Cukup satu kalimat



Siapapun tau, ketika anak-anak masih kecil, rasanya dari bangun tidur sampai tidur lagi, kehebohan demi kehebohan berlangsung secara simultan. Kadang paralalel kadang seri. (kita lagi belajar rangkaian listrik ya pren 😁).
Mereka dengan segala tingkahnya, entah itu berantam, atau bermain, berikut segala printilan urusan rumah tangga, kalau tak memiliki khadimat, maka energi badan cepat menguap, sekaligus bisa menyedot rasa sabar.
Pekerjaan yg itu-itu melulu, yg dilakukan terus menerus, di tempat yg sama, memang rentan memicu rasa stres. Ketika si ibu stres, tak mengherankan, anak yang jadi pelampiasan. Karena si anak berada dalam posisi terlemah.
Makanya, bantuan dari suami itu penting, wahai bapak-bapak. Sedikit tawaran bantuan, itu seperti ketemu oase di padang pasir nan maha luas. Apalagi tawaran itu ngajak keluar, makan, belanja apa yang dia mau. Atau piknik. Asyiiik....
Tapi pastikan stresnya tidak berpindah kepada anda, karena melihat besarnya tagihan yang harus di bayar.
Ada satu hal tawaran yang murah meriah tapi sangat efektif. Sering dilakukan suamiku dulu ketika anak-anak masih kecil sampai menjelang abege. Murah meriah. Dijamin tak keluar duit.
Ajak bicara dan sediakan telinga yang lapang.
Dulu, sepulang dari kantor, setelah menyapa anak-anak, hal yang pertama dia tanya ke saya adalah,
"Bagaimana hari ini, bu?"
Atau
"Hari ini masih waras, bu?" dengan nada jenaka.
Cukup satu kalimat saja...
Maka balasannya bisa ratusan kalimat. Bahkan mungkin ribuan kalimat. Mulai dari cerita keluh kesah mengurus anak-anak, yang ributlah, yg mecahin gelas lah, yang butuh ini itulah, sampai urusan mengurus rumah, urusan belanja ke pasar, urusan sekolah, tetangga, tukang sampah dan lain-lain...dan lain-lain
Setelah keluar semua uneg-uneg, legalah hati ini.
Cukup satu kalimat pembuka dan telinga yang selalu siap mendengar dengan penuh empati, tak pernah dikomen apalagi dikritik, hanya kata-kata "oh...hmm...ya" sdh cukup membuat beban hati sehari ini jadi lebih ringan, hilang sesak, dan sumpek.
Ketika semua sesaknya sudah keluar, semua rasa senangnya sudah tercurahkan, yakinlaah... Rumah tangga akan jauh lebih berseri. Karena istri adalah jantung rumah tangga.
Ketika ada telinga yang mendengar di rumah, maka takkan dia mencari telinga di luar sana. Tak kan dia berbagi keluh kesah di luar sana.
Jadi intinya, para emak-emak ini butuh PERHATIAN dan DIDENGAR. Bahwa dia capek, dia lelah, dia sakit, dia bahagia, dia gembira. Perhatian, dengar dan jangan dikritik. Itu solusi yg murah meriah.
Maka, cukup satu kalimat empati dan telinga yang terbuka, akan membuat hatinya lapang dan full power kembali menghadapi hari esok.
Sekarang, kalimat sapaan itu masih sering menyapaku. Hanya tak seintens dulu. Karena anak-anak sudah besar. Bahkan dua orang anak kami sudah berada di kota yg berbeda karena menuntut ilmu. Tinggal si bungsu saja yang masih di rumah. Jadi tingkat kewarasan sdh lebih baik. #ehh.... πŸ˜‚πŸ˜‚
Karawang, 22 September 2019

1 comments:

  1. Sejatinya bapak2 tahu tips ini. Tapi kadang para bapak2 sendiri larut dalam lelahnya di dunia luarπŸ˜€

    ReplyDelete

Blog Archive

Powered by Blogger.