang menyebabkan jantung berdetak ….. minimal sekali seminggu.

Pulang dari dokter rasanya masih bingung. Kenapa saya bisa kena? Pola hidup saya yang mana yang berlebihan dan tidak sehat? Semakin dipikir semakin kusut rasa hati dan pikiran. Tapi untunglah suami selalu membesarkan hati.

Malamnya, karena ada keperluan, saya dan anak-anak pergi keluar. Sambil menyetir, saya menceritakan hasil diagnosa dokter tadi. Anak-anakpun kaget. Apalagi begitu diberitahu bahwa penyakit diabetes ini tidak bisa sembuh. Muthi sebagai anak tertua dan yang sudah memahami, langsung menangis.

“Ibu jaga kesehatan ya? Muthi dan adek-adek masih kecil”.

Dan iapun mengungkapkan tekadnya untuk menjadi dokter. Ia bertekad ingin membuat obat untuk memperbaiki pangkreas sehingga bisa memproduksi insulin lagi dalam jumlah yang cukup.

Tangisnya yang diikuti oleh adiknya, membuat air mataku pun luruh dengan derasnya, membuatku agak kesulitan menyetir karena pandangan jadi kabur karena deraian air mata.

Insya Allah ibu akan selalu sehat, nak. Air matamu membuat ibu akan selalu bertekad menjaga gula darah ibu. Insya Allah.

Episode Baru


Episode Baru

Pernahkah mendengar ungkapan ‘yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri’? Ya, tidak ada yang abadi di dunia ini. Segala sesuatu di dunia ini pasti berubah.

Apalagi yang namanya makhluk hidup. Selalu berubah. Dari fase lahir, anak-anak, dewasa dan mati. Begitu juga dengan keinginan. Selalu berubah-ubah. Coba tanya kepada anak kecil, apakah cita-citanya? Ketika TK, mungkin cita-citanya jadi dokter, guru, polisi dan lain-lain yang lekat dalam pandangannya sehari-hari. Besar sedikit, usia SD, cita-citanya akan berubah lagi. Di usia ini ia sudah mulai mengenal idola. Mulailah cita-citanya ingin menjadi penyanyi, pemain bola, gamer, chef dan lain-lain. Makin besar, mereka sudah mulai mengenali minat dan bakatnya, maka mulailah cita-citanya bergeser sesuai dengan minat dan bakatnya.

Begitu juga dengan orang yang sudah menikah. Ketika jadi ‘kontraktor’, ingin segera punya rumah. ‘Biar kecil juga, tidak apa-apa’. Setelah punya rumah kecil, ketika anak-anak sudah mulai banyak dan tambah besar, mulailah ingin punya rumah besar. Dari tidak punya kendaraan, ingin segera punya. Sudah punya motor ingin segera punya mobil. Sudah punya kendaraan satu, ingin segera punya dua. Tak ada habisnya dan selalu berubah.
Tak ada yang salah. Karena manusia itu dinamis. Yang salah adalah ketika keinginannya itu menyelisihi perintah Allah.

Pun dengan diriku.
Dulu ku ingin sekali menjadi dokter. Pelajaran biologi adalah pelajaran favoritku selain matematika dan bahasa Inggris. Tapi karena kandas sewaktu ujian UMPTN, akhirnya aku terdampar kuliah di Politeknik Engineering jurusan Telekomunikasi. Mulailah aku dengan cita-cita hebat ingin bekerja di Indosat, yang ketika itu merupakan perusahaan Telekomunikas terkemuka. Tapi takdir Allah akhirnya aku justru bekerja di sebuah perusahaan besar pabrik semen. Tapi mungkin karena bukan keinginanku, aku kurang bersemangat kerja di sana. Hanya 3,5 tahun, aku bekerja di sana, kemudian sang pujaan hati meminang diriku.

Dan akhirnya setelah menikah, akupun segera mengikutinya pindah ke Jakarta dimana dia bekerja di sebuah perusahaan otomotif terbesar di Indonesia.

Tahun demi tahun berlalu, lahirlah buah hati satu persatu. Akhirnya kamipun diamanahi anak oleh Allah sebanyak 4 orang. Meskipun akhirnya anak tertua kami diambil kembali oleh pemiliknya di saat berumur 2,8 tahun.

Rutinitas rumah tangga kadang-kadang memang bikin stress. Kerja yang itu-itu melulu, yang tidak pernah habis-habis dan monoton selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan dan 365 hari dalam setahun.

Para ibu butuh sesuatu di luar itu, yang membuatnya lebih bergairah, mendapat pengakuan,  dan ehmm…mungkin sedikit pujian.

Alhamdulillah suami mengajariku sedikit teknik fotografi. Tapi sebenarnya karena kecanggihan teknologi digital sekarang, hanya dengan memakai teknik auto dan anti vibration, membuat hampir semua foto terlihat bagus. Hanya perlu mengasah feeling untuk mendapatkan angle maupun moment yang bagus. Tapi teknik yang mumpuni tetap lebih bernilai.

Mulailah saya jeprat jepret anak. Ada kepuasan kalau melihat hasilnya bagus. Kecerian dan keluguan mereka terekam dengan baik. Dan mulailah tetangga-tetangga meminta anaknya untuk di foto. Lama-lama makin banyak. Bahkan saya mulai mendapat order untuk pernikahan dan dari sekolah-sekolah untuk membuat pas foto maupun perpisahan. Lama-lama saya berfikir, karir sebagai fotografer bisa saya seriusi. Dan akhirnya sayapun mengambil kursus fotografi dari Nikon School.

Orderpun makin lancar dan banyak. Bahkan beberapa kali memenangkan perlombaan foto. Mulai dari hadiahnya baju kaos sampai hadiah uang jutaan. Tapi lama-lama waktuku mulai tersita apalagi kalau order sedang banyak. Memasakpun jadi tidak sempat. Akhirnya anak-anakpun mulai protes. ‘Harusnya ibu jangan jadi fotografer’, kata mereka.
Mungkin karena anak-anak mulai sering protes, dan mungkin juga karena umur yang semakin bertambah, tiba-tiba keinginan untuk membesarkan usaha foto yang sebenarnya sangat menjanjikan ini, semakin kendor.

Mulailah saya melirik-lirik lahan lain.
Ketika ada uang lebih, kamipun membeli 2 rumah dengan tipe 36/60 untuk di jadikan kontrakan. Saya pikir, enak juga punya kontrakan. Ibarat memiliki uang pensiun. Tidak capek kerja, uang mengalir terus. Mulailah kami menerima mahasiswa sebagai pengontrak pertama. Ada 4 orang, semuanya laki-laki. Tapi, innalillahii..mereka penganut pergaulan bebas. Perempuan dengan gampang masuk dan menginap di sana. Tetanggapun jengah. Akhirnya dengan halus, kuusir mereka semua.

Kemudian, yang kuterima hanya pengontrak yang sudah berkeluarga. Akhirnya datanglah dua keluarga. Dua-duanya anggota TNI. Ternyata yang 1 keluarga benar dan yang satu lagi tidak benar. Ketika istrinya pulang kampung, si suamipun begitu deeh….
Setelah habis masa kontrak, kontrakpun tidak saya perpanjang. Kali ini yang masuk 1 keluarga dan 2 anak muda yang kelihatannya santun dan sholeh. Yang berkeluarga, alhamdulillah benar. Tapi yang bujangan, qadarullah.., ternyata mereka berdua setali tiga uang dengan pendahulunya di rumah itu. Bahkan sampai di datangi pak RW.
Lama-lama kupikir, aku tidak cocok di bisnis ini. Banyak maksiatnya. Mereka yang berbuat maksiat, tapi turut memberikan dosa kepada saya dan tetangga di sekelilingnya. Dosa sendiri saja sudah banyak ditambah lagi dosa oleh mereka yang membuat kerusakan dengan difasilitasi oleh saya. Na’udzubillahi min dzalik.

Akhirnya akupun berpikir lagi, bisni apa yang cocok untukku. Setelah lama berpikir, akhirnya teringatlah bahwa saya memiliki sepetak tanah di daerah Jomin, Cikampek. Tidak luas. Hanya 300m. Tanah sepetak itu, rimbun oleh pepohonan. Ada rambutan, petai, kecapi, kedondong, mangga, durian, sawo Jepang, pohon jonjing, dan lain-lain.

Tanah ini ku beli hasil dari menjual mobil Starlet. Dibeli murah dari guru anakku yang akan membangun PAUD di rumahnya. Selama ini tanah ini tidak memiliki nilai ekonomis bagiku. Apabila ada pohon yang panen, hanya diambil dan dibagi-bagikan dengan tetangga.
Akhirnya aku ingin memberdayakan tanah ini. Kuingin menjadi petani. Maka pilihanku jatuh kepada singkong. Kenapa singkong? Menurut sumber-sumber dari mbah google, tanamannya tidak neko-neko. Cocok ditanam di ketinggian 10 sampai 700 m di atas permukaan laut, perawatan tidak terlalu rumit, serta kebutuhan dalam negeri yang sangat besar.

Maka dimulailah persiapan. Pohon-pohon yang tumbuh di tanah itu harus dibabat habis. Pohon-pohon besar, aku jual kepada tukang kayu. Mereka yang membeli, mereka juga yang menebang. Dengan dibantu oleh satu orang penduduk Jomin, akhirnya tanah itu, dengan bedeng-bedeng yang rapi, siap untuk di tanam.

Selain belajar dan mencari-cari informasi via google, akhirnya ketemulah suatu perkebunan yang cukup dekat dari domisiliku. Setelah berhubungan dengan beliau via wa dan telepon, maka dengan diantar suami, sayapun berangkat ke perkebunannya untuk belajar dan membeli bibit.

Singkat cerita, akhirnya, hari ini tanggal 22 November 2016, tanaman singkongkupun ditanam. Mudah-mudahan hasilnya bagus dan sangat memuaskan. Aamiin…..

Dan mimpiku……5 tahun dari sekarang, saya sudah memiliki kebun singkong  seluas 10 hektar. Aamiin….ya rabbal ‘alamiin…

obat galau


TERNYATA…

Ketika galau, amarah membara, kesedihan meraja, kadang obat mujarab bagiku adalah:
1.    
      Menulis.
      meskipun jari menekan keyboard dengan kekuatan yang bisa membuat huruf-hurufnya lepas, tapi segala kesal, segala amarah, segala kata-kata yang tak mungkin kuucapkan secara lisan  bisa kutumpahkan tanpa rasa malu yang kemudian bisa disesali.
     Setelah rasa ‘nyesek’ lepas, tulisan yang ditulis tadi segera bisa direvisi dengan bahasa yang lebih halus. Bahkan dalam perjalanan bisa direnungi kembali apa yang salah dan apa solusinya.
2.       
     Bersih-bersih
Bisa dengan menata ulang posisi kamar tidur, ruang keluarga atau sekedar bersih-bersih dapur. Meskipun tenaga yang dikeluarkan ketika memindahkan barang atau mengelap bisa membuat cicak, kecoa dan tikus lari terbirit-birit karena jantungan. Untung barang nggak ada yang pecah ketika dipindahkan atau penyok ketika di lap. Kalaupun ada yang pecah atau penyok, masih mending daripada nyekek orang…hihiii…
Setelah setengah jalan, melihat ruangan mulai rapi dengan suasana baru, hatipun mulai adem. Setelah rapi semua, hati sudah tenang. Dan bisa mereview kejadiannya. Biasanya sih….saya yang sering salah. Hehee…


Alhamdulillah…pemakaian kasur dan bantal yang bikin tambah baper dan tambah galau, bisa dikurangi.

Mengapa siswa SMP Sekolah Alam Harus magang?




Sekolah Alam memang menawarkan suatu program pembelajaran yang berbeda dari sekolah pada umumnya. Di saat sekolah umum belajar di kelas dengan duduk rapi dan manis, berpakaian bersih, halaman sekolah bersih karena di beton, anak-anak Sekolah Alam malah bebas berada di luar kelas, kadang berkotor-kotor dan halaman sekolah yang sebagian tertutup rumput dan sebagian besar tanah biasa yang akan becek ketika hujan tiba.

Bagi yang tidak mengenal Sekolah Alam tentu akan heran dengan gaya Sekolah Alam ini. Mereka tidak mengenal gedung masif, yang bertembok rapat dan ber AC, tidak mengenal meja kursi khas anak sekolahan, tidak berseragam merah putih atau biru putih, tidak bersepatu pantofel atau olah raga setiap hari ke sekolah, tidak mengenal PR yang seabrek dan lain-lain.

Kalau dilihat secara sepintas, ini sekolah atau bukan sih? Ada pelajaran gardening dan outbond yang membuat mereka kotor. Mereka belajar di kelas yang berupa ruang terbuka dengan duduk lesehan dan meja kecil atau bahkan menggelosor di lantai. Dan tak jarang mereka belajar di halaman sekolah, di kebon orang, menjelajahi sungai kecil untuk mengeksplor biota di sekelilingnya atau ke pasar dan lain-lain.  Mereka tidak terkungkung oleh aturan ‘mendengar dan mengerjakan tugas’. Lahan pembelajaran mereka luas, seluas alam semesta raya. Mereka belajar lebih banyak dengan metoda ‘melakukan’ dari pada melihat atau mendengar saja. Mereka berpakaian bebas tapi Islami. Warna warni baju mereka setiap hari. Pakaian seragam yang mereka miliki hanya seragam sekolah batik hijau (untuk Sekolah Alam Karawang) dan baju outbond. Sepatu mereka sehari-hari adalah sandal gunung.

Bebas? Iya! Tapi tentu dalam koridor pembelajaran yang sudah menjadi core value sekolah Alam. Alhamdulillah...mereka tumbuh ceria, berani dan kreatif dengan pemikiran-pemikiran yang kadang out of the box dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Kurikulum Sekolah Alam ini, banyak yang ‘nyeleneh’, yang sering sekali tidak dimiliki oleh sekolah manapun di Indonesia. Salah satunya adalah program magang dalam rangka ‘Learn to Maestro’ untuk siswa SMP. Yaa…Belajar tidak selalu harus duduk manis di kelas dan mendengarkan guru serta latihan soal. Ada banyak cara mendapatkan ilmu Allah yg sangat banyak bertebaran di muka bumi ini. Salah satunya adalah belajar kepada ahlinya (learn to maestro) melalui magang ini

Setiap tingkatan memiliki program magang yang berbeda. Untuk kelas 7 mereka akan magang Bio Eco Tech di suatu pertanian terpadu. Di kelas 8 semester 1 ada magang retail di beberapa supermarket. Dan di semester 2 ada magang minat dan bakat yaitu magang di tempat yang sesuai dengan minat dan bakat mereka serta membuat proyek yang sesuai dengan bakat dan minat mereka tersebut.
Kenapa sih, siswa SMP Sekolah Alam harus magang?
Konsep dasarnya adalah meneladani Rasulullah yang telah magang berdagang dengan ahlinya (pamannya) ke negeri Syam (Suriah) ketika berumur 12 tahun. Beliau sudah melakukan setidaknya 80 ekspedisi dagang ke luar negeri dan memiliki Business sendiri sejak usia 15-16 tahun.
Menurut Harry Santosa (praktisi pendidikan, mendidik sesuai fitrah), pemagangan bersama maestro atau ahli adalah model pendidikan terbaik untuk anak anak menjelang AqilBaligh antara usia 10-14 tahun, agar mereka ditempa kemandirian dan kemampuan mengemban kehidupan ketika berusia AqilBaligh yaitu pada usia 15 tahun.
Dalam pemagangan bukan hanya sekedar mendapatkan Skill & Knowledge atau Ilmu semata tetapi juga pendampingan spiritual dan pemberian hikmah serta Adab secara langsung dari para Maestro. Para Maestro ini menjadi Mentor Kehidupan yang memberi banyak hikmah sekaligus menjadi sosok Orangtua yang menyayangi. Inilah yang disebut mendapatkan adab para ulama sebelum ilmunya.
Pemagangan (Apprentice) inilah yang ditradisikan oleh Peradaban Islam selama ratusan tahun. Anak yang berminat atau berbakat pada bidang tertentu langsung Magang kepada Ahlinya. Maka tidak aneh jika peradaban Islam sampai abad ke 19 ditaburi para pemuda yang sudah punya peran peradaban ketika masih berusia belasan tahun.
Misalnya jika berbakat pada Ilmu Tafsir, langsung Magang dengan Ahli Tafsir. Jika berbakat pada Kedokteran atau Sains langsung Magang kepada Pakarnya. Begitu pula bidang perdagangan, bidang Arsitektur dan Teknik dan bidang-bidang lainnya.
Para Ulama Minangkabau ternyata juga mentradisikan Model Pemagangan ini dengan model Merantau. Anak-anak menjelang AqilBaligh, usia 11-15 tahun sudah keluar kampungnya untuk merantau setelah ditempa ilmu dasar agama, silat dan berkebun atau berdagang di Surau sejak usia 7 tahun.
Sisa-sisa tradisi Merantau masih terlihat hari ini dari banyaknya Restoran Padang hampir di seluruh penjuru Nusantara. Lihatlah, tidak pernah ada Sekolah Tinggi Restoran Padang, namun hampir setiap pekan barangkali lahir restoran Padang baru di setiap tempat.
Jarang yang tahu bahwa ada jenjang jenjang Pemagangan di Restoran Padang, sejak jenjang yang terendah yaitu mencuci gelas dan piring, lalu menyajikan minum dan kobokan, menata makanan di etalase, menyajikan makanan dengan piring bertumpuk indah di tangan sampai lengan dan bahu, sampai kepada jenjang Ahli Memasak dan Belanja atau mengatur keuangan.
Model Pemagangan di dunia modern hari ini dianggap sebagai model terbaik yang dijalankan banyak perusahaan perusahaan Konsultan besar seperti McKinsey, AT Kearney dsbnya, termasuk perusahaan IT raksasa seperti Apple, Google, Microsoft dstnya. Kehebatan tidak bisa diajarkan saja tetapi ditularkan.
Bayangkanlah, jika model pemagangan seperti ini dijalankan dengan manajemen yang rapih, melibatkan seluruh pakar di dunia, maka anak anak Muslim usia pre AqilBaligh 10-14 tahun, akan mendapatkan mentor kehidupan terbaik yang mumpuni. Mereka akan mandiri, beradab dan bersinar dengan karya-karyanya menebar rahmat dan manfaat ketika mereka berusia 15-16 tahun.
Luar biasa bukan, manfaat dari magang?
Description: https://www.facebook.com/images/emoji.php/v5/f4c/1/16/1f642.pngDi Sekolah Alam, menurut Pak Gigih Supriyantoro (direktur Sekolah Alam) magang ini juga bertujuan untuk membuka wawasan anak akan dunia profesi, sekaligus untuk menemukan serta memfasilitasi minat dan bakat mereka. Sehingga di tahap selanjutnya mereka akan menapaki minat dan bakatnya dengan belajar bersama maestro dan menjadi ahli di bidangnya.
Berikut ini adalah contoh kegiatan magang anak saya, Sayyid Al Hakim kelas 7 Sekolah Alam Karawang tentang Bio Eco Tech di pertanian Terpadu Wiratani, di Desa Tegal Sawah, Karawang.

Pertanian Terpadu Wiratani didirikan oleh seorang lulusan SD yang bernama Pak Haji Osim, putra asli Karawang. Walaupun hanya lulusan SD tapi ia mampu membangun sebuah pertanian terpadu dg luas hampir 11 hektar yg menjadi rujukan dan pelatihan tentang agrobisnis dan agroeduwisata di Jawa Barat serta mempekerjakan para sarjana. Seorang lulusan SD yg rendah hati, humoris, berwawasan luas dan rajin mengadakan studi banding dalam rangka menambah ilmu.
Di Pertanian terpadu Wiratani ini, selama 2 minggu mereka belajar tentang:
- pertanian organik
- manajemen peternakan umum
- budidaya padi
- budidaya tanaman sayur
- budidaya sapi
- budidaya domba
- budidaya kelinci
- budidaya ayam dan itik
- budidaya ikan
- kesehatan ternak
- pembuatan pupuk organik cair & padat


Juga mendapat ketrampilan:
- membuat pupuk organik padat dan cair
- menanam sayur dan buah
- menyiram sayuran
- menanam padi
- memelihara ternak sapi
- memelihara ternak domba
- memelihara ternak kelinci
- memelihara ternak ayam dan itik
- merangkai mimpi

Serta mendapatkan materi sikap kehidupan yg akan diberikan sekaligus praktek di lapangan berupa leadership, kedisiplinan, kerja sama, dan saling menghargai.
Dan selama dua minggu digojlok di sini, mereka total jadi petani. Mulai dari membersihkan kotoran ternak, memberi makan ternak, membuat pupuk, membuat biogas, menanam bibit, memelihara tanaman, panen, membuat susu kental manis, membuat permen susu dan lain-lain serta ilmu bisnis pertanian dan ternak (sesuai level SMP) sampai materi merajut mimpi masa depan, mereka dapatkan di sini.
Capek tapi makannya pada banyak lho.... Di hari ke 11 ketika dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter, ada yg gembira dan ada yg shock karena berat badannya nambah semua. Hehee... Kalau yg lain nambah berat badan antara 2-8 kg, Sayyid hanya 0.5 kg saja. Alhamdulillaah....itu saja sudah luar biasa untuk si bujangku yang punya kebocoran di jantungnya ini 
Apalagi penanaman pemahaman kepada anak-anak tentang pentingnya pertanian dan makin susutnya lahan pertanian serta betapa susahnya untuk menghadirkan sepiring nasi dan sayur yang terhidang di meja makan, benar-benar membawa perubahan kepada anak-anak. Tiap kali makan, tidak ada nasi atau lauk pauk dan sayuran yg bersisa di piring anak-anak! Dan ini terbawa sampai ke rumah. Padahal dulu kalau di rumah, saya harus mengomel dulu supaya piring makan si nak bujang tandas tak bersisa sebutir nasipun.
Meskipun tak mudah, ada konflik antar teman, capek, rindu orang tua, snack yang sering kurang sehingga perlu supply dari rumah dan lain-lain, tetap, magang memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak akan mereka dapatkan kalau hanya membaca buku dan mendengarkan guru di kelas.
Dengan magang, di samping mendapatkan ilmu dan pengalaman, mereka juga mendapatkan motivasi dan teladan dari seorang Haji Osim yang meskipun hanya lulusan SD tapi dengan kerja keras ia berhasil mengembangkan bakat dan minatnya di bidang pertanian hingga sukses, dan bahkan mampu memperkerjakan para sarjana.
Apakah pembelajaran magang selesai ketika mereka pulang ke rumah? Tidak. Setelah magang selesai, mereka harus membuat laporan magang, membuat file presentasi dengan power point dan mempresentasikannya di hadapan orang tua dan guru di suatu hari khusus dengan mengundang semua orang tua siswa.
Presentasi ini untuk melihat, sejauh mana serapan dan penguasaan ilmu yg mereka peroleh selama magang. Sekaligus mereka belajar berani tampil dan berbicara di depan umum. Masya Allah, banyak hal yg mereka pelajari dalam satu pembelajaran.
Lain halnya dengan siswa kelas 9. Setelah melalui beberapa kali magang di tempat yang berbeda dengan ilmu yang berbeda pula, biasanya mereka sudah mengetahui kemana minat dan bakat mereka. Dan di kelas 9 ini mereka dipersilahkan memilih sendiri tempat magang yang sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Dan setelah pulang dari magang, mereka diharuskan membuat sebuah karya sebagai pencapaian dari magang yang mereka lakukan.
Sebagai contoh adalah magang anakku yang tertua, Annisa Muthia. Dia menyukai dunia buku dan tulis menulis. Sehingga dengan mantap dia memilih magang di penerbit Mizan Bandung. Alhamdulillah mereka menerimanya dengan senang hati. Ini adalah pertama kalinya ada anak SMP yang magang di perusahaan mereka. Programpun mereka susun sehingga Muthi mendapatkan ilmu tentang seluk beluk penerbitan, mulai dari penerimaan naskah, seleksi naskah, editing, membuat lay out buku, ilustrasi buku, percetakan, promosi sampai pemasaran. Dan sepulang dari magang, Muthi diharuskan membuat karya. Dan lahirlah 4 cerpen, yang Alhamdulillah, ketika dikirimkan ke Penerbit Mizan Bandung, keempat-empatnya lolos seleksi dan akan diterbitkan Mizan, dalam 4 buah buku komik fantasteen. Dan yang pertama terbit adalah di bulan November ini yang berjudul ‘Horror Writer. Insya Allah
Alhamdulillaah….atas segala pencapaian ini.
Kalau ingat dulu, bagaimana Sekolah Alam Karawang pertama kali merilis program magang ini di Karawang, wuiihh….jangankan perusahaan-perusahaan di Karawang, orang tua pun menolak. "Anak SMP magang? Bukannya mereka seharusnya belajar, bukan bekerja? Wah...melanggar HAM ini."

Akhirnya, saya, sebagai wakil orang tua, ikut mendampingi Kepsek (Bu Tini) dan Guru (Bu Hasri Ainun) Sekolah Alam Karawang, menghadap Komisi Perlindungan Anak di Jakarta untuk menjelaskan manfaat magang bagi siswa SMP serta untuk mendapatkan surat izin magang dari Komisi Perlindungan Anak. Dan dengan adanya surat izin ini, maka berarti kegiatan ini legal dan bermanfaat.
Dan… muluslah jalan siswa-siswa SMP Sekolah Alam Karawang untuk magang ke berbagai perusahaan.

Goresan Cinta Untukmu




Goresan Cinta Untukmu
Putriku terkasih, Annisa Muthia…..
Tanggal ini adalah tanggal yang sama dengan 16 tahun yang lalu
Tanggal yang ditetapkan Allah untuk kedatanganmu ke dunia
Dan bahwa hari ini usiamu di dunia bertambah, itu betul
Dan bahwa hari ini waktumu di dunia semakin berkurang, itu pasti
Putriku, ubek jariah palarai damam….
Engkau semakin besar
Tak lagi dapat engkau kupangku dan kutimang
Engkau akan berlari mengejar cita-cita dan taqdirmu
Setiap manusia memiliki tugas dan peran yang telah Allah tetapkan untuknya
Kejarlah, meskipun engkau akan jatuh bangun karenanya
Kejarlah, meskipun akan ada tawa dan air mata menyertainya
Jika engkau sedih, ingatlah betapa banyak nikmat Allah yang telah tercurah padamu.
Jika engkau lelah, ingatlah setiap perjuanganmu di jalan Allah, pahala ganjarannya.
Jika engkau merasa sepi, ingatlah do’a ayah dan ibu selalu menyertaimu
Malaikat-malaikat penjaga selalu di sisimu.
Allah selalu mengawasi, melindungi dan mengabulkan do’a-doa’mu
Putriku, cahaya mata hatiku…..
Jagalah akhlak dan lisanmu
Jadilah duta agama ini, nak
Jadilah si cerdas seperti Aisyah binti Abu Bakar
Jadilah si bijaksana seperti Khadijah binti Khuwailid
Jadilah si tangguh seperti Asma binti Abu Bakar
Jadilah si pemberani seperti Nasibah binti Ka’ab
Putriku, harapanku…..
Perkokohlah fisikmu dengan selalu makan makanan yang halal dan thayib
Perkokohlah spiritualmu dengan banyak beribadah, berdo’a dan berzikir
Asahlah kemampuanmu dengan ikhlas menimba ilmu
Pertajamlah bakatmu dengan banyak berlatih
Dan, do’akanlah selalu ayah dan ibu serta adik-adikmu
Hanya do’amu kelak yang sangat kami harapkan ketika kami berada di kampung akhirat nanti.
Ya Allah, kutitipkan anakku sibiran tulang, berada dalam penjagaanMu.
Penuhi dadanya dengan Al qur’an dan as sunnah
Genggam hatinya dengan kasih sayang dan kebijaksanaan.
Aamiin ya Rabbal’alamiin….
Peluk cium dari Ibu, Ayah, Sayyid dan Alyssa
Karawang, 16 November 2016

Pelajaran pertama di pesantren


"Muthi kira bahasa Inggris Muthi sdh bagus (sdh pernah ke luar negeri dan nilai UN hampir sempurna), ternyata bertemu anak dari Qatar, pronounce Muthi kalah jauh.
Muthi kira tahsin Muthi sdh bagus (sdh menyelesaikan metoda qiro'ati dan ummi), ternyata ada yg lebih bagus.
Muthi kira matematika Muthi sdh bagus ternyata, ada anak pemenang matematika O2SN Dr Jawa Barat di sini.
Muthi kira Muthi sudah supel ternyata ada yg lebih supel lagi dari Muthi."
Begitulah curhat si gadis ketika td kunjungan pertama ke asramanya.
Ternyata masih ada langit di atas langit. Kalau sebelum ini HANYA mengetahui sekarang benar2 merasakan maknanya. Engkau hanya perlu memperbanyak sabar dan ikhlas serta bersyukur, anakku.
Tapi ada ujian, ada juga kebahagiaan. Selama seminggu mengikuti Funtastic (nama lain MOS), dia terpilih sebagai siswi TERSOPAN. Karena selalu menggunakan kata TERIMA KASIH, TOLONG, MAAF dan PERMISI. Dan sukses membawa kelompoknya menjadi kelompok TERKOMPAK. Double present for her.
Ada kejadian yg membuatnya bersyukur pernah di gembleng survival di Gunung Bundar dan Gunung Gede, Jawa Barat, oleh Sekolah Alam Karawang.
Dua hari terakhir Funtastic adalah kemping di Capolaga, Subang. Ketika mereka diberi tugas mencari 10 tumbuhan yg bisa dimakan di hutan, teman2 sekelompok nya langsung bersorak, "Horee...nggak salah kita mengangkat kamu jadi ketua kelompok, Muthi. Dari Sekolah Alam!".
Dan dengan dipandu Muthi akhirnya kelompok Muthi dan kelompok lainnya berhasil mendapatkannya.
‪‎Dan akan banyak lagi pelajaran yang akan engkau dapatkan, nak. Semoga Allah selalu membantumu, dan memudahkannya untukMU. We all love you dear....
Powered by Blogger.