Let's talk, Mom.....


"Ibuuu....makasih ya? Ibu emang da best dah. Sayaaang....ibu. muach...muach."
Berondong si gadis setelah mengucap salam di telepon, tadi malam.
Wot Hepen? Aya naon? Ado apo?
Dia mengungkapkan kegembiraannya atas dikabulkannya tuntutan saya oleh pihak sekolahnya. yang sebenarnya adalah merupakan tuntutan dari dia sendiri.
Dulu, ketika hendak mencari sekolah, tentulah mencari yg bisa mengakomodir bakat siswa. Bagiku, ini adalah hal penting selain nilai agama, akhlak dan akademis yg ditawarkan oleh sekolah itu. Dan jatuhlah pilihan kepada sekolah ini. Dan Alhamdulillah, diterima.
Setelah berlalu 1 tahun, ternyata harapan tak sesuai kenyataan. Sebagai seseorang yg suka menulis, dia merasa tidak memiliki ruang dan waktu untuk menulis. Jadwal yg padat dan ketat, tuntutan akademis dan agama yg tinggi, membuat dia kesulitan mencari celah buat menulis. Belum lagi pemakaian laptop yg hanya 3 jam/minggu di hari Minggu, dirasa amat sangat kurang. Ide di dapat, begitu hendak dituangkan, waktu keburu habis. Tunggu lagi Minggu depan. Baru tertuang sedikit, waktu habis. Tunggu lagi Minggu depan. Akhirnya layulah semangat itu.
Belum lagi ketiadaan internet. Dalam menulis, dia sangat butuh referensi ataupun data pendukung tulisan. Ketiadaan internet membuat tulisannya tidak selesai. Karena buku yg tersedia di perpustakaan tidak sebanyak informasi yg di sediakan situs pencari di internet. Dan semakin layulah semangat menulis. Dan ini menjadi beban buat dia.
Dulu internet sempat diijinkan di hari Minggu selama pemakaian laptop yg 3 jam itu. Tapi ketika ada siswi yg ketahuan chatting dengan cowok, maka dibannedlah internet itu.
Sekolahnya punya sistem proteksi yg cukup canggih. Setiap laptop yg dibawa ke sekolah disetting terhubung ke admin. Dan ketika laptop itu dipakai, secara random, monitor akan mensreenshoot tampilan dan dikirim ke admin. Sehingga apa saja yg dibuka siswi selalu terpantau sekolah.
Sebenarnya dari kelas 10 saya sudah berusaha membicarakannya dengan bunda asrama dan pj laptop tapi hasilnya kurang memuaskan. Mungkin cara saya berkomunikasi yang kurang pas atau mungkin karena mereka bukan decision maker. Kali ini saya mencoba lagi. Sayapun menghubungi Wakasek bidang kesiswaan, wali kelas, wali asrama dan pj ekskul jurnalistik. Saya mengajak mereka untuk bersama2 memikirkan solusi buat Muthi, dengan mempertimbangkan kondisinya sebagai penulis remaja yg sudah memiliki 4 buah buku.
Tadinya Muthi tidak mau saya ikut campur lagi mengingat 'kegagalan' mediasi di kelas 10. Dia khawatir 'ditandai' pihak sekolah. Tapi saya berpikir, ini bukan hanya untuk dia saja. Bayangkan kalau kelak beberapa penulis remaja masuk ke sini setelah dia. Tentu merekapun akan layu sebelum berkembang.
Beberapa permohonan saya ajukan kepada pihak sekolah.
1. Mohon diberi kesempatan mengikuti perlombaan untuk memperkaya pengalaman dan kemampuan.
2. Mohon diberi kesempatan memakai laptop 1 hari penuh di hari Minggu (8 jam) shg dia bisa menyelesaikan karyanya dengan tenang.
2. Meminta pembukaan internet untuk mencari referensi sebagai penunjang tulisan.
Ternyata, sambutan pihak sekolah atas permohonan saya kali ini sangat bagus. Pihak sekolah meminta maaf atas segala ketidaknyamanan yang Muthi rasakan. Akhirnya, setelah berdiskusi selama 1 minggu untuk mencari solusi tanpa menimbulkan kecemburuan siswi lain, sekolahpun memenuhi permintaan kami.
1. Dibentuk klub menulis.
2. Klub menulis diizinkan memakai laptop di hari Minggu dari pagi sampai menjelang adzan Dzuhur.
3. Klub menulis diizinkan memakai internet di hari Senin, Selasa, dan Rabu, setelah pulang sekolah untuk keperluan mencari referensi dan data penunjang tulisan.
4. Sekolah mendata beberapa perlombaan menulis dan memberi kesempatan siswi-siswinya untuk mengikuti.
Alhamdulillah...
Syukur sekali bukan? Ternyata solusi bisa dicari asal kita mau bicara, tentu dengan komunikasi yg pas.
Dan dari anakku aku tahu, ada teman sekelas dan sekamarnya yang hendak keluar dan mencari sekolah umum swasta karena merasa tidak diakomodir bakatnya. Si anak sangat pintar pelajaran exact. Dan bercita-cita kuliah di luar negeri. Dia ingin mendapatkan pengayaan di pelajaran yang ia minati. Tapi di sini dia tidak bisa mendapatkannya. Tidak ada les tambahan di luar jam sekolah dan tidak bisa ikut les tambahan di luar lingkungan asrama, serta tidak bisa mencari tambahan dari internet. Kalau dia bersekolah di sekolah umum, hal ini tentu dengan mudah ia dapatkan. Maka pilihannya adalah mundur dari sekolah ini.
Ooh.....Let's talk, mom. Bicarakan keinginan putrimu pada pihak sekolah. Mudah-mudahan dengan bersama-sama bisa dicarikan solusinya...
Saya jadi ingat ketika Muthi baru masuk kelas 10 tahun lalu. Sebagai siswa baru, tentu semuanya mengalami proses adaptasi. Ini masa terberat. Mereka membawa ego masing-masing. Sehingga keributan kecil sering terjadi di kamar. Suasana kamar sangat tidak sehat. Mungkin karena usia muda dan minim pengalaman, membuat wali asrama yang baru pertama kali jadi wali asrama lebih banyak berkata, "selesaikan masalah kalian sendiri. Kalian kan sudah dewasa", ketika siswi mengadukan permasalahannya.
Kondisi ini kalau dibiarkan, tentu tidak baik. Tidak mustahil beberapa anak akan mundur karena merasa sangat tidak nyaman. Dan ortupun kasihan dengan keluhan yang kadang disertai tangisan sang anak.
Akhirnya setelah 3 bulan menunggu tanpa ada perubahan, sayapun menghubungi kepala asrama. Saya meminta beliau dan wali asrama turun tangan membantu. Saya mencontohkan cara penyelesaian masalah di perusahaan.
"Jangankan siswa, karyawan saja yang sudah dewasa, ketika berselisih dengan karyawan, atau karyawan berselisih dengan perusahaan, ada serikat pekerja sebagai penengah. Tak selesai oleh serikat pekerja, ada Depnaker sebagai penengah. Tak selesai oleh Depnaker, maju ke pengadilan. Semua ada penengah. Ada pihak yg akan melihat persoalan secara jernih dan objektif. Apalagi mereka yg baru kelas 10. Yang rata-rata baru keluar dari rumahnya dan masuk ke dunia baru."
Sebagai tambahan informasi kepada kepala asrama saya memberi contoh penggunaan metode brain storming yg sering dilakukan oleh Sekolah Alam Karawang dalam menghadapi perselisihan anak-anak dalam jumlah banyak (lebih dari 3 org. Misalnya perselisihan sekelas).
Tak menunggu lama, sang kepala asrama langsung berkoordinasi dengan guru BK dan wali asrama. Mereka akan mencoba mengeksekusi metoda brain storming dalam menyelesaikan masalah.
Lima hari setelah saya berkomunikasi dengan kepala asrama, wali asrama masuk ke kamar Muthi, mengumpulkan semua siswa di kamar itu. Tapi karena belum berpengalaman, pelaksanaannya tidak menyeluruh. Dan akhirnya, dengan meminta ijin wali asrama, Muthi mengambil alih penyelesaian. Singkat cerita, mereka akhirnya mengeluarkan semua unek-uneknya, bertangis-tangisan, dan bermaaf-maafan sambil berpelukan.
Dan....akhirnya cairlah tembok keegoisan itu. Besoknya mereka pun ke sekolah dengan riang gembira. Saling sapa saling canda. Dan ketika harus pisah kamar karena sudah kelas 11, merekapun kembali bertangis-tangisan karena merasa sudah seperti saudara sendiri dan tak ingin berpisah.
Ketika kasus ini selesai, Muthi pun sangat bahagia dan memujiku 'ibu da best'. 
Yaa....semoga ibu tetap menjadi 'da best' bagimu. Karena ibumu cuma satu ini. Hehehe....😀😀😀
So, let's talk, mom...
Banyak persoalan yang bisa diselesaikan dengan bicara. Ada kalanya sang anak tidak berani menyampaikan keinginannya ke pihak sekolah atau pihak lainnya. Mereka perlu bantuan kita.
Dan pelajaran yg bisa saya ambil adalah:
1. Jadikanlah dirimu sebagai jembatan perantara ketika mereka ada masalah.
2. Jangan mendorong orang untuk menyelesaikan masalah anak kita tapi ajaklah mereka untuk bersama-sama menyelesaikan masalah anak kita. Kalau mendorong ada nada perintah di sana. Bagaimanapun juga sekolah atau pihak-pihak lain memiliki rasa ego. Tapi kalau mengajak berarti kita berjalan bersama-sama untuk mencari penyelesaian.
3. Sadari bahwa kita bukan decision maker. Kita harus sabar terhadap proses. Jadi jangan terlalu mendesak agar solusi harus segera ada.
#lovesmaitassyifaboardingschool
#lovesekolahalamkarawang
#loveayah yg sdh membantu merevisi tulisan ini sehingga yang dimaksud tersampaikan dengan jelas.
Love...love semuanya 😍😍😍😍😍
Semua hal dapat menjadi ilmu
Alam takambang jd guru.
Tunjukkan lebih banyak tanggapan

Powered by Blogger.