Bukan karena usaha sendiri


Hari ini pembagian nilai UN kelas 9 SmpAlam Karawang.
Sebenarnya sudah lama saya tak terlalu mementingkan nilai akademis. Karena ada banyak potensi anak yang harus kita kembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang diberikan oleh Allah Ta'ala kepadanya. Ada banyak jalan sukses selain nilai akademik yang bagus.
Tapi ketika mendapati kenyataan bahwa nilai UN si bujang tertinggi dari seluruh temannya, tak urung, hati berbunga juga. Apalagi ingat ketika lulus SD ia juga peraih nilai UN tertinggi. 😊
Alhamdulillah wa syukurilah atas karuniaNya.
Ada satu hal yang selalu saya camkan kepada anak-anak, bahwa ketika ia sukses itu bukan berarti bahwa ia yang terhebat, ia yang terpintar.
Tapi ada banyak faktor yang membuat ia berhasil. Selain usahanya, ada do'a orang tua, ada do'a saudara-saufaranya, ada do'a nenek kakeknya, ada do'a guru-gurunya. Intinya ada do'a dari orang-orang yang mencintainya. Juga mungkin itu balasan dari kebaikan yang ia sebar kepada orang lain, atau balasan atas kesabaran ketika mengalami peristiwa-peristiwa yang kurang menyenangkan. Ada banyak faktor sehingga Allah ridho kepadanya.
Sehingga ketika berhasil, tak perlu jumawa. Dan ketika belum berhasil, mari bersama-sama berjuang kembali.
Ada satu hal yang lucu, ketika ia kukabari tentang nilai UNnya. ia langsung bilang alhamdulillah sembari berkata, 
"Berarti bener nih, apa yang Sayyid lihat di you tube"

"Apaan tuh?"
"Cukup mengeluarkan effort 20%, 80% nya pasrah kepada Allah"
Owh... Ternyata dia selama ini memang merasa hanya mengeluarkan effort buat belajar hanya 20%.
Tidaaaak....... 😂😂
Emakpun langsung merepetkan nasihatnya.
"Besok klu sdh SMA, harus 80% effort, 20% pasrah pada Allah". 😬😬😬

Jalan masih panjang, nak. 
Yuk, singsingkan lengan, berjuang lebih gigih dan bersemangat. Reguk nikmatnya ilmu. Demi menggapai ridhoNya.

Btw, si uni Annisa Muthia, yang juga lulusan sini 3 tahun yang lalu, qadarullah, juga peraih nilai UN tertinggi. Selisih nilai rata-rata mereka hanya 2.5 point. Lebih tinggi si uni. Dan sampai Sayyid yang merupakan angkatan ke 9, nilai UN si Uni belum terpecahkan. Kayaknya si uni kelak mau ngasih hadiah buat yang berhasil mengalahkan nilai UNnya 😁
Special thanks: buat seluruh guru Sekolah Alam Karawang yg sdh membimbing Sayyid dg sabar. Sabar menghadapi si cerewet ini. 😁😁

Mudik Memang Selalu Membawa Kegembiraan


Setelah selesai mudik ke Bandung ke tempat mertua dan sholat Ied di sana, kami lanjutkan perjalanan mudik ke Padang ke tempat orang tua tercinta.
Sebenarnya, dulu pola mudik kami adalah bergantian setiap tahun. Kalau tahun ini ke Bandung, maka tahun depan ke Padang, tahun berikutnya ke Bandung, tahun selanjutnya ke Padang. Begitu terus berulang.
Dengan begitu, orang tua-oranf tua kami mendapat giliran dan hak yang sama atas kami. Tak ada yang berkecil hati.
Bahkan pola mudik kami sering dijadikan contoh oleh orang tua kami kepada saudara lain.
Tapi ketika tahun 2016, ibuku yang saat itu sudah berumur 75 tahun sudah mulai sakit kaki. Tak mungkin baginya mengunjungi kami ke Karawang. Sehingga pola mudik kami ubah. Setiap tahun dikunjungi keduanya.
Kalau tahun ini jatah lebaran di Bandung, maka kami sholat Ied di Bandung dan setelah dari Bandung baru ke Padang. Kalau jatah lebaran di Padang, maka sholat Ied di Padang. Dan sepulang dari Padang kami baru ke Bandung.
Semoga sedikit lelah ini, menjadi pahala bagi kami karen berusaha menyenangkan mereka. Aamiin ya rabbal 'alamiin.
Btw, kepulangan kami ke Padang kali ini menggunakan moda transportasi udara. Tiket yang sudah kami pesan dari bulan Januari, menghindarkan kami dari harga gila-gilaan seperti yang terjadi kemaren.
Kami selalu memesan jauh-jauh hari dan biasanya kami selalu mendapatkan harga yang murah. Bahkan pernah mendapatkan harga 'gila' karena membeli jauh-jauh hari seperti ini. Yaitu Garuda hanya 400 ribu!
Tadi malam, setelah mendarat di BIM (Bandara Internasional Minangkabau), ketika penumpang lain pada turun, Sayyid mencolek saya, 
"Bu, sayyid mau foto dengan pilot di cockpit dong".

Saya ternganga.
"Sayyid sudah kelas 1 SMA sekarang. Masih mau foto dengan pilot? "
"Sudah tradisi", katanya nyengir.
Kebiasaan foto dengan pilot di cockpit pesawat adalah kebiasaan yang sudah berlangsung sejak dia umur 4 tahun. Biasanya kami meminta ijin via pramugari ketika pesawat masih di udara. Tapi tadi malam, sy pikir karena ia sudah mulai dewasa ia tak ingin lagi berfoto bersama pilot di cockpit pesawat, sehingga sepanjang penerbangan dia tak mencolek saya. Ternyataa... 😁😁


Bermacam-macam foto di cockpit pesawat dari berbagai tipe pesawat dan berbagai maskapai, sudah ia koleksi. Juga dengan pilot yang berbeda-beda. Ada yang pilot orang Indonesia. Ada juga pilot bule. Kadang pilotnya mau menerima kami di cockpit ketika pesawat mengudara. Tapi seringnya mereka menerima kami ketika pesawat sudah landing.
Kadang anak-anak berfoto, berdiri saja di belakang kursi pilot. Kadang pilotnya segera berdiri dan mempersilahkan mereka duduk di tempat kemudi. Kadang dapat pilot pendiam kadang dapat pilot yang riang dan suka bercanda. Percakapan kadang standar saja. Kadang percakapan cukup panjang dan penuh canda tawa. Bermacam pengalaman si bujang 😄
Mungkin kebiasaan ini akan berakhir kalau ia sendiri yang duduk di cockpit itu membawa si burung besi mengudara. Aamiin.. 😍😍
***
Abaikan si gadis manis. Ia hanya ikut-ikutanan udanya 😂😂😂

Liburan tipis-tipis...



Satu hal yang menyenangkan jalan-jalan di Sumbar ini selain pemandangannya yang indah dan makanannya yang lezat adalah jalannya yang lebar dan mulus. Kemana pun saya pergi di Sumbar ini, ke area pegunungan maupun menurun ke lembah, ke pantai, rata-rata jalannya sangat mulus dan lebar. Sehingga sangat nyaman untuk jalan-jalan.
Liburan lebaran kali ini, kami memang berniat tidak akan melakukan petualangan ke tempat wisata yang agak memacu adrenalin seperti biasanya. Mengingat waktu libur yang pendek, hanya 8 hari, juga si gadis yang akan berkuliah di sini, maka kami akan memperbanyak silaturahim dengan keluarga besar untuk menitipkannya kepada mereka. Tolong lihat dan bantu jaga anak gadis kami.🙏🙏
Sedangkan liburannya ya..yang tipis-tipis saja. Alias yg dekat-dekat atau sambil lewat saja.
Seperti kali ini, setelah bersilaturahim ke rumah sanak saudara di Lubuk Alung dan sekitarnya, kami lanjut ke Bukittinggi untuk bersilaturahim dengan keluarga Tante Fitrina Eka Rahmi di Koto Tuo yg indah. Karena jalan raya Padang Bukittinggi macet parah, kami mengambil jalan alternatif ke Malalak, Koto Agam. Di sini jalurnya lumayan sepi dan lancar.
Dari Sicincin, kami belok ke arah Koto Mampang. Dari sini kami akan melakukan pendakian panjang berkelok2 sampai ke Koto Tuo. Jalan sangat mulus. Udara sejuk serta pemandangan yang memanjakan mata. Dijamin tidak akan bosan
Di sini ada satu spot yang sangat cantik untuk berfoto. Di area ini kita bisa melihat pemandangan ke sebuah desa di bawah lembah. Desa yg dikelilingi perbukitan dan kadang digelayuti awan tebal. Benar-benar eksotis. Tapi kami berencana tak akan mampir di sana, karena dulu sudah pernah.
Yang kami lakukan sekarang adalah mencicipi kuliner di sepanjang jalan Malalak sampai Padang Lua.
Yang pertama, kami mampir berhenti makan durian di Malalak Selatan. Yeeayy... Durian kampung yg sangat legit. Berdaging kuning dan berbiji kecil. Dengan uang 100 ribu kami mendapat 5 buah durian. Durian kami makan di tempat. Dan tandas dalam sekejap. 😋😋😋

Perhentian berikutnya adalah kedai nasi 'Putuih Sambuang'. Tempatnya di pinggir jalan di tepi tebing. Pemandangan ke bawah sangat menggoda. Hamparan sawah berjenjang memanjakan mata. Ditingkahi udara dingin membelai, benar-benar membuat mata ini jadi berat. Untunglah yang akan kami nikmati di sini adalah segelas kopi fenomenal. Kopi 'tungkuik'.
Kopi ini disajikan dalam gelas yang tertelungkup di atas piring. Bagaimana caranya agar air kopi itu keluar dan bisa dinikmati? Ternyata caranya amat mudah. Letakkan sedotan di bibir gelas kemudian tiup. Tak perlu meniup sekuat tenaga sampai gelasnya terpelanting, Cukup dengan tiupan ringan saja. Seketika air kopi keluar dr gelas menggenangi piring kecil. Baru diminum pake sedotan. Anak-anak sangat excited dengan cara minum kopi seperti ini. Mereka berhasil menghabiskan kopi susu mereka masing-masing. Woow...

Kopi yang disajikan adalah kopi Aceh. Dan cara penyajian dengan gelas ditelungkupkan ini, juga asli cara Aceh. Disajikan di udara dingin dengan pemandangan yang indah, terasa nikmat yang berlipat-lipat.
Bagi yang berkesempatan lewat di Malalak ini, hidangan kopi tungkuik ini sebaiknya jangan dilewatkan. Kedai in juga menjual nasi dengan aneka rupa lauk pauknya. Kedai putuih basambuang ini tak pernah sepi dari pelanggan.
Setelah melewati daerah Malalak, kami sampai di Koto Balingka. Di sini ada satu kuliner yang sangat terkenal yaitu gulai pensi. Pensi ini sejenis kerang kecil, hewan endemik Danau Singkarak.

Masya Allah, masakannya sangat enak. Bumbunya pas mantap. Harganya pun murah. Hanya 5.000/porsi. Pensi yang di jual di sini selalu laris manis. Kami hanya kebagian 2 porsi saja.
Perjalanan kami lanjutkan sampai ke Padang Lua. Di sini ada kuliner yang sangat terkenal dan beberapa kali pernah diliput tv nasional serta menjadi langganan presiden SBY. Setiap beliau ke Bukittinggi, tak lupa beliau mampir ke sini. Namanya Nasi Kapau Ni Cah.
Nasi Kapau Ni Cah ini memang terkenal lezat. Harganya? Lumayan. 1 nasi bungkus berharga 40.000. Satu potong lauk saja seharga 30.000. Ada rasa ada harga.
Tp 1 nasi bungkusnya cukup untuk di makan 2-3 org krn porsinya yg besar. Oh ya, ciri khas lauknya adalah gulai tanbungsu. Alias gulai usus yg sdh diisi telur.

Di sini, makanan kami bungkus saja. Karena sdh kesorean, gulai sayur kapaunya yang terkenal itu sudah habis.
Dari Padang Lua, kami terus ke Ngarai Sianok. Ngarai Sianok ini merupakan salah satu destinasi indah di Bukittinggi. Ngarai Sianok ini sesungguhnya adalah jurang dengan kedalaman 100 m, lebar 200 m dan panjang 15 km. Yang membentang dari selatan nagari koto Gadang sampai ke utara nagari Sianok Anam Suku.
Biasanya kami menikmati pemandangn jurang yang indah ini dari atas. Tapi kali ini kami akan turun ke dasar jurang. Sampai ke sungai kecil yang terdapat di dasarnya.

Pemda setempat sudah menyediakan area duduk-duduk dengan lahan parkir yang cukup luas. Berwisata di sini gratis. Hanya perlu membayar uang parkir 3000 saja.
Amboii... Asyik nian makan di dasar jurang Ngarai Sianok dengan pemandangn tebing-tebing indah, udara sejuk sambil melihat anak-anak main di sungainya.
Ternyata pemandngn yang indah, udara yang sejuk, sanggup membuat Sayyid menghabiskn sendiri nasi bungkus porsi besar Nasi Kapau Ni Cah. Rekor. Agiah taruiiih...😂😂
Dari sini kami lanjut ke Jam Gadang. Menikmati suasana Jam Gadang di Malam hari. Dan perjalanan pun berakhir di rumah tante Pit di Koto Tuo. Liburan tipis-tipis yang menyenangkan. 


Padang, 13 Juni 2019

Ibuku




Ibuku bukanlah orang yang berpendidikan tinggi. Pendidikannya hanya tamat SD. Terhenti karena perang juga karena ketiadaan biaya. Tapi ibuku memiliki semangat belajar yang tinggi.
Selama masa menanti momongan sampai 8 tahun selepas menikah, ibuku tak membiarkan waktunya kosong. Beliau kursus menjahit. Juga belajar aneka masakan.
Dalam keterbatasan ekonomi, beliau dan ayah kami selalu menomorsatukan pendidikan buat anak-anaknya. Apapun biaya yang dibutuhkan untuk pendidikan kami, mereka usahakan dengan jari yang sepuluh alias titik keringat mereka sendiri.
Sekarang semua anaknya sudah selesai sekolah dan sudah mandiri dengan keluarga masing-masing. Waktu yang seharusnya ia pakai buat bersantai menikmati masa tua yang nyaman.
Tapi di siang hari yangg panas ini, saya melirik ke teras. Saya pikir ibu bersantai di teras sambil menikmati tiupan semilir angin dr pohon-pohon rindang di halaman.
Ternyata, masya Allah... 
Ibu sedang mengerjakan PR bahasa Arab dari guru bahasa Arabnya.

Ya, ibu yang sekarang sudah berumur 78 tahun tetap bersemangat mencari ilmu. Sudah 2 tahun ini ibu giat belajar bahasa Arab. Tiga kali seminggu. Beliau belajar bahasa Arab di dua tempat yg berbeda. 2x di Majid Ukhuwwah Padang dan 1x di masjid Muhsinin Padang.
Dulu sempat terpikir, ini mungkin ghirah sesaat. Tapi setelah 2 tahun, ibu malah semakin semangat. Tak jarang, kalau menelpon saya di Karawang, beliau menceritakan kemajuan pelajaran bahasa Arabnya.
Sementara pengajiannya 4x seminggu. 2x sehabis Isya di masjid Ukhuwah. 1x di pagi hari di masjid di daerah Purus Padang, yang diadakan oleh yayasan pensiunan BNI. Dan 1x sehabis subuh di masjid Muhsinin.
Hari-harinya banyak dipakai untuk menuntut ilmu. Bagaimana mungkin saya akan mencerabut beliau dari aktifitasnya dan komunitasnya di padang serta membawanya ke Karawang? Walau hati sangat ingin membawanya ke sini dan menemani hari-hari tuanya. 😢
Dan... melihat ghirah ibu menuntut ilmu, timbul rasa haru dan iri. Saya yg masih muda, insya Allah daya ingat yang lebih bagus, ghirah tak setinggi ini. Apa yang salah dengan saya?? Saya perlu berbenah lebih banyak lagi. 😊 💪
Semoga semangat ibu dalam mencari ilmu, menjadi pemberat timbangan pahala beliau di yaumul akhir. Aamiin. Sehat terus ya bu... 😍😍
Pict. 
Foto diambil secara candid dr balik jendela kaca.


Padang, 14 Juni 2019

Turnament Panahan Piala Panglima, Jakarta 2019


Selasa kemarin 18 juni 2019, Alyssa mengikuti turnamen memanah Piala Panglima yang diadakan oleh TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta.
Ini adalah lomba pertamanya dalam kategori standar nasional SMP 20 m. Waktu SD kemarin hanya 10m.
Pelatih tak mengharapkan ia juara di lomba jarak 20 m yang pertama kali ia ikuti ini, secara latihan hanya sekali, itupun hanya selama 1,5 jam. Karena kelamaan libur lebaran. Pertandingn ini hanya ekshibisi bagi Alyssa. Untuk menambah jam terbang. Melihat kekuatan lawan juga untuk melatih keberanian dan rasa percaya diri.  
Awal datang, Alyssa sudah mengeluh. 
"Mereka hebat-hebat bu. Icha deg-degan".

Bertanding di Jakarta, melawan anak-anak Jakarta, memang ada rasa terintimidasi tersendiri bagi anak-anak. Imagenya anak-anak Jakarta tangguh-tangguh. Padahal belum tentu. 😁
"ini pertandingan pertama Alyssa di 20m. Alyssa bikin skor untuk Alyssa sendiri. Nggak usah lihat lawan di kanan dan kiri. Mau mereka menembak tepat sasaran kuning atau arrownya terbang ke sana kemari, nggak usah dipikirin. Bikin skor alyssa sendiri, dan skor itu patokan alyssa untuk ditingkatkan nanti."
Alhamdulillah dia paham. Dia fokus dg skornya sendiri. Hasilnya alhamdulillah. Ia memperoleh skor 267. Padahal sewaktu latihan tak lebih dr 220.
Turnamen memanah Piala Panglima ini, sy pikir akan berlangsung biasa saja seperti turnamen lainnya. Tenyata TNI melaksanakannya dengan serius. Terbukti dengan kehadiran Panglima TNI Hadi Tjahjanto untuk membuka acara. Upacara bendera lengkap dengan marching bandnya, juga pelepasan balon serta tembakan pertama oleh pak Panglima.


Semoga makin banyak instansi atau lembaga pemerintah yg makin peduli dg pengembangan panahan di Indonesia.
Dan kalau bisa pajak alat panahan dimurahkan atau di nol kan. Sehingga alat-alat panahan menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat umum. Please....😁🙏🙏🙏
Clue... Panahan sayyid lebih mahal dr harga motor matic. 😊😊

Kasih sayang penguat jiwa


Mumpung dua orang anak kami lagi di asuh gurunya, uppss....maksudnya lagi bersama gurunya, (si bujang lagi backpacker bersama teman-teman sekelas dan gurunya ke Bangka Belitung selama 7 hari dan Alyssa sedang jalan-jalan penutupan lesnya ke Sasak Panyawangan, Purwakarta) serta si Uni lagi mager nggak mau kemana-mana, maka saya dan si ayah ke Jakarta berdua saja.
Tujuan kami menengok saudara yang lagi sakit.
Yg pertama adalah kakak kandungku yang lagi di rawat di RSCM karena trombositnya turun terus meskipun sudah beberapa kali transfusi darah.
Sekarang dalam penanganan dokter ahli penyakit dalam sub spesialis darah. Semoga segera ketahuan penyebabnya dan penanganannya. Mudahkan ya Allah...
Yang kedua adalah tetanggaku di Jl. Banowati. Kami memanggil beliau neli (nenek lincah) krn beliau memang lincah di usianya yang tidak muda lagi. Selalu ceria dan selalu bersemangat.
Beliau sekarang menderita kanker paru dan tumor di paru. Krn pengobatan penyakitnya beliau sekarang tinggal di Jakarta bersama anak-anaknya.
Beliau sudah menjalani 5x kemoterapi. Tinggal 1x lagi. Tapi setiap hendak di kemo yang terakhir, kesehatannya ambruk. Shg tak memungkinan untuk di kemo. Sdh 2x gagal terus.
Dalam bayangan saya, beliau tentu mengalami kebotakan, kulit menghitam, wajah yang kuyu, letih, menahan sakit, dan lain-lainnya efek kemo.
Tapi masya Allah, yang saya saksikan adalah wajah yang segar, putih bersih, dan selalu tersenyum seperti biasanya, serta rambut seperti biasa. Tak rontok.
Tak ada efek kemo yang membekas di wajah atau tubuhnya. Pun ketika saya tanya, apa yang beliau rasakannya saat ini. Jawabannya hanya sesak nafas kalau tak pakai oksigen. Beliau sekarang selalu memakai oksigen. Sehari menghabiskan 7 tabung oksigen ukuran 1 m³.
Saya mereka-reka kenapa nenek neli seperti org yang bukan 'get a cancer'.
Saya perhatikan....
Ketika saya datang, nenek neli sedang tertawa-tawa dg suaminya di depan tv. Hmm...akrabnya. 😀
Suaminya pun bercerita, karena nenek neli sdh lemah, sekarang pakai kursi roda, ia yang memandikan nenek neli pagi dan sore. Dan mengambilkan kebutuhannya.
"Badannya sudah kurus sekarang", katanya sambil menyentuh lembut sang istri.
Si kakek juga menceritakan perjuangannya bolak balik mengantar si nenek ke rumah sakit, buat kemo atau karena neli drop, mencari darah dan oksigen dan lain-lain.
Tapi Ia menceritakan bukan dengan nada sedih apalagi terpaksa. Tapi dengan wajah penuh kasih sayang dan perhatian.
Hmmm... sepertinya ini rahasia nenek neli kenapa beliau tak terpuruk dengan sakitnya. Ia punya suami yg mencintai dan menjaganya sepenuh hati. Ini sumber kekuatannya.
Barakallahu... 😍
Ya Allah, angkatlah penyakit kakak hamba dan nenek neli, beri mereka kesembuhan yang paripurna dan jadikanlah sakitnya ini penggugur dosanya. Aamiin... 🙏🙏

Jakarta, 23 Juni 2019
Powered by Blogger.