Makanan Halal

 



Hari ini, si gadis sulungku, mulai berkiprah jadi relawan di Karawang Peduli. 


Di tengah kebosanan kuliah daring yg sudah berjalan 1,5 tahun (bosen mager, maksudnya), dia ingin mencari sesuatu kegiatan yang membuat dia bergerak sekaligus cari pahala.


Tadinya ingin jadi relawan ACT. Tapi saya punya kenalan di yayasan Karawang Peduli (KP), sebuah yayasan yang juga bergerak di bidang kemanusiaan. Ya sudah...gabung dengan KP aja. Biar ada yang bisa saya titipin. 


Alhamdulillah, hari pertama sudah dapat teman sebaya, sesama mahasiwa semester 5. Mahasiswa Unsika jurusan Pertanian. Di sini banyak sekali relawan-relawan dari mahasiswa dan para pekerja.


Kegiatan KP hari ini adalah mempacking makanan dari donatur dan kemudian membagikannya ke wilayah Telukjambe Barat.


Semoga si sulung bisa istiqomah dengan kegiatan yang bermanfaat ini. Aamiin ya rabbal'alamiin.🤲


Setelah ba'da zuhur, saya dan si ayah keliling menjemput anak-anak gadis kami. Mulai dari si uncu yang latihan memanah di lapangan KP2. Kemudian si sulung ke kantor Karawang Peduli di Perumnas BTJ.


Setelah itu kami mampir ke restoran untuk makan siang. 


Selama menunggu makanan datang, si ayah melontarkan pertanyaan,


"Kalau kita tinggal di luar negeri dan tidak menemukan penjual daging yang halal, kemana kita akan pergi?"


"Ke toko Pakistan".


"Pakistan mah biasanya emang halal."


"toko Asia."


"Enggak."


"Kemana dong yah?"


"Ke toko Yahudi"


"Kok Yahudi?" tanya si Uncu.


Dan si sulung langsung paham. 


Yahudi itu agamanya mirip dengan Islam. Mereka dulunya memang Islam hanya saja karena kesombongannya, mereka tak mengakui nabi Muhammad SAW. Karena tak mengakui kenabian Rasulullah SAW, ya tentu saja mereka bukan Islam.


Seperti umat Islam, mereka juga mengharamkan Babi. Dan daging sembelihan mereka halal. Karena di dalam Al Qur'an disebutkan sembelihan oleh ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah halal.


Mereka menyembelih daging pun seperti umat Islam, yaitu di sembelih dengan pisau tajam. Tidak boleh dicekik, dipelintir atau dipukul.


Memang kalau kita ke luar negeri, apalagi bukan ke negara Islam, makanan halal adalah hal utama yang harus diperhatikan.


Jangan seperti si ayah. 😁😁

Pertama kali ke Jepang tahun 1998. Bahasa Jepang baru sepatah dua. Tempat jual makanan halal g tau. Dan tak suka ikan pula. Alhasil, seminggu di sana beliau cuma makan salad buah dan sayur. Seminggu kemudian, sakitlah perutnya.


Kemudian beliau memberanikan diri ke dokter. Dan mereka berbicara dengan bahasa tarzan. Ketika memberikan obat cair dalam botol, si dokter memperagakan cara memakainya. Botol obat itu dia peragakan masuk ke mulut. 


"Oh....diminum," pikir si ayah.


Sesampai di Dormitory, obat tersebut diminumnya. Bukannya membaik, perutnya malah tambah panas. Makin sakit.


Malamnya datanglah mentornya orang Jepang yang bisa berbahasa Indonesia menengok si ayah. Ketika diceritakan tentang obat tersebut, si Jepun langsung melihat botol obat itu. Dan ngakaklah si Jepun tersebut. Ternyata obat itu adalah obat kumur !!!

🤣🤣🤣


Dari situlah, si ayah makin semangat meningkatkan bahasa Jepangnya. Dan mulai belajar makan ikan dan bertanya dimana tempat makanan halal di Nagoya. 


Jangan tanya internet ya temans. Di jaman itu HP belum booming. Yang ada juga HP sebesar batako. Boro-boro internet.


Oh ya, salah satu tips kalau tak ketemu tempat makanan halal atau restoran halal di kota orang, searching saja masjid. Biasanya di sekitar masjid ada komunitas muslim yang menjual makanan halal.


Ini pernah kami lakukan dulu di Singapura. Ketika kami belum ketemu restoran halal, kami segera mencari masjid. Dan di dekat masjid, ada restoran Padang, gaeesss... 👍👍


Senangnya bukan main. Ketemu makanan kampung di negeri orang. Entah kenapa, rendangnya terasa lezat sekali. Mungkin karena kelapanya kelapa impor ya... Diimpor dari Indonesia. Dari Sumatera Barat. 😂😂


Kalau sekarang, berkat internet, segala macam informasi dapat kita cari dengan mudah. Tapi kadang ada saja hal-hal kecil yang tidak bisa kita dapatkan lewat internet.


******

foto adalah pemanis


Si bujang saat balik ke pesantren dlm keadaan botak (panjang 2 mm). Kenapa botak? Karena potong rambut pertama kurang bagus. Terus potong lagi. Langsung aja botak. Udah tanggung.


Ketika sampai di pesantren (dia telat seminggu dari teman-temannya karena mengurus KTP dan SIM), teman-temannya heboh melihat rambutnya.


Terus...?


Satu angkatan (kelas 12) ikut membotakkan rambutnya. Dan mereka mengikrarkan diri sebagai "Pejuang UTBK". 💪💪💪


#Indahnyamondok 😍😍



0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.