Kasih sayang penguat jiwa


Mumpung dua orang anak kami lagi di asuh gurunya, uppss....maksudnya lagi bersama gurunya, (si bujang lagi backpacker bersama teman-teman sekelas dan gurunya ke Bangka Belitung selama 7 hari dan Alyssa sedang jalan-jalan penutupan lesnya ke Sasak Panyawangan, Purwakarta) serta si Uni lagi mager nggak mau kemana-mana, maka saya dan si ayah ke Jakarta berdua saja.
Tujuan kami menengok saudara yang lagi sakit.
Yg pertama adalah kakak kandungku yang lagi di rawat di RSCM karena trombositnya turun terus meskipun sudah beberapa kali transfusi darah.
Sekarang dalam penanganan dokter ahli penyakit dalam sub spesialis darah. Semoga segera ketahuan penyebabnya dan penanganannya. Mudahkan ya Allah...
Yang kedua adalah tetanggaku di Jl. Banowati. Kami memanggil beliau neli (nenek lincah) krn beliau memang lincah di usianya yang tidak muda lagi. Selalu ceria dan selalu bersemangat.
Beliau sekarang menderita kanker paru dan tumor di paru. Krn pengobatan penyakitnya beliau sekarang tinggal di Jakarta bersama anak-anaknya.
Beliau sudah menjalani 5x kemoterapi. Tinggal 1x lagi. Tapi setiap hendak di kemo yang terakhir, kesehatannya ambruk. Shg tak memungkinan untuk di kemo. Sdh 2x gagal terus.
Dalam bayangan saya, beliau tentu mengalami kebotakan, kulit menghitam, wajah yang kuyu, letih, menahan sakit, dan lain-lainnya efek kemo.
Tapi masya Allah, yang saya saksikan adalah wajah yang segar, putih bersih, dan selalu tersenyum seperti biasanya, serta rambut seperti biasa. Tak rontok.
Tak ada efek kemo yang membekas di wajah atau tubuhnya. Pun ketika saya tanya, apa yang beliau rasakannya saat ini. Jawabannya hanya sesak nafas kalau tak pakai oksigen. Beliau sekarang selalu memakai oksigen. Sehari menghabiskan 7 tabung oksigen ukuran 1 m³.
Saya mereka-reka kenapa nenek neli seperti org yang bukan 'get a cancer'.
Saya perhatikan....
Ketika saya datang, nenek neli sedang tertawa-tawa dg suaminya di depan tv. Hmm...akrabnya. 😀
Suaminya pun bercerita, karena nenek neli sdh lemah, sekarang pakai kursi roda, ia yang memandikan nenek neli pagi dan sore. Dan mengambilkan kebutuhannya.
"Badannya sudah kurus sekarang", katanya sambil menyentuh lembut sang istri.
Si kakek juga menceritakan perjuangannya bolak balik mengantar si nenek ke rumah sakit, buat kemo atau karena neli drop, mencari darah dan oksigen dan lain-lain.
Tapi Ia menceritakan bukan dengan nada sedih apalagi terpaksa. Tapi dengan wajah penuh kasih sayang dan perhatian.
Hmmm... sepertinya ini rahasia nenek neli kenapa beliau tak terpuruk dengan sakitnya. Ia punya suami yg mencintai dan menjaganya sepenuh hati. Ini sumber kekuatannya.
Barakallahu... 😍
Ya Allah, angkatlah penyakit kakak hamba dan nenek neli, beri mereka kesembuhan yang paripurna dan jadikanlah sakitnya ini penggugur dosanya. Aamiin... 🙏🙏

Jakarta, 23 Juni 2019

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.