Sekolah Alam memang menawarkan suatu program pembelajaran
yang berbeda dari sekolah pada umumnya. Di saat sekolah umum belajar di kelas
dengan duduk rapi dan manis, berpakaian bersih, halaman sekolah bersih karena
di beton, anak-anak Sekolah Alam malah bebas berada di luar kelas, kadang
berkotor-kotor dan halaman sekolah yang sebagian tertutup rumput dan sebagian
besar tanah biasa yang akan becek ketika hujan tiba.
Bagi yang tidak mengenal Sekolah Alam tentu akan heran dengan
gaya Sekolah Alam ini. Mereka tidak mengenal gedung masif, yang bertembok rapat
dan ber AC, tidak mengenal meja kursi khas anak sekolahan, tidak berseragam
merah putih atau biru putih, tidak bersepatu pantofel atau olah raga setiap
hari ke sekolah, tidak mengenal PR yang seabrek dan lain-lain.
Kalau dilihat secara sepintas, ini sekolah atau bukan sih?
Ada pelajaran gardening dan outbond yang membuat mereka kotor. Mereka belajar
di kelas yang berupa ruang terbuka dengan duduk lesehan dan meja kecil atau
bahkan menggelosor di lantai. Dan tak jarang mereka belajar di halaman sekolah,
di kebon orang, menjelajahi sungai kecil untuk mengeksplor biota di
sekelilingnya atau ke pasar dan lain-lain.
Mereka tidak terkungkung oleh aturan ‘mendengar dan mengerjakan tugas’.
Lahan pembelajaran mereka luas, seluas alam semesta raya. Mereka belajar lebih
banyak dengan metoda ‘melakukan’ dari pada melihat atau mendengar saja. Mereka
berpakaian bebas tapi Islami. Warna warni baju mereka setiap hari. Pakaian
seragam yang mereka miliki hanya seragam sekolah batik hijau (untuk Sekolah
Alam Karawang) dan baju outbond. Sepatu mereka sehari-hari adalah sandal
gunung.
Bebas? Iya! Tapi tentu dalam koridor pembelajaran yang sudah
menjadi core value sekolah Alam. Alhamdulillah...mereka tumbuh ceria, berani dan
kreatif dengan pemikiran-pemikiran yang kadang out of the box dibandingkan
dengan anak-anak seusianya.
Kurikulum Sekolah Alam ini, banyak yang ‘nyeleneh’, yang
sering sekali tidak dimiliki oleh sekolah manapun di Indonesia. Salah satunya
adalah program magang dalam rangka ‘Learn to Maestro’ untuk siswa SMP. Yaa…Belajar
tidak selalu harus duduk manis di kelas dan mendengarkan guru serta latihan
soal. Ada banyak cara mendapatkan ilmu Allah yg sangat banyak bertebaran di
muka bumi ini. Salah satunya adalah belajar kepada ahlinya (learn to maestro) melalui
magang ini
Setiap tingkatan memiliki program magang yang berbeda. Untuk
kelas 7 mereka akan magang Bio Eco Tech di suatu pertanian terpadu. Di kelas 8 semester 1 ada
magang retail di beberapa supermarket. Dan di semester 2 ada magang
minat dan bakat yaitu magang di tempat yang sesuai dengan minat dan bakat
mereka serta membuat proyek yang sesuai dengan bakat dan minat mereka tersebut.
Kenapa sih, siswa SMP Sekolah Alam harus magang?
Konsep dasarnya adalah meneladani
Rasulullah yang telah magang berdagang dengan ahlinya (pamannya) ke negeri Syam
(Suriah) ketika berumur 12 tahun. Beliau sudah melakukan setidaknya 80 ekspedisi
dagang ke luar negeri dan memiliki Business sendiri sejak usia 15-16 tahun.
Menurut Harry Santosa (praktisi
pendidikan, mendidik sesuai fitrah), pemagangan bersama maestro atau ahli adalah
model pendidikan terbaik untuk anak anak menjelang AqilBaligh antara usia 10-14
tahun, agar mereka ditempa kemandirian dan kemampuan mengemban kehidupan ketika
berusia AqilBaligh yaitu pada usia 15 tahun.
Dalam pemagangan
bukan hanya sekedar mendapatkan Skill & Knowledge atau Ilmu semata tetapi
juga pendampingan spiritual dan pemberian hikmah serta Adab secara langsung
dari para Maestro. Para Maestro ini menjadi Mentor Kehidupan yang memberi banyak
hikmah sekaligus menjadi sosok Orangtua yang menyayangi. Inilah yang disebut
mendapatkan adab para ulama sebelum ilmunya.
Pemagangan
(Apprentice) inilah yang ditradisikan oleh Peradaban Islam selama ratusan
tahun. Anak yang berminat atau berbakat pada bidang tertentu langsung Magang
kepada Ahlinya. Maka tidak aneh jika peradaban Islam sampai abad ke 19 ditaburi
para pemuda yang sudah punya peran peradaban ketika masih berusia belasan
tahun.
Misalnya jika
berbakat pada Ilmu Tafsir, langsung Magang dengan Ahli Tafsir. Jika berbakat
pada Kedokteran atau Sains langsung Magang kepada Pakarnya. Begitu pula bidang
perdagangan, bidang Arsitektur dan Teknik dan bidang-bidang lainnya.
Para Ulama
Minangkabau ternyata juga mentradisikan Model Pemagangan ini dengan model
Merantau. Anak-anak menjelang AqilBaligh, usia 11-15 tahun sudah keluar
kampungnya untuk merantau setelah ditempa ilmu dasar agama, silat dan berkebun
atau berdagang di Surau sejak usia 7 tahun.
Sisa-sisa tradisi
Merantau masih terlihat hari ini dari banyaknya Restoran Padang hampir di
seluruh penjuru Nusantara. Lihatlah, tidak pernah ada Sekolah Tinggi Restoran
Padang, namun hampir setiap pekan barangkali lahir restoran Padang baru di
setiap tempat.
Jarang yang tahu
bahwa ada jenjang jenjang Pemagangan di Restoran Padang, sejak jenjang yang
terendah yaitu mencuci gelas dan piring, lalu menyajikan minum dan kobokan,
menata makanan di etalase, menyajikan makanan dengan piring bertumpuk indah di
tangan sampai lengan dan bahu, sampai kepada jenjang Ahli Memasak dan Belanja
atau mengatur keuangan.
Model Pemagangan
di dunia modern hari ini dianggap sebagai model terbaik yang dijalankan banyak
perusahaan perusahaan Konsultan besar seperti McKinsey, AT Kearney dsbnya,
termasuk perusahaan IT raksasa seperti Apple, Google, Microsoft dstnya.
Kehebatan tidak bisa diajarkan saja tetapi ditularkan.
Bayangkanlah,
jika model pemagangan seperti ini dijalankan dengan manajemen yang rapih,
melibatkan seluruh pakar di dunia, maka anak anak Muslim usia pre AqilBaligh
10-14 tahun, akan mendapatkan mentor kehidupan terbaik yang mumpuni. Mereka
akan mandiri, beradab dan bersinar dengan karya-karyanya menebar rahmat dan
manfaat ketika mereka berusia 15-16 tahun.
Luar biasa bukan,
manfaat dari magang?

Berikut ini adalah contoh kegiatan magang anak saya, Sayyid
Al Hakim kelas 7 Sekolah Alam Karawang tentang Bio Eco Tech di pertanian
Terpadu Wiratani, di Desa Tegal Sawah, Karawang.
Pertanian Terpadu Wiratani didirikan oleh seorang lulusan SD yang
bernama Pak Haji Osim, putra asli Karawang. Walaupun hanya lulusan SD tapi ia
mampu membangun sebuah pertanian terpadu dg luas hampir 11 hektar yg menjadi
rujukan dan pelatihan tentang agrobisnis dan agroeduwisata di Jawa Barat serta
mempekerjakan para sarjana. Seorang lulusan SD yg rendah hati, humoris, berwawasan
luas dan rajin mengadakan studi banding dalam rangka menambah ilmu.
Di Pertanian terpadu
Wiratani ini, selama 2 minggu mereka belajar tentang:
- pertanian organik
- manajemen peternakan
umum
- budidaya padi
- budidaya tanaman
sayur
- budidaya sapi
- budidaya domba
- budidaya kelinci
- budidaya ayam dan
itik
- budidaya ikan
- kesehatan ternak
- pembuatan pupuk
organik cair & padat
Juga mendapat
ketrampilan:
- membuat pupuk
organik padat dan cair
- menanam sayur dan
buah
- menyiram sayuran
- menanam padi
- memelihara ternak
sapi
- memelihara ternak
domba
- memelihara ternak
kelinci
- memelihara ternak
ayam dan itik
-
merangkai mimpi
Serta mendapatkan materi sikap kehidupan yg akan diberikan
sekaligus praktek di lapangan berupa leadership, kedisiplinan, kerja sama, dan
saling menghargai.
Dan selama dua minggu digojlok di sini, mereka total jadi petani.
Mulai dari membersihkan kotoran ternak, memberi makan ternak, membuat pupuk,
membuat biogas, menanam bibit, memelihara tanaman, panen, membuat susu kental
manis, membuat permen susu dan lain-lain serta ilmu bisnis pertanian dan ternak
(sesuai level SMP) sampai materi merajut mimpi masa depan, mereka dapatkan di
sini.
Capek tapi makannya pada banyak lho.... Di hari ke 11 ketika
dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter, ada yg gembira dan ada yg shock
karena berat badannya nambah semua. Hehee... Kalau yg lain nambah berat badan
antara 2-8 kg, Sayyid hanya 0.5 kg saja. Alhamdulillaah....itu saja sudah luar
biasa untuk si bujangku yang punya kebocoran di jantungnya ini
Apalagi penanaman pemahaman kepada anak-anak tentang pentingnya
pertanian dan makin susutnya lahan pertanian serta betapa susahnya untuk
menghadirkan sepiring nasi dan sayur yang terhidang di meja makan, benar-benar
membawa perubahan kepada anak-anak. Tiap kali makan, tidak ada nasi atau lauk pauk
dan sayuran yg bersisa di piring anak-anak! Dan ini terbawa sampai ke rumah. Padahal
dulu kalau di rumah, saya harus mengomel dulu supaya piring makan si nak bujang
tandas tak bersisa sebutir nasipun.
Meskipun tak mudah, ada konflik antar teman, capek, rindu orang
tua, snack yang sering kurang sehingga perlu supply dari rumah dan lain-lain,
tetap, magang memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak akan mereka dapatkan
kalau hanya membaca buku dan mendengarkan guru di kelas.
Dengan magang, di samping mendapatkan ilmu dan pengalaman, mereka
juga mendapatkan motivasi dan teladan dari seorang Haji Osim yang meskipun
hanya lulusan SD tapi dengan kerja keras ia berhasil mengembangkan bakat dan
minatnya di bidang pertanian hingga sukses, dan bahkan mampu memperkerjakan para
sarjana.
Apakah pembelajaran magang selesai ketika mereka pulang ke rumah?
Tidak. Setelah magang selesai, mereka harus membuat laporan magang, membuat
file presentasi dengan power point dan mempresentasikannya di hadapan orang tua
dan guru di suatu hari khusus dengan mengundang semua orang tua siswa.
Presentasi ini untuk melihat, sejauh mana serapan dan penguasaan
ilmu yg mereka peroleh selama magang. Sekaligus mereka belajar berani tampil
dan berbicara di depan umum. Masya Allah, banyak hal yg mereka pelajari dalam
satu pembelajaran.
Lain halnya dengan siswa kelas 9. Setelah melalui beberapa kali
magang di tempat yang berbeda dengan ilmu yang berbeda pula, biasanya mereka
sudah mengetahui kemana minat dan bakat mereka. Dan di kelas 9 ini mereka
dipersilahkan memilih sendiri tempat magang yang sesuai dengan minat dan
bakatnya masing-masing. Dan setelah pulang dari magang, mereka diharuskan
membuat sebuah karya sebagai pencapaian dari magang yang mereka lakukan.
Sebagai contoh adalah magang anakku yang tertua, Annisa Muthia.
Dia menyukai dunia buku dan tulis menulis. Sehingga dengan mantap dia memilih
magang di penerbit Mizan Bandung. Alhamdulillah mereka menerimanya dengan senang
hati. Ini adalah pertama kalinya ada anak SMP yang magang di perusahaan mereka.
Programpun mereka susun sehingga Muthi mendapatkan ilmu tentang seluk beluk
penerbitan, mulai dari penerimaan naskah, seleksi naskah, editing, membuat lay
out buku, ilustrasi buku, percetakan, promosi sampai pemasaran. Dan sepulang
dari magang, Muthi diharuskan membuat karya. Dan lahirlah 4 cerpen, yang
Alhamdulillah, ketika dikirimkan ke Penerbit Mizan Bandung, keempat-empatnya lolos
seleksi dan akan diterbitkan Mizan, dalam 4 buah buku komik fantasteen. Dan
yang pertama terbit adalah di bulan November ini yang berjudul ‘Horror Writer.
Insya Allah
Alhamdulillaah….atas segala pencapaian ini.
Kalau ingat dulu, bagaimana Sekolah Alam
Karawang pertama kali merilis program magang ini di Karawang, wuiihh….jangankan
perusahaan-perusahaan di Karawang, orang tua pun menolak. "Anak SMP magang? Bukannya mereka
seharusnya belajar, bukan bekerja? Wah...melanggar HAM ini."
Akhirnya, saya, sebagai
wakil orang tua, ikut mendampingi Kepsek (Bu Tini) dan Guru (Bu Hasri Ainun) Sekolah
Alam Karawang, menghadap Komisi Perlindungan Anak di Jakarta untuk menjelaskan
manfaat magang bagi siswa SMP serta untuk mendapatkan surat izin magang dari
Komisi Perlindungan Anak. Dan dengan adanya surat izin ini, maka berarti
kegiatan ini legal dan bermanfaat.
Dan… muluslah jalan
siswa-siswa SMP Sekolah Alam Karawang untuk magang ke berbagai perusahaan.
0 comments:
Post a Comment