Ikhtiar Panjang...

 


Pernah tinggal di sini 5 tahun.
si bungsu lahir di sini.
si bujang sunat di sini.
si sulung TK di sini.
Dan selalu bahagia datang ke kota ini. 😍
Kali ini kami datang ke sini hendak mendaftar ulang ke pesantren dimana si uncu diterima di SMA nya.
Lokasinya berada di kaki gunung Salak dengan pemandangan ke arah barat adalah kota Bogor dan kota Jakarta. Deretan gedung pencakar langit Jakarta terlihat jelas dari sini. Pemandangan ke arah Tenggara adalah Gunung Salak yg sayang sekali setiba kami di sini sedang tertutup awan.
Lokasi NFBS Bogor, berada di ketinggian, jauh dari keramaian, sejuk dan nyaman dengan luas 7 Ha.
Sayang karena masih pandemi kami tak bisa masuk ke area sekolah dan asrama. Hanya bisa di area Nurul Fikri Camp, tempat kantor humas dan vila tempat orang tua menginap ketika berkunjung.
🌹🌹🌹🌹🌹
Masuk pesantren,
adalah suatu rangkaian proses yang cukup panjang. Juga dana. Minimal untuk kami.
Sebelum masuk pesantren, minimal 3 tahun sebelumnya, kami sudah mulai menebar 'racun' bahwa pesantren itu keren. Kegiatannya mengasyikan. Ilmunya banyak. Teman banyak, ada yang dari daerah lain bahkan dari luar negeri. Pokoknya ceritanya yang indah-indah.
Setelah 3 tahun sosialisasi, biasanya hatinya sudah mantap. Maka mulai sedikit demi sedikit fakta dikuak. Di pesantren kegiatannya banyak, nanti bakal capek. G boleh main hp. Nanti ada teman yg begini dan begitu, harus bisa mengurus diri sendiri dan lain-lain.
Tapi biasanya mereka tak goyah lagi. Bahkan mereka jadi penasaran dengan tantangan yang ada di pesantren.
Yang agak berat, biasanya memotivasi anak tertua. Karena si sulung belum tau bagaimana keadaan pesantren sehingga dia masuk dengan perasaan was-was.
Untuk anak kedua, biasanya sudah tidak terlalu sulit. Karena yang dia lihat dari kakaknya yang indah-indah. Senangnya ditengok tiap bulan, dibawain makanan dan oleh-oleh segambreng. Di ajak piknik keluar pesantren serta makan-makan di resto yang diinginkan. Jadi bagi si adik, anak pesantren itu istimewa. Sehingga dia tak sabar ingin masuk pesantren juga.
Apalagi kalau si kakak ikut memotivasi dengan menceritakan keseruan di pesantren dan pencapaian-pencapaian selama di pesantren. Udah deh, si adik akan semakin tergugah.
Dan anak berikutnya insya juga semakin mudah.
Kemudian ketika sudah tiba waktunya masuk pesantren, mulailah kami survey pesantren. Biar dia melihat lingkungannya. Dan merasakan suasananya.
Dan kami pun membawa mereka berkeliling dari satu pesantren ke pesantren lain. Biasanya tidak bisa dalam 1 hari karena lokasi pesantren kadang berbeda propinsi. Jadi mesti disiapkan waktu, tenaga dan dana.
Kalau ada yang cocok, baru mendaftar. Kalau cocok 3 pesantren, ya mendaftar di 3 pesantren. Siapin dana deuii...😁
Kemudian tes. Waktu tes tiap-tiap pesantren selalu berbeda-beda. Jadi ya keliling lagi dari 1 pesantren ke pesantren lain buat tes. Siapin lagi waktu, tenaga dan dana.
Capek? Iya sih... tapi enjoy aja. Anaknya juga enjoy karena tidak dibebani target. Pergi tes serasa piknik. Sekalian tes, sekalian muter-muter kota dan wisata kuliner. Yang tes 1 orang tapi yang ngantar serombongan. Kayak ngantar yang naik haji. 😅
Saya sering lihat yang ngantar anak tes itu, selain keluarga inti juga ada nenek kakek, om tante dan keponakan-keponakan sambil gelar tikar dan rantang. Seru ya? Tentu si anak yang mau tes jadi tambah semangat.
Kalau lulus, baru mengeluarkan dana yang sesungguhnya. Uang masuk dan uang SPP.
Dan setelah mereka masuk pesantren, maka perjuangan yang sesungguhnya di mulai. Perjuangan si anak dalam menimba ilmu yang penuh suka duka dan perjuangan orang tua dengan do'a yg tak pernah putus, menahan rindu dan menyediakan dana.
Si sulung kami, survey ke 3 pesantren (1 Subang, 2 di Serpong). Semua cocok. Jadi mendaftar dan ikut tes di 3 pesantren itu. Dua lulus dan 1 gagal.
Si bujang kami, survey ke 4 pesantren (1 Bandung, 2 Sukabumi, 1 Cikampek). Cocok semua. Dan mendaftar serta tes di keempat pesantren tersebut, dan lulus semua.
Bahkan tes di dua pesantren di Sukabumi, membuat kami harus menginap di hotel 2x, karena tesnya pagi. Sedangkan jarak Karawang Sukabumi butuh waktu 4 jam perjalanan. Kalau dipaksakan berangkat dinihari tentu akan melelahkan si bujang.
Sekarang si bungsu. Dari 4 pesantren yang di survey, Sukabumi, Serang, Bandung dan Bekasi, dia cocok hanya 2 pesantren saja. 2 lagi dia tolak. Dari 2 pesantren yang ia suka, baru 1 yg sdh melakukan tes sedangkan yang 1 lagi tes di bulan Desember nanti.
Semoga ikhtiar panjang ini, diberi keberkahan oleh Allah 'Azza Wa Jalla.
Aamiin ya rabbal'alamiin.
🤲 🤲
********
Sedikit info tentang Nurul Fikri Bording School.
NFBS Serang adalah sekolah boarding NF yang pertama didirikan. Berdiri sejak 22 tahun yang lalu. Kemudian baru didirikan NFBS Lembang. Sekarang sudah berdiri selama 11 tahun. Dan yang bungsu adalah NFBS Bogor, baru berdiri 4 tahun ini.




Jadi NFBS sudah cukup lama malang melintang di dunia pendidikan Indonesia. Mereka mengusung kurikulum agama, nasional dan internasional.
Irwan Prayitno, mantan gubernur Sumbar, 3 orang anaknya lulusan NFBS Serang

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.