#5 Uludag, Bursa




Perjalanan menuju pegunungan Uludag dari toko Munira memakan waktu hampir 1 jam. Perjalanannya mendaki dan berkelok-kelok. Sampai setengah punggung gunung yang di daki (dengan bus) masih belum ada salju. Selepas itu mulai terlihat salju tipis-tipis di dahan-dahan pohon dan di jalan. Seperti kapas yang menempel di pohon. Makin ke atas makin banyak. Hingga akhirnya benar-benar tebal.
Melihat hamparan salju dengan background pohon pinus, serasa sedang menonton film tapi bintang filmnya saya...😁😁

Rata2-rata begitu turun, terjadi eforia salju. Buka sarung tangan, pegang dulu saljunya. Beneran salju gak? Bukan busa styrofoam yang di gerus seperti di film-film.




Selanjutnya...terjadilah seperti yang di film-film. Si ayah dan anak-anak lempar-lemparan salju. Anak-anak tiduran di salju. Dingin tak terlalu di rasa. Padahal suhunya -4°C.😅

Setelah foto-foto dan main salju, dingin mulai menggigit. Sayyid tak kuat dan minta minum hot chocolate di sebuah warung sambil memanaskan badan.
Di dekat tempat kami berhenti hanya ada satu warung. Warungnya terbuat dari kayu. Sekalipun warung itu memiliki heater di pintu masuk, di dalam ruangan tetap ada tunggu yang terbuat dari semacam drum buat membakar kayu untuk menghangatkan ruangan sekaligus buat memanggang sesuatu di atasnya. Di dalam sini terasa hangat. Nyaman sekali. Yang unik, bekas tetesan air hujan dari atap warung ini juga ikut membeku, sebelum jatuh ke tanah. saking dinginnya udara.

Segelas hot chocolate seharga 10 Lira saja. Atau seharga 25 ribu rupiah. Rata-rata harga makanan atau barang-barang di sini, masih terjangkau kantong rata-rata Indonesia.







Di sini kami tak terlalu lama. Hanya sekitar 2 jam. Itupun begitu di bis banyak yang memakai heatpack karena kedinginan. Heatpack ini adalah pemanas badan yg terbuat dr butiran seperti silica gel. Butiran ini dibungkus di dalam kantong-kantong kecil. Rasanya panas. Kalau di Indonesia, tak sanggup kita menggenggam heatpack ini lebih dari 10 detik karena panasnya. Tapi di sini, panasnya sanggup membuat badan yang kedinginan menjadi hangat kembali. Heatpack diletakkan di sepatu untuk menghangatkan kaki atau di kantong jaket untuk menghangatkan tangan dengan cara menggenggamnya.
Selesai main salju, kami kembali ke Bursa dan akan mengunjungi mesjid raya Ulu Camii dan Yesil Camii. Bursa memang menyimpan banyak sejarah Islam.

Di Turki, kalau kita masuk mall-mall, dan di sana ada tulisan mescit (baca mesjid), maka itu artinya sama dengan mushalla di Indonesia. Sedangkan masjid yang besar atau mesjid raya/agung istilah mereka adalah Camii (baca Jami).

Ulu Camii merupakan masjid utama dan terbesar di kota Bursa. Masjid ini di bangun oleh Sultan Yildirim Bayezid I tahun 1399. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Bayezid atas nadzar beliau. Kalau beliau berhasil memenangkan perang melawan pasukan salib di Nicopolis, maka beliau akan membangun 20 mesjid. Dan Alhamdulillah beliau menang.



Namun akhirnya rencana ini diubah menjadi membangun sebuah masjid dengan 20 kubah.
Melihat bangunan ini benar-benar membuat decak kagum. Bangunan dengan desain jaman dahulu yang kokoh, antik dan luas. Di dalamnya sangat artistik. Lampu gantung besar dan aneka kaligrafi yang indah yg di tulis oleh 41 kaligrafer ternama di jamannya. Dan terdapat sebuah tempat berwudhu di dalamnya.
Terbayang hebatnya arsiteknya, membangun masjid yang tak lapuk di makan zaman. Kokoh sampai 6 abad kemudian. Dan mudah2-mudahan tetap kokoh sampai berabad-abad kemudian. Nama arsiteknya adalah Ali Neccar. Masijd ini dibangun selama 3 th 1396 - 1399.
Dari Ulu Camii, kami mampir ke Yesil Camii atau lebih dikenal dengan nama Mesjid Hijau (Green Mosque). Yesil Camii ini dibangun oleh arsitek Haci Ivaz Pasha atas perintah dari Sultan Celebi Mehmet I dari tahun 1419 hingga tahun 1421.

Mesjid ini disebut juga sebagai mesjid hijau karena di dalamnya ada bagian yg dominan berlapis keramik hijau. Dan di dalam masjid ini juga terdapat tempat wudhu.
Sepertinya ciri khas mesjid-mesjid Turki jaman dahulu, tempat berwudhunya di dalam masjid. Tempat berwudhu ini dibuat lengkap dengan kubah kecil dengan desain yang cantik.
Di bagian belakang masjid ini terdapat komplek makam (mausoleum) keluarga Sultan Celebi Mehmet 1. Di mausoleum terdapat 8 makam. Makam Sultan Celebi Mehmet 1, tiga orang anak laki2nya, tiga org anak perempuannya dan satu pengasuh perempuan Sultan Celebi Mehmed.

Sebenarnya masih banyak mesjid2 besar kuno di Turki. Semuanya megah2 dg kubah besar dan menara yg tinggi dan kokoh. Terawat. Dan semuanya tercatat. Di bangun th berapa, siapa yg membangun, siapa arsiteknya dan apa sejarahnya.
Kalau soal notulensi, Turki memang jagonya. Bagi yg pernah membaca sejarah penaklukan kota Konstantinopel, maka akan tahu betapa rincinya mereka mencatat peristiwa hebat itu termasuk tanggal kejadian demi kejadian.
Ternyata penulis itu profesi penting ya? Mereka merekam peristiwa untuk pelajaran bagi umat sesudahnya. Wallahua'lam. 😊






126

29 Komentar

K

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.