Yang pertama….selalu berkesan!


Islamic Book Fair selalu menjadi agenda tahunan kami semenjak Muthi SD sampai sekarang ia sudah kelas 10. Biasanya ke IBF selalu bersama ayah. Tapi pernah juga naik bus yang dikoordinir oleh mahasiswa sebuah universitas negeri di Karawang. Intinya, tinggal duduk manis, bobok cantik, sampai deh….di tujuan.

Tapi kali ini berbeda. Berhubung Muthi SMA di Pesantren dan pesantrennya ke IBF hari Kamis, 4 Mei 2017, maka kamipun menyesuaikan diri. Pergi ke IBF di hari Kamis dengan konsekuensi tanpa disertai ayah. Kebetulan, hari Kamis ini Sayyid libur sekolah karena kakak kelas 9 sedang UN. Sedangkan Alyssa meliburkan diri karena hari itu kegiatan kelasnya adalah cooking days. Jadi Alyssa belajarnya di luar yaitu pengalaman ke IBF.
So, hari ini untuk pertama kalinya kita ngebolang ke IBF.

Jam 6 pagi, kami sudah start dari rumah menuju Stasiun Kereta Api Karawang. Mobil di parkir di stasiun Karawang, supaya nanti pulang ke rumah gampang.


Dari awal, anak-anak sudah gembira karena akan mencoba bermacam-macam moda transportasi. Dari Karawang, kami naik kereta api lokal. Turun di stasiun Senen. Dari Senen kami naik Commuter Line menuju stasiun Cawang. Dan dari stasiun Cawang kami naik busway menuju gedung JCC, Senayan.

Transportasi publik yang disediakan oleh negara ini, benar-benar terjangkau oleh masyarakat umum. Untuk tiket kereta api lokal Karawang – Jakarta hanya Rp 5.000,- saja. Tiket elektronik Commuter Line hanya Rp 3.000 saja. Tapi ada uang jaminan kartu sebesar Rp 10.000,-. Jadi total yang harus dibayarkan adalah Rp 13.000,-. Uang jaminan ini akan dikembalikan ketika kita mengembalikan tiket Commuter Line di tempat tujuan. Uang jaminan ini berguna untuk ‘memaksa’ penumpang mengembalikan tiket elektroniknya. Tanpa uang jaminan ini, penumpang suka membawa pulang tiket elektroniknya sehingga menyebabkan perusahaan kereta api menderita kerugian. Tapi dengan adanya uang jaminan ini, apabila si penumpang tidak mengembalikan tiket elektroniknya, maka dengan uang jaminan inilah tiket elektronik baru dibuat. Tiket busway juga murah. Hanya Rp 3.500 untuk satu kali jalan atau beberapa kali perjalanan selama tidak keluar dari halte busway.

Meskipun sebenarnya naik kendaraan umum dan harus berganti-ganti pula, cukup melelahkan, tapi anak-anakku, Sayyid dan Alyssa, sungguh menikmati. Mereka menikmati tahap demi tahap perjalanan mereka. Apalagi ketika men-tapping tiket elektronik mereka ke gate otomatis di stasiun Commuter Line maupun di halte busway. Menunggu perubahan lampu merah menjadi lampu hijau dan kemudian mendorong palang besi gate otomatis, dengan gembira. Dan lucunya, tak seorangpun dari mereka yang mau mengembalikan tiket elektronik dengan uang jaminan Rp 10.000 itu. “Buat koleksi”, kata mereka. Hahaa…ya….wess lah.


Sesampai di IBF, langsung emosional melihat banyaknya buku-buku yang di jual dengan diskon yang menggiurkan. Serasa ingin dibeli semua. 

Berbeda dengan IBF di tahun-tahun sebelumnya yang selalu diselenggarakan di Istora Senayan, IBF tahun ini diselenggarakan di gedung JCC Senayan. Tempatnya lebih luas dan nyaman. Tapi tentu ada rasa ada harga. Kalau dulu masuk IBF gratis, dan sekarang tiket masuk berbayar Rp 5.000,-. Tidak mahal sih…. Tapi yang didapatkan pengunjung jauh lebih banyak. Misal, kalau dulu tempat sholat baik pria maupun  wanita sangat tidak representatif dan panas. Bagi pria di bawah tenda besar dan panas, sedangkan bagi wanita di mushalla kecil yang padat dan panasnya jangan ditanya. Kamar mandi maupun tempat wudhunya, hmm…. gitu deh. Sekarang ada mesjid besar buat pria dan wanita. Pria di lantai yang sama dengan area pameran, sedangkan wanita di lantai basement. Tempatnya bersih, luas, dingin dan nyaman. AC berdaya besar dipasang untuk kenyamanan jamaah. Kamar mandinya juga bersih dan tempat mengambil wudhunya juga banyak serta bersih. Sholatpun bisa tenang dan khusyu’. Selain itu ada banyak doorprice setiap harinya. Area kidzonenya juga luas, nyaman dan sejuk. Dan banyak kelebihan-kelebihan lainnya.














Jam 12.00, ketika kami hendak ke kamar mandi untuk wudhu, rombongan besar SMAIT Assyifa Boarding School, Subang, datang. Rombongan dengan jumlah 120 orang akhwat dengan baju seragamnya yang menawan, berbaris rapi di pintu masuk area IBF. Saya dan anak-anakpun langsung menyongsong keluar. Dan bertemulah dengan si buah hati dengan senyumnya yang ceria. Seceria mentari pagi. Haah…lebay 

Setelah berpelukan dan mengobrol mesra sebentar, kamipun berpisah. Dia dengan rombongannya masuk ke area IBF sedangkan kami lanjut untuk ishoma, istirahat, sholat, makan. Sebentar tapi cukup untuk melepas rindu.

Selepas ishoma kamipun melanjutkan petualangan. Setelah buku yang dibeli dirasa cukup, cukup menguras dompet maksudnya, kamipun lanjut ke area kidzone. Dan cukup terpana melihat luasnya area kidzone dan banyaknya permainan yang disuguhkan. Anak-anakpun serasa mendapat energi tambahan seperti mainan robot yang baru dicharge, ketika melihat area kidzone.



Begitu masuk ke area kidzone, Alhamdulillah….kami langsung disambut hangat oleh ‘penguasa’ area kidzone, Bli Nyoman Heru. Beliaulah pengelola area kidzone ini. Dan anak-anakpun diberi kesempatan memainkan truk excavator secara gratis. Wuuiih….anak-anak langsung kegirangan. Selesai main truk excavator di lanjutkan dengan permainan lainnya. Berbayar tentunya. Kalau gratis terus, nanti Bli Nyoman melotot. Hehee….piss, Bli.


Akhirnya semua keriangan ini harus diakhiri dan kitapun harus kembali ke rumah. Ternyata hari sudah menunjukkan pukul 4 sore. Daan… sudah tidak keburu mengejar kereta api sore ke Karawang jam 17.30. Akhirnya kami memutuskan kembali dengan menggunakan bus.



Dari area IBF kami kembali menaiki busway ke Cawang. Kemudian dilanjutkan dengan busway tujuan Bekasi dan turun di Jati Bening. Setelah sekian lama menunggu ternyata tidak ada satupun bus maupun mobil tujuan Karawang. Akhirnya kami menaiki bus jurusan Cirebon dan turun di Rest Area km 39 tol Cikampek. Dan si Ayah tercinta menjemput kami ke Rest Area km 39.

Ketika di wajah anak-anak terpetakan rasa lelah, tapi saat ku tanya apakah mereka lelah, dengan tegas mereka bilang tidak. Ya…mungkin sebenarnya badan mereka lelah, tapi perasaan mereka tidak. Inilah pertama kalinya mereka ngebolang ke IBF dengan naik kendaraan umum yang bermacam-macam jenis. Petualangan yang membuat mereka bergairah.

Dan di perjalanan ini juga saya melihat ke-gentleman-an Sayyid. Seorang anak laki-laki kelas 1 SMP yang bertinggi badan 134 cm dan berat badan 30 kg saja, langsung berdiri tanpa di suruh (di commuter line dan di busway menuju IBF) ketika melihat seorang ibu naik dan berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Sementara saya di dalam commuter line sempat menegur seorang pemuda yang duduk di kursi yang dikhususkan untuk wanita dan lansia, saat ia pura-pura tidak tau ketika seorang wanita paruh baya berdiri di sebelahnya. So proud of you, son.

Tapi lucunya, ketika di dalam busway, si ibu yang ditawari duduk oleh Sayyid, menolak duduk ketika melihat yang menawarinya adalah seorang anak laki-laki berbadan mungil. Penumpang bis ikut tertawa. Hehee….

Dan bahagianya, Sayyid dan Alyssa, sangat akur selama perjalanan. Saling peduli, saling bantu dan saling meringankan beban. Meskipun di rumah sering ribut.

Dan leganya, ketika si ayah menjemput kami ke Rest Area km 39. Ketika kami sudah duduk nikmat di mobil, saya merasa petualangan hari ini sudah berakhir. Sampai di rumah bisa langsung bobo cantik. Ternyata, si Ayah tidak berbelok ke gerbang perumahan. Lhooo….mau kemana Ayah? 


Oalaahh…ternyata badan yang pegal dan mata yang mengantuk harus diregang melanjutkan petualangan yang tersisa…. menjemput mobil yang ditinggal di stasiun tadi pagi. Dan waktu sudah menunjukkan pukul 20.24 WIB.
Powered by Blogger.