Kehadiranmu, Mewarnaiku....

foto diambil dari http://www.transkerja.com, 26/11/2016

Kehadiranmu, Mewarnaiku...

Duluuu….sekali, ketika saya masih SD di tahun 1979-1985, di saat motor masih jarang apalagi mobil, saya memiliki kenangan yang indah akan mobil. Ketika itu belum satupun tetanggaku yang memiliki mobil, tapi kami sudah merasakan kemewahan bermobil. Bukan, bukan milik orang tuaku. Hanya pinjaman kantor setahun sekali ketika Hari Raya Idul Fitri. Di Hari Raya Idul Fitri hari kedua, ayahku selalu mendapat pinjaman mobil Toyota jenis Kijang Kotak warna coklat susu. Suatu kebahagiaan yang tiada tara rasanya ketika kami pergi berlebaran ke kampung dengan menggunakan mobil Toyota Kijang.

Saya masih ingat, pagi-pagi sekali kami berangkat dari Padang. Kemudian menjemput rombongan keluarga Etek (adik Ibuku) dan rombongan keluarga Amak (kakak Ibuku), dan bersama-sama kami pergi ke Pariaman, kampung orang tua ibuku. Ketika itu, kedatangan kami sangat di tunggu oleh keluarga Etek dan keluarga Amak. Maklum, tiada satupun dari kami yang memiliki mobil pribadi. Jaman dulu semua serba susah. Bisa menyekolahkan anak sampai ke SMA apalagi kuliah, itu sudah luar biasa. Makanya kebaikan pimpinan kantor ayah meminjamkan mobil di hari raya adalah suatu anugrah bagi kami.

Rombongan kami totalnya 18 orang. Jangan ditanya padatnya di dalam mobil. Sesak. Duduk berdempetan, berpangku-pangkuan bahkan ada yang duduk di lantai di antara kaki penumpang. ‘Penderitaan’ sekali setahun…hehee. Tapi kami semua happy. Sepanjang jalan tak hentinya berceloteh. Untung ayahku orangnya penyabar. Tidak terganggu dengan segala kehebohan penumpangnya yang seabrek. Dan ketika aku SMP, ayahku pensiun. Dan berakhirlah kebahagiaan sekaligus ‘penderitaan’ itu.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, meskipun masing-masing dari kami sudah berkeluarga, dan sudah memiliki mobil sendiri, kenikmatan berlebaran dengan si Kijang kotak tetap tak terlupakan.

Yaa…zaman sudah berganti. Dahulu yang memiliki mobil bisa dihitung dengan jari. Sehingga tak jarang kulihat anak-anak kecil yang berlari mengejar mobil dengan perasaan gembira dan kagum. Sekarang di setiap sudut pelosok Indonesia dengan mudah kita temui kendaraan bermotor roda empat.

Tentu semua hal itu terjadi karena perekonomian Indonesia semakin membaik. Sehingga tingkat kesejahteraan penduduknya semakin meningkat pula. Dan akhirnya berganti pulalah pandangan dan gaya hidup manusia. Mobil yang tadinya merupakan barang mewah sehingga sedikit sekali yang memilikinya, sekarang sudah bergeser menjadi suatu kebutuhan, entah itu kebutuhan untuk menunjang kegiatan sehari-hari ataupun kebutuhan akan gaya hidup. Sehingga sekarang banyak sekali yang memiliki mobil dan menyebabkan macet dimana-mana.
Salah satu indikator bahwa perekonomian Indonesia semakin meningkat adalah semakin banyaknya investasi di bidang industri dan jasa. Salah satu yang terbesar dan terbaik  di Indonesia adalah PT. Astra International TBK. Dengan berbagai macam divisi dan anak perusahaannya yaitu di bidang Otomotif, Agribisnis, Alat berat pertambangan dan energi, Jasa keuangan, Teknologi Informasi, Infastruktur dan Logistik, PT Astra International TBK hadir menjadi barometer perekonomian Indonesia.
Di bidang Otomotif, PT Astra International TBK bersama anak usahanya yang meliputi perakitan dan penyaluran mobil (Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, Peugeot dan BMW), baik mobil untuk pemakaian dalam negeri maupun mobil untuk impor, benar-benar telah ikut membawa Indonesia menjadi negara yang perkembangan otomotifnya terbesar di ASEAN setelah Thailand. Tentu saja hal ini sangat membanggakan dan meningkatkan harga diri bangsa di kancah Internasional. Dan tak kalah penting, hal ini telah memberikan sumbangan finansial yang tidak sedikit bagi negara Indonesia.
Bagi rakyat Indonesia sendiri, di samping memiliki mobil impian menjadi semakin mudah, PT Astra International TBK sangat berjasa telah membuka lapangan kerja bagi ratusan ribu rakyat Indonesia. Dan juga kontribusi di bidang lain seperti pendidikan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, dan sosial keagamaan melalui beberapa yayasannya.
Perusahaan hebat, tidak hanya memberikan dampak kebaikan secara langsung kepada negara, masyarakat serta lingkungan. Tapi kehadirannya pun secara tidak langsung mampu memberikan pengaruh baik bagi masyarakat dan lingkungan sekitanya.
Saya ingat bagaimana keberadaan PT. Toyota Astra Motor Karawang (sekarang berganti nama dengan PT. TMMIN) ikut mendorong kemajuan kota Karawang. Kota Karawang, tadinya adalah kota yang agak tertinggal dibandingkan dengan tetangganya, kota Bekasi. Kota yang sepi, dengan income perkapita yang rendah. Fasilitas minim serta transportasi masih jarang. Untuk menuju alun-alun kota dan pusat kota Karawang, warga daerah Ulekan, Babaton dan sekitarnya harus memilih memutar melewati daerah Resinda atau Warung Bambu. Karena hanya dua daerah inilah yang memiliki jembatan untuk melintasi sungai Citarum yang lebar itu. Kalau tidak mau memutar melewati Resinda atau Warung Bambu, maka pilihan terdekatnya adalah menyeberang sungai Citarum dengan menaiki perahu getek. Sebuah perahu yang ditarik dengan menggunakan tambang, yang dapat dinaiki oleh manusia dan kendaraan roda dua.
Begitu pabrik Plant 1 PT Toyota Astra Motor berdiri di Karawang tahun 1997 yang diikuti dengan kepindahan sekitar 700 karyawan dari pabrik Toyota di Sunter, Jakarta, sontak kota Karawang menjadi ramai. Bagaimana tidak, 700 orang karyawan ditambah dengan keluarganya tiba-tiba berimigrasi ke kota kecil Karawang. Kalau misalnya 1 orang karyawan membawa 1 orang istri dan 1 orang anak, maka minimal pertambahan penduduk kota Karawang tahun 1997 itu adalah 2100 orang. Dan semuanya membutuhkan sandang, pangan, dan papan. Ekonomi Karawang langsung menggeliat.
Pemerintah Karawang segera merespon lonjakan pertambahan penduduk ini. Yang pertama dilakukan adalah membangun jembatan melintasi sungai Citarum untuk  menghubungkan daerah Ulekan, Babaton, dan sekitarnya ke alun-alun kota dan pusat kota Karawang. Suatu pembangunan yang sangat menggembirakan masyarakat di sekitarnya. Karena mereka tidak perlu lagi menaiki getek atau berjalan memutar melewati daerah Resinda atau Warung Bambu apabila hendak ke alun-alun atau pusat kota Karawang. Dan tak lama kemudian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) pun di bangun di daerah Ulekan.
Tahun 2004, PT Toyota Astra Motor yang kemudian berubah namanya menjadi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, kembali memindahkan karyawannya dari pabrik Sunter,  Jakarta, ke Karawang sekitar 1000 orang. Kepindahan ini diikuti oleh banyak perusahaan supplier dan yang terkait di Jakarta ke Karawang. Data kependudukan Karawang, menunjukkan jumlah penduduk Karawang tahun 2003 adalah sebanyak 1.903.511. dan di tahun 2005 sudah berjumlah 1.971.453. Berarti terjadi pertambahan penduduk sebanyak 67.952 dalam kurun 2 tahun. Atau dengan pertumbuhan jumlah penduduk sekitar 1,78 % per tahun.
‘Booming’ kepindahan perusahaan-perusahaan besar beserta karyawan dan keluarganya ke Karawang, membuat pembangunan di Karawangpun bertambah pesat. Pembangunan rumah sakit-rumah sakit swasta, pembangunan perumahan-perumahan mulai dari RSS sampai rumah mewah, Mall, Hotel, Waterboom, restoran, dan sekolah-sekolah, bak cendawan tumbuh di musim hujan. Sangat pesat. Wajah kota Karawangpun sudah berubah menjadi indah, megah dan modern. Daerah Ulekan yang dulu sangat sepi bahkan ada yang bilang daerah mati, sekarang sudah bersalin rupa menjadi kota mandiri yang mewah dan megah dengan nama baru yaitu Galuh Mas. Orang-orangpun sudah mulai lupa bahwa daerah itu dahulu bernama Ulekan.
Tak hanya kota yang berubah menjadi maju,  penduduk asli Karawangpun ikut menikmati pertumbuhan ekonomi ini. Pemuda-pemudanya banyak yang bekerja baik di sektor formal seperti menjadi karyawan-karyawan perusahaan, atau di sektor informal seperti menjadi buruh bangunan, tukang ojek, satpam, buka warung nasi, katering dan lain-lain. Merekapun ikut kecipratan rezeki kemajuan kota.
Karawang yang sepi sekarang menjadi ramai. Malam Minggu atau musim liburan, mall-mall, restoran-restoran atau tempat hiburan, penuh. Perekonomian Karawang benar-benar bergairah. Sampai tahun 2009 saya masih bisa menyetir dengan santai dan laju di jalan-jalan utama Karawang. Sekarang, untuk menempuh perjalanan sepanjang 7 km saya bisa menghabiskan waktu 1,5 jam karena macetnya. Hampir setiap keluarga menengah di sini, memiliki 1 unit mobil.

Karawang sudah bertransformasi dari kota lumbung padi menjadi kota Industri. Lima kawasan Industri dengan ratusan perusahaan di dalamnya telah melahirkan banyak warga berpendapatan menengah. Dan bagi sebagian warga yang berpendapatan menengah ini, mobil adalah kebutuhan untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari. Tapi bagi sebagian lainnya, mobil hanyalah untuk prestise. Karena mobilnya lebih sering di tutup sarung daripada buka sarung (digunakan). Pergi ke kantor, ke pasar, mengantar anak sekolah dan lainnya, selalu  menggunakan sepeda motor. Fungsi mobil? Hanya untuk dipanaskan setiap hari, heheee….

Meskipun di Karawang banyak karyawan dari berbagai perusahaan, tapi yang paling menonjol baik dari segi penghasilan maupun kesejahteraannya, tetaplah karyawan Toyota. Toyota adalah tempat kerja impian bagi para pencari kerja di Karawang dan calon suami idaman bagi sebagian warga Karawang serta jaminan mutu ketika mengajukan pinjaman ke bank. Heheee….


Perusahaan-perusahaan besar yang dimotori oleh orang-orang hebat, memang mampu membawa perubahan yang baik bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Semoga kita semua mampu melihat dan meneladani kebaikan dan kesuksesan yang terpampang di depan kita ini.

#tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Anugrah Pewarta 2016 Astra International dan berhasil memenangkan juara favorit 8.


0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.