#4 Bursa, Turki




Sesampai di bandara Istanbul International Turki, yg pertama saya lakukan adalah mencari ATM. Mengambil uang. Uang memang bukan segala-galanya. Tapi tanpa uang, tak ada segala-galanya, bukan? 😀
Saya dan Muthi segera mencari ATM. Ketika ketemu ATM Turkiye Bankasi, langsung saya masukkan kartu. Tertampil bahasa Turki di layar. Bingung. Apa yg mau dipencet? Jangankan bahasanya. Hurufnya saja tak paham. Seperti huruf a tapi terbalik. Seperti huruf n tapi terbalik. Belum lagi hurufnya ada cantelannya seperti huruf c, u dan lain-lain.
Untung Muthi melihat di pojok kanan bawah, tulisan yang gak eye catching sama sekali, tulisan "other language".
Begitu dipencet, keluar pilihan bahasa Inggris. Segera saya pencet pilihan English language, alhamdulillah...akhirnya kami terselamatkan. "Money....come to mama".
Dan sama seperti di Malaysia, di sini ATMnya pun menyapa. Katanya, "Welcome Amran Irvan". Padahal baru sekali itu kami ke sana. Jadi berasa akrab gitu.... Jadi pengen ke ATM lagi, lagi dan lagi... 😂
Rombongan umroh plus Turki jamaah UTM ada 150 jamaah. Dibagi dalam 3 bus. Setiap bus didampingi guide tour warga Turki asli yang sudah fasih berbahasa Indonesia.
Kami berada di bus 3 dengan guide tour bernama Jihan. Kalau di Indonesia Jihan adalah nama perempuan. Tapi di Turki Jihan adalah nama laki-laki yang berarti dunia. Beliau pernah kuliah bahasa Indonesia di Yogyakarta. Gak heran bahasa Indonesianya fasih.
Dari bandara Istanbul kami menuju kota Bursa. Bursa ini dulunya adalah ibukota Kerajaan Turki Utsmani sebelum Muhammad Al Fatih menaklukkan kota Konstantinopel. Setelah Konstantinopel ditaklukkan oleh Muhammad Al Fatih, namanya diubah Islambul. Dan kemudian hari berubah menjadi Istanbul (kota Islam).
Bursa ini berjarak 3,5 jam perjalanan dengan bus lewat tol dari Istanbul.
Kira2 jaman dulu, berapa lama Sultan Muhammad Al Fatih dan pasukannya berjalan dari kota Busra menuju Istanbul ya?
Sebelum sampai di hotel, kami berhenti dulu di sebuah rest area. Di sana kami disuguhi nasi goreng + telur dadar oleh UTM. Sekedar pengganjal perut. Jg sholat zuhur dan asyar bagi yg belum.
Sesampai di hotel Almira, tempat kami menginap kami disuguhi lagi makan malam lengkap. 4 meja full dengan aneka rupa makanan. Masing-masing meja beda tema. 1 meja nasi dengan aneka lauk. Bukan lauk Indonesia pastinya. Satu meja western plus aneka rupa roti. Satu lagi aneka buah. Satu lagi aneka dessert. Kue-kue Eropa memang cantik-cantik dan menggugah selera. Dan tentu saja nikmat.
Pokoknya sampai bingung mau makan apa, saking banyaknya dan semua menggoda.
Saya sampai harus wanti-wanti sama anak-anak jangan lapar mata. Ambil yang dimau, secukupnya dan harus dihabiskan. Kalau banyak yang dimau, ambil dalam porsi kecil. Sehingga bisa mencicipi berbagai rupa makanan.
Kebanyakan tabiat orang Indonesia lapar mata. Apa yang di suka, ambil banyak-banyak, gak kuat ngabisin, dengan entengnya meninggalkannya.
Oh ya, semua makanan yg tersaji adalah Halal Food.
Subuh di sini jam 5.48. Pengen tidur sampai jam segitu. Secara tak ada yang harus dilakukan dan juga badan capek karena perjalanan yang hampir 24 jam dari Malaysia ke Istanbul. Tapi body clock sesuai dengan Sholat Subuh di Karawang jam 4-an. Jadi lah mata ini sdh tak mau merem lagi dari jam 4-an.
Akhirnya setelah mandi dan memakai kostum musim dingin, iseng saya turun ke bawah sendiri. Ingin memotret hotel dari luar. Karena kalau dari kamar terlihat lampu-lampu di luar indah sekali.

Begitu sampai di luar, ya ampuun...dingin banget. Dan sy lupa pake sarung tangan. Saya paksain jalan ke depan dan memotret hotel dari luar. G sampai 5 menit saya sudah gak kuat. Jari-jari serasa membeku. Begitu saya lihat suhu lewat HP, masya Allah....3°C !!
Gimana gak serasa membeku. Itu sama saja masukin badan ke Frezer.
Masya Allah...untuk membuat frezer ukuran kecil, manusia membutuhkn berbagai macam komponen. Sementara Allah membuat udara seperti di kulkas yang luasnya tak terbilang, tak perlu alat apapun. Cukup dengan Kun. Dan Allah sudah membaginya dalam suatu keteraturan, daerah mana saja yang akan mengalami suhu dingin dan mana yang tidak.
Sarapan pagi ini, sama seperti semalam. Empat meja full. Dengan aneka rupa makanan. Dan dipojokan ada seorang koki khusus membuat omelet. Saya pun ikut minta dibuatkan omelet. Karena omelet ini memiliki 2 keistimewaan :
Yg 1, dibikinkan oleh chef Turki.
Yg 2, Di Indonesia, kalau namanya telur dadar dengan isi campur-campur paling 10-15 ribuan. Tapi kalau namanya diubah jadi omelet harganya jadi 40 ribuan.

Istimewa kan? Harga tergantung bahasa. 😂
Agenda pagi ini akan ke pusat oleh-oleh Munira, Bukit Uludag, Ulu Camii dan Mesjid Hijau.
Toko Munira ini merupakan pusat oleh-oleh di Bursa. Tapi ini ibarat Supermarket. Agak mahal tapi kualitas dijamin. Tadinya saya berniat di sini tak belanja. Belanjanya nanti aja di Istanbul di Grand Bazar. Semacam pasar seni. Tempatnya lebih luas, lebih banyak barang dan lebih murah.
Tapi trik marketing pegawai Munira sangat bagus. Kami dikelompokkan sesuai bis. Tiap satu kelompok ada satu petugas yang bertugas memberikan informasi tentang produk mereka dan kegunaannya. Seperti kegunaan safron, minyak zaitun yang dicampur cuka apel, kosmetik alami mereka dan lain-lain. Sehingga kita yang tak berminat belanja, benar-benar jd tertarik untuk belanja.
Oh ya mereka berbicara dalam bahasa Indonesia yang di campur-campur pakai bahasa Inggris. Sehingga keterangannya sangat mudah dipahami.



Saya, si ayah dan muthi, berada agak jauh dari pegawai toko itu. Dan ketika si pegawai menjelaskan tentang kegunaan kosmetik mereka yang berfungsi sebagai whitening, mencerahkan, menghilangkan jerawat dan menghilangkan keriput, dan lain-lain, saya berbisik ke si ayah, "Pasti Alyssa tertarik. Pasti minta beli".
Muthi nyeletuk, "Alyssa mana?"
Ternyata, dia berdiri di barisan terdepan. Dan mendengarkan penjelasan si pegawai dengan penuh minat.
Dan benar saja. Diapun merengek meminta beli produk tersebut. Harganya lumayaaaan.... banget. Jelas saja saya menolak. Tapi dia tetap ingin beli dengan uangnya sendiri. Saya tetap menolak. Karena harganya terlalu mahal. Meskipun tabungannya cukup tapi tak sebanding dengan usahanya mengumpulkan uang jajan sedikit demi sedikit.
Tapi dia tak kurang akal. Dia rayu kakaknya untuk patungan. Nanti produk tersebut mereka pakai bersama. Si kakak setuju. Dan si kakak, ehhh...malah ikut merayu saya agar mau patungan bertiga. Ampuun.... Saling rayu merayu agar keinginan tercapai. 😬
Akhirnya saya luluh juga. 380 Lira pun melayang keluar dompet. 😅
Dari sini kami berangkat menuju gunung Uludag. Dalam bahasa Indonesia Uludag artinya Agung. Gunung Uludag ini tinggi sekitar 2.500 m. Dan ada salju abadi di atasnya. Di musim dingin ini, saljunya makin tebal. Sementara gunung Agung di Bali ketinggiannya 3.000 m. Tapi tak ada salju di atasnya. Yaa...itulah bedanya antara negara 4 musim dg negara tropis.
Ketika kami akan berangkat ke Uludag, Mr Jihan berkata,
"Perlengkapan musim dingin sdh siap?"
"Siaaaap...."
"Kacamata siap?"
"Siaaaap...."
"Gigi palsu siap?"
Hahaaa.....😂😂😂😂



101

17 Komentar

K

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.