Penerimaan Total

 



Sebagai manusia, tentu kita paham. Tak ada manusia yg sempurna, meskipun ia seorang nabi. Meskipun nabi itu bersifat ma'sum (terpelihara dari dosa besar), tapi mereka pun pernah melakukn kesalahn-kesalahan kecil. Bedanya nabi dengan kita, nabi melakukan sedikit kesalahn, kita sedikit-sedikit melakukan kesalahan. Nabi langsung beristighfar, kita lupa beristighfar. Betul ora??


Karena manusia tak ada yang sempurna, tentu kita tak mungkin mengharapkan mendapatkan pasangan, anak, orang tua yang sempurna. Mereka semua adalah paket komplit. Ada kebaikannya dan ada keburukannya. 


Mampukah kita menerima mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya? Atau kita hanya bisa menerima kebaikan mereka saja dan mencerca kekurangannya?


Apalagi lah saya, manusia kemarin sore (ya elah...udah ubanan masih ngaku kemarin sore 😂). Ketika ada kebaikan dari seseorang, hati bahagia. Ada kekurangannya serasa pengen ngeghibahin. SERASA lho yaa....


Adalah mertua dan suami tempat saya belajar tentang penerimaan total. 


Pernah ada salah satu menantu beliau, memiliki kekurangan. Ketika ada yang komplen, mama dengan lapang dada berkata, 

"Ya begitulah menantu mama itu."


Langsung senyap.

Benar-benar penerimaan total seorang mertua kepada menantunya. Baik buruknya menantunya, ya itulah menantunya. Ikhlas....ikhlas.... Tak ada keluh kesah. Menerima dengan satu paket. Baik dan buruk.


Saya pernah mengadu kelakuan anak-anak sambil menangis kepada suami. Saya kesal dengan ulah mereka.


Kalau saya menangis, reaksi pertama suami adalah memeluk atau merangkul saya. Kemudian membawa saya ke kamar terus ke kasur. Huuss...jangan ngeres. 😜

Maksudnya, saya dibawa ke tempat ternyaman saya. Yaitu kasur di kamar. 


Kan ada tuh, tempat ternyaman seseorang di closet. Sambil ngebom terus merenung berpuluh-puluh menit. 😁😁


Kemudian si ayah mendatangi anak-anak ke kamar mereka. Berbicara. Tak lama kemudian mereka digiring ke kamar saya untuk bicara dan minta maaf. G kebayang ya, kalau tempat favorit saya adalah closet. 😂😂


Biasanya pas dipertemukan begitu, kami akan berbicara dengan wasitnya si ayah. Kami akan mengeluarkan sudut pandang masing-masing atas persoalan tadi. 


Pernah dari pembicaraan itu, ternyata ada sifat saya yang tidak disukai anak-anak. Si ayah berkata, 


"ITULAH ibu kalian."


Anak-anak terdiam. Saya juga terdiam. Dan merasa sangat berterima kasih kepada suami. Dia tak menyalahkan saya. Dia hanya minta anak-anak menerima saya, memahami saya, lebih dan kurangnya saya. 


Right or wrong, is my mother, kata wong londo. 


Tapi dari situ, saya juga belajar. Mengubah sifat saya yang menjengkelkan anak-anak. 


Dan anak-anak, ketika salah, langsung meminta maaf dan memeluk saya.


Pernah si bungsu berkata, 

"Ayah g cemburu?"


"Cemburu kenapa?" tanya sang ayah.


"Ibu lebih sering dipeluk dari pada ayah"


Wkkwkk....gimana g sering dipeluk. Sehari-hari potensi ributnya emang dengan ibu. Ibunya cerewet. Nyuruh makan, nyuruh mandi, nyuruh belajar, nyuruh ke mesjid, dll, dst dsb....

😁😁😁


Menerima, adalah kunci untuk ikhlas. Kunci agar tak pamrih. Kunci agar tak lelah dengan seseorang. 


Berat. Tapi memang harus dicoba. Saya masih belajar. Belajar dan belajar. Biar hati lebih ikhlas. Hidup lebih tenang. Semoga dimudahkan Allah.


Reminder

Ramadhan hari ke 4

16 April 2021


#curhatmakASA

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.