Cita-Cita.


Pagi kemarin dan pagi ini dapat japrian dari pak Roni, guru Fisika Al Bayan. Beliau mengirimkan foto si bujang. Foto di Undip kemarin dan foto di hotel pagi ini. (Alhamdulillah....selalu ada orang baik).
Setelah ke Undip dan ke candi Borobudur kemarin, hari ini agenda mereka ke UGM dan tour lava di Gunung Merapi. Baru setelah itu pulang.
Pengenalan akan kampus ini masih akan berlanjut di kelas XI dan XII. Kelas XI, mereka akan mengunjungi beberapa universitas di Malaysia dan Singapura. Kelas XII mereka mengunjungi UI, ITB, dan lain-lain.
Kunjungan ini sangat bermanfaat untuk membuka wawasan anak-anak. Ada apa aja sih jurusan di sana? Seperti apa sih pembelajaran di sana?
Jadi ingat si gadis. Cita-citanya dari SD sampai kelas X adalah dokter. Setelah kelas XI, berubah. Dia ingin masuk sastra pas kuliah nanti. Karena merasa pelajaran di bidang sastra itu asyik. Setelah kunjungan ke UI, ternyata dia sangat tertarik dengan ilmu psikologi. Dan alhamdulillah, sekarang ia kuliah penuh semangat di jurusan ini. Semoga kelak jadi psikolog yang sholihah. Aamiin....
Nah, sekarang saya ingin mengamati si nak bujang. Dari kelas 5 SD, sampai saat ini ia masih ingin jadi pilot. Bahkan minggu yang lalu, ia menelponku. Memberitahu kalau ia sudah mendownload soal-soal tes masuk STPI (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia). Dan kemudian mendapati dirinya butuh pelajaran Fisika dan Matematika tambahan. 😀
Dan ia pun langsung menghubungi gurunya untuk meminta pelajaran tambahan Fisika dan Matematika di waktu kegiatan belajar malam. Guru yang ia pilih adalah Pak Roni (Fisika) dan bu Dwi (Matematika).
Masya Allah, saya takjub melihat kesungguhannya. Gerak cepat. Padahal masih semester 1 kelas X. Semoga istiqomah, nak.
Satu hal lagi yang membuat saya merasa salut dengan sekolah ini. Ketika si anak merasa butuh pelajaran tambahan, ia boleh memilih salah satu dari guru yang ada, untuk membimbingnya. Misalnya dia butuh pelajaran tambahan kimia. Guru kimia di sekolah ada 5 orang. Guru yang mengajar di kelasnya adalah guru A. Tapi dia suka dengan guru B. Maka untul pelajaran tambahan, dia boleh memilih guru B. Dan guru B pun akan memberikan pelajaran tambahan di waktu yang nyaman bagi si anak. Dan FREE OF CHARGE. Masya Allah.
Bahkan ketika anak-anak tidak sekolah, mungkin karena sakit atau bertanding ke luar sekolah, maka untuk pelajaran yang tertinggal, diberikan waktu khusus.
"Di sini enak, bu. Kalau kita ketinggalan pelajaran karena sakit atau lomba atau lainnya, bukan kita yang ngejar gurunya. Gurunya yang ngejar-ngejar murid. Jadi g bisa ngelak atau bolos dari pelajaran tersebut." katanya sambil tertawa.
Masya Allah, mereka sungguh-sungguh membimbing muridnya. Tak boleh ada yang terlewat.
Kembali ke laptop.
Siapapun boleh memiliki asa. Seperti halnya om Sayyid yang di Padang. Ia ingin keponakannya ini kuliah di bidang pemprograman. Karena melihat minat dan kemampuan Sayyid di bidang ini.
"Jangan jadi pilot. Karena pilot hanya operator. Kuasai teknologinya. Nanti kita yang bikin."
Harapan yang indah. Saya dan ayahnya sepaham dengan omnya ini.
Tapi mari kita lihat apakah setelah kunjungan-kunjungan ke beberapa universitas nanti, ia akan istiqomah di pilihannya itu atau berubah seperti kakaknya? 😁
Bagi kami, silahkan mereka pilih bidang yang cocok untuk mereka. Apa saja, yang penting bermanfaat buat umat. Dan apapun itu, harapan kami, mereka sungguh-sungguh di sana. Apapun profesinya, jadilah orang yang sholih. Jadi pilot? Pilot yang sholih. Jadi programmer, programmer yang sholih, jadi psikolog, psikolog yag sholihah, dan lain-lain.
Kami akan selalu mensupport dan mendo'akan kalian.
Karawang, 28 November 2019
#curhatmakASA

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.