Kisah Raja Dan Sahabatnya



Bismillah....

Akhirnya pagi ini si nak bujang berangkat juga ke Bandung. Setelah beberapa hari ini galau tingkat sedang. ðŸ˜€ðŸ˜€
Sebenarnya dia sangat antusias untuk pergi outing dan berkuda ke Bandung. 'Ribut' ingin berangkat sudah jauh-jauh hari. Merasa tidak sabar hendak berpetualang di sana dengan teman-teman dan guru.
Tapi, belakangan ada sesuatu yg mengganjal bagi dirinya. Mulailah dia resah. Sampai tadi malam masih kesal. Ketika saya bilang,
"Coba Sayyid ikhlas. Kalau Sayyid ikhlas, insya Allah semuanya akan baik".
"Gimana bisa ikhlas Bu.... Sayyid kesal."
Owh....kasian si nak bujang di rundung kesal. Tak bisa menahan perasaannya.
Akhirnya saya bertanya, "Sayyid pernah dengar cerita tentang raja dan sahabatnya?". "Enggak", jawabnya heran. Mungkin dia berpikir, apa hubungannya antara kegalauannya dengan cerita raja dan sahabatnya.
Dan emakpun bercerita.
Ada seorang raja, memiliki seorang sahabat. Mereka sangat suka pergi berburu. Sering mereka pergi berburu ke tempat-tempat yang jauh berdua saja. Tanpa disertai pengawal raja.
Sahabat raja ini adalah seorang yang Sholih dan selalu bersyukur. Tiap mengalami sesuatu dia selalu berkata, "Alhamdulillah, ini yang terbaik".
Suatu hari mereka pergi berburu berdua. Dalam perjalanan, terjadi kecelakaan yg menyebabkan jari kelingking raja putus. Raja sangat kesal dan kesakitan. Sahabat raja berkata, "Alhamdulillah, ini yang terbaik". Dan rajapun murka. Bagaimana mungkin dia kehilangan jari kelingking tapi di sebut ini yang terbaik? Akhirnya sang sahabat pun di penjara.
Setelah di penjara, sang raja menemuinya sahabatnya. "Bagaimana perasaanmu setelah engkau aku penjara?". Sang sahabat menjawab, "Alhamdulillah, ini yg terbaik". Rajapun meninggalkannya dengan kesal. Raja tak habis pikir, masak sudah di penjara masih merasa itu yang terbaik?
Suatu hari raja ingin berburu. Karena sahabatnya dalam penjara, maka ia pergi berburu sendirian. Tanpa disadari, sang raja masuk terlalu jauh ke hutan dan tersesat. Kemudian dia ditangkap oleh sekelompok suku yang tak dikenal. Suku ini tak mengenal tuhan. Mereka memiliki kepercayaan kepada dewa-dewa. Dan sang raja akan dipersembahkan kepada dewa mereka. Raja akan dikorbankan untuk tumbal kepada dewa mereka.
Ketika raja akan dikurbankan, terlihatlah oleh mereka jari kelingking raja yang putus. Akhirnya raja tidak jadi dikurbankan karena dia dianggap tidak sempurna. Dia cacat. Dan sang raja pun dilepaskan.
Raja sangat bersyukur atas kelingkingnya yg putus itu. Kelingking putus itulah yg menyebabkannya selamat dr maut. Dan dia segera teringat ucapan sahabatnya, "Alhamdulillah, ini yg terbaik".
Dan sekembalinya ke kerajaannya, rajapun segera membebaskan sahabatnya itu. Kemudian raja bertanya, "kalau saya bersyukur dengan kelingking saya yang putus, sedangkan kamu, apa yang kamu syukuri dengan berada di dalam penjara?".
Sahabatnya menjawab, "kalau hamba tidak dalam penjara, tentu tuan akan mengajak hamba pergi berburu. Kemudian kita tertangkap bersama. Ketika tuan tidak jadi disembelih karena cacat tentu saya yang akan menggantikan tuan untuk disembelih."
Sayyid mendengarkan dengan khusyuk.
Sayapun bertanya, "Apakah raja tau kalau kelingkingnya yg putus itu akan menyelamatkannya nyawanya di kemudian hari? Apakah sahabat raja tau, kalau dia di penjara akan menyelamatkannya juga dari sembelihan? Tentu tidak. Nah, apa yang terjadi sekarang, insya Allah hikmah kebaikannya ada di kemudian hari. Mungkin sekarang kita tidak tahu karena Allah menyimpannya untuk masa depan. Jadi yang harus kita lakukan, jalani semuanya dengan ikhlas dan bersyukur karena Allah menyimpan kebaikannya di masa depan.
Sayyid pun bertanya, "cerita itu kejadian nyata, Bu?"
"Tentu," jawabku meyakinkan.
Tapi sungguh, saya tidak tahu cerita itu nyata atau tidak karena saya membaca di grup wa ketika ada yg mempostingnya, dulu. Saya bilang tentu, untuk menguatkan hatinya. Tapi nyata atau bukan, hikmahnya luar biasa. Membuat kita selalu mensyukuri apapun yang terjadi meskipun belum terlihat hikmahnya saat ini.
"Besok sebelum melangkah dari rumah, Sayyid sebutkan dalam hati, "Ya Allah, Sayyid ikhlas, Sayyid ridho dengan masalah ini, maafkan Sayyid dan bantu Sayyid. Aamiin. Bismillah". Baru berangkat".
Akhirnya....senyumnya mengembang di bibirnya. Kamipun melakukan tos dengan tangan, tanda semangat. Wajah si nak bujang kembali cerah.
Dan....di sinilah ia. Bergabung dengan teman-teman dan gurunya di depan resto Lebak Sari menunggu bus Primajasa untuk menuju Bandung. Semangat sekali.💪💪💪


Fii amanillah Sayyid....
Fii amanillah teman-teman Sayyid....
Fii amanillah guru-guru Sayyid....
Semoga di perjalanan ini kalian mendapatkan ilmu yang bermanfaat, kegembiraan yang mencerahkan jiwa, pengalaman yang menjadi bekal di kemudian hari. Aamiin....
😘😘😘😘😘

Review Film 'Duka Sedalam Cinta'



Alhamdulillah.... hari ke 3 tayang, saya dan anak-anak berkesempatan menonton sekuel film 'Ketika Mas Gagah Pergi' yaitu 'Duka Sedalam Cinta'. Moment ini cukup langka, mengingat si sulung yang bersekolah di pesantren. Seringkali timingnya tidak pas. Dan Alhamdulilah bisa nobar dengan Masaji dan Aquino Umar.

Sebenarnya saya bukan kritikus film. Tapi pengen komen aja.

Pada dasarnya film Ketika Mas Gagah Pergi, film bagus. Kisah tentang hijrahnya seorang kakak yang kemudian mendapatkan perlawanan dari adik yg disayanginya. Tapi dengan keteladanan akhlaknya mampu membawa keluarganya turut berhijrah. Sebuah cerita yang menggugah dan sanggup membuat air mata bercucuran. Alur ceritanya sederhana dan mudah dimengerti. Ditambah dengan gambar yang indah, pemain yang aktingnya lumayan especially Gita, keren banget, serta lagu dan musik yg indah sehingga mampu membawa kita hanyut dalam cerita.

Tapiii....
Jamaknya film Indonesia, selalu terasa kurang greget. Alur cerita yang sebenarnya bisa singkat padat mantap, malah dipanjang-panjangin. Konflik yg kurang tajam dan kurang diolah sehingga terasa konflik hanya pelengkap penderita atau sekedar ditemplokin dan ending yang biasa saja. 

Harusnya film Ketika Mas Gagah Pergi, bisa selesai dalam 1 film. Sehingga ceritanya bisa padat dengan alur cepat. Banyak adegan yg sebenarnya tidak perlu. Sehingga terkesan cuma untuk memperpanjang durasi cerita. Apalagi setelah mas Gagah pergi, adegan Yudi yg diangkat menjadi pimpinan perusahaan itu rasanya tidak krusial untuk ditampilkan. Juga adegan Asma Nadia di akhir cerita yg mengatakan bahwa 'dia bahagia, bahwa kerudung biru yg diberikan Nadia kepada Gita akhirnya kembali lagi ke Nadia dengan cara Allah', itu enggak banget. Nggak ada esensinya. Seakan-akan sekedar dibuat untuk memenuhi kuota waktu yg masih panjang. 

Alhasil, film duka sedalam cinta, alurnya lamban, durasi film lebih pendek, cerita lebih sedikit, dan banyak pengulangan dari film sekuel pertama 'ketika mas gagah pergi' untuk merefresh ingatan penonton. 

Alangkah elok ceritanya selesai ketika Mas Gagah meninggal, sehingga perasaan haru biru nan greget penonton bertahan sampai mereka pulang. 

Terus, konflik yg diolah benar-benar ala kadarnya. Gesekan antara anggota rumah cinta dg preman kampung sebelah tidak terasa. Penonton tidak merasakan adanya ketegangan yg membuat adrenalin naik. Tiba2 preman kampung sebelah sdh menyerang dg bom molotov. Dan di rumah sakit, salah satu mantan preman rumah cinta itu menjelaskan kenapa preman kampung sebelah menyerang mereka. Enggak banget kan kalau begini? Tipikal Indonesia banget. Semua harus dijelaskan dengan kata2. Kalau film Hollywood sana, mereka tidak menceritakan kronologis lewat mulut pemeran tp membuat kita menyimpulkan sendiri dari adegan-adegan yang berlangsung. 

Kadang saya merasa, para sutradara atau penulis naskah film Indonesia, merasa penonton Indonesia itu 'tulalit' sehingga setiap kejadian harus diceritakan secara verbal. Seperti sinetron Indonesia, yang kata hati sang tokoh sampai harus diperdengarkan. Padahal kita penonton yang cerdas lho... 

Terus kenapa tiba2 Mas Gagah kritis? Kena bom molotov? Kenapa tidak terlihat luka bakar? Kena pukul? Kenapa tidak terlihat bonyok? Hanya kepala yg diperban dan pipi baret sedikit. Dan kenapa hanya Mas Gagah saja yg terluka sedangkan yg lain sehat wal'afiat dan segar bugar? Film ini lemah banget dari sisi konflik. 

Akhirul kata kepada para sineas Indonesia, yuuk... terus berkarya. Bikin film yang lebih greget. Penonton Indonesia itu cerdas-cerdas kok.... Jadi tak perlu semua kronologis apalagi sampai kata hati dijelaskan kepada penonton.

Persaingan Sedekah



Mendengar cerita anak pesantren memang selalu mengasyikkan. Apakah itu yg menyenangkan, lucu, menyedihkan maupun mengharukan selalu memberikan warna tersendiri bagi saya (apalagi bagi yg mengalami ya?). Ceritanya kali ini tentang sedekah.
Di asramanya, jarang sekali pihak asrama menyediakan sabun cuci piring. Sehingga anak2 harus beli sendiri u/keperluan cuci piring mereka masing2. Kadang kalau sabun cuci piringnya habis, mereka minta punya teman tapi seringkali lupa minta ijin alias main pake aja. Hal ini menjadi perhatian si gadis, dan akhirnya membuat si gadis ingin bersedekah.
Dibelinya sebotol besar sabun cair merk sunlight dan diletakkan di bangsal. Qadarullah, asrama hari itu juga memberikan sabun sunlight cair besar untuk mereka. Dan bersandinglah sabunnya dengan sabun inventaris sekolah. Ternyata yg di pakai teman2 adalah sabun inventaris sekolah. Sdh 2 hari berlalu, sabunnya belum ada yg memakai.
"Muthi sedih. Rasanya pengen Muthi buang aja sabun sekolah itu, biar punya Muthi yg dipake teman2. Tapi itu g mungkin. Pokoknya sabun sunlight Muthi harus bisa bersaing secara sportif dg s*nl*ght sekolah", katanya bersemangat.
Akhirnya dia buat tulisan di sebuah kertas, dan di tempelkan di botol sabun sunlightnya. Bunyinya, "gratis. Silahkan dipakai. Dari pada make yg g berijin nanti dosa, mending pake yg ini aja. ðŸ˜Š ".
2 hari kemudian, sabun cairnya sdh berkurang 1/3 bagian.
Saya tertawa mendengar ceritanya. Terutama pemilihan kata2nya , "sunlight Muthi harus bisa bersaing secara sportif dg sunlight sekolah". Penuh daya juang di sana. ðŸ’ªðŸ’ª
Keep spirit, Sholihah... Semoga Allah selalu menjagamu.
Mandaya, 15 Oktober 2017

INI APA VS TAU TIDAK




"Tau nggak Bu, akselerasi mobil McLaren dari 0-100 km/jam hanya butuh 3 detik, tapi mobil listrik Tesla bisa 2,5 detik. Dan yang paling cepat itu cheetah. Hanya 1 detik."
"Tau nggak Bu, sepatu Adidas terbaru yaitu Adidas Parley harganya 100 juta? Ini limited edition. Hanya diproduksi 50 buah saja di dunia. Bahannya dari jaring nelayan."
Tau nggak Bu, Fitra Eni diundang ke balap F1 di Singapore. Dikasih nonton di kelas VIP yg harga tiketnya 100 juta. Dan dia diijinkan masuk sampai ke pitstop. Di pitstop, dia bisa mendengarkan pembicaraan antara engineering dg pembalap."
"Tau nggak Bu, ternyata untuk mendesain mobil itu butuh perhitungan matematis? Semua dihitung aerodinamisnya. Termasuk lekuk-lekuknya."
Tau nggak bu,.....
Tau nggak Bu...
Tau nggak Bu...

Tetiba saya ingat tulisan 'Yoanita Astrid' yg berjudul 'Hanya Soal Waktu'. Ya...hanya soal waktu. Si mungil dulu yg selalu bertanya "ini apa Bu? Itu apa, Yah?", yang kemana saja emaknya bergerak, ia dengan sigap mengikuti. Apa saja yg ia butuhkan, harus emak yg menyediakan. Pokoknya, emak pusat gravitasinya.
Sekarang, si bujang mulai abege. Yang ketika berbicara dengannya, emak serasa berasal dr negeri antah berantah. ðŸ˜€ðŸ˜€ 
Topik yg dibahasnya sering melampaui wawasan emak. Kalau sudah begini, emak hanya ter 'ohh...ohh'. Antara mengerti dan tidak.

Perlahan tapi pasti, ketergantungannya kepada emak jauh berkurang. Kemandiriannya di satu sisi, membahagiakan. Di sisi lain, membuat emak rindu dengan rengekannya, rindu pertanyaan polosnya karena pertanyaan-pertanyaannya membuat emak merasa paling tahu, paling pintar. Pokoknya yang terhebat di dunia.
Dulu, emak bisa tidur siang 1 jam, adalah kemewahan. Sekarang bisa tidur siang 2-3 jam terasa biasa saja... Dulu, bisa melihat rumah rapi 1 jam, terasa luar biasa. Sekarang rumah rapi bisa bertahan berhari-hari karena ia sibuk dengan kegiatan sekolah, ekstra kurikuler, kemping dan lainnya. Dulu emak selalu mencuri-curi waktu untuk 'me time'. Sekarang selalu mencari kegiatan yang bisa dilakukan bersama.
Waktu memang cepat berlalu. Betapa ruginya waktu yang sebentar itu kalau tak dimanfaatkan sebaik-baiknya bersama buah hati. Alangkah menyesal kalau waktu yang sebentar itu hanya diisi dengan kemarahan-kemarahan karena kerewelannya dan karena keegoisan kita.
Ahh....semoga waktuku yang tersisa tak banyak lagi menjelang ia terbang menggapai mimpinya, menjelang ia membangun 'sarangnya' bersama belahan jiwanya, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempererat ikatan kasih sayang, menuntunnya menuju jalan yang Allah ridhoi, mempersiapkannya agar menjadi insan yg mandiri, cerdas, kuat, sabar dan Sholih.
Bantu hamba ya Allah.....
Karawang, 2 November 2017

*******
Tulisan ini saya share di Facebook. Alhamdulillah banyak teman-teman yang mengapresiasi dan komen. beberapa komen temanku adalah:

Noey Joega bu Akhmaneli Irvan...kalo sudah menulis bikin hati nyes... lalu mataku mulai meleleh... ðŸ˜­ðŸ¤—

Umi Salghaisya Pokonya sbg emak2 apalg udah kesekian kalinya ikut parenting lebih legowo lebih siap m'jd emak yg sesungguhnya walau mungkin terlambat jd emak yg baik krn ketdk tauan kita , tp bismillah kedpn dgn segenap jiwa berusaha agar anak g kecewa punya emak model kita
Keren tulisannya bu Akhmaneli Irvan, perasaanmu mewakili emak2 seantero negeri 
😎😎

Dyah Ema Susanti Top banget, selalu ada sesuatu setiap baca tulisan bu akhma...

Fenti Listiawati Ibu sayyid Akhmaneli Irvan mmg jagonya kl sdh nulis ... sll berhasil membuat sy mengingat masa2 emas bersama anak2 dan memikirkan masa depan bersama mrk ... barokallah





Powered by Blogger.