Lebaran Yang Istimewa

 



Tahun ini memang luar biasa. 

Akhir tahun 2019 lalu kita terpana melihat wabah corona yg merajalela di wuhan China dan kemudian merambah ke belahan dunia sana, hingga akhirnya kita pun ikut kucar kacir dihajar si virus ini. 


Berbagai kebiasaan terhenti seketika. Sekolah, kerja, berbagai aktivitas dan mobilitas kita, stop. Stay at home. Social distancing. Dan tiba2 suasana jd menakutkan. Mau keluar takut, mau belanja takut, mau ibadah ke rumah ibadah takut, mau berobat ke RS takut, mau silaturahim takut, dengan musuh tak kasat mata ini. Seperti tak ada. Tapi dia ada. Siap melumat kita. 


Capek dan lelah rasanya di rumah terus. Jiwa petualang rasanya meronta-ronta ingin sekedar berpusing-pusing menikmati suasana luar dan kuliner di bawah angin cepoi-cepoi. 


Belum lagi pertarungan menahan ngemil di rumah agar timbangan tak bergerak ke kanan efek pelampiasan stay at home. 


Yang membuat hati lebih iba, kita tak bisa menikmati Ramadhan seperti sedia kala. Tak bisa tarawehan ke masjid atau mushalla, tak bisa i'tikaf, tak bisa mudik menengok orang tua tercinta. Tak bisa saling berkunjung ke sanak saudara dan handai tolan lainnya. Sepi, kering, seperti kue kering. 


Biasanya 3 atau 4 hari menjelang lebaran, kita sdh berkemas-kemas dengan gembira. Pakaian, oleh-oleh, dan tetek bengek lainnya. Cek tiket atau mobil. 

Ambooiii... Suka citanya hati bakal bertemu orang-orang tercinta di kampung halaman tercinta. Terbayang sudah bersilaturahim dari rumah ke rumah, berburu kuliner khas daerah, bertemu teman-teman waktu kecil dulu, berbagi THR dengan keponakan-keponakan kecil, menyisipkan sedikit hadiah/uang untuk saudara-saudara ibu dan ayah.

Sedih, perih, terkurung di perantauan. Sedih perih, ibu yang menanti anaknya yang tak bisa pulang. 😢

But show must go on, kata saudara buleku. 
Ciptakan bahagia sendiri. Jangan mau kebahagian kita direnggut habis si Corona ini. 

Selama 13 tahun tinggal di Karawang, hampir setiap tahun kami berlebaran di rumah orang tua. Dulu bergantian setiap tahun. Klu tahun ini lebaran di Padang, maka tahun depan lebaran di Bandung. 

Tapi sejak tahun 2015 ibuku sudah sulit kemana-mana karena kaki beliau sakit, maka tiap tahun kami pulang ke Padang. Ke Bandung pun tiap tahun. Kalau tahun ini jatah Bandung, maka kami sholat Ied di Bandung. Hari raya ke 2 atau ke 3 kami ke Padang. Kalau tahun ini jatah ke Padang, maka kami akan sholat Ied di Padang. Nanti setelah itu baru ke Bandung.

Begitu juga tempat tinggalku. Hampir semuanya adalah perantaun. Sehingga ketika lebaran menjelang, H-3 atau H-2, ini komplek sudah sepiiiii.....tak berpenghuni selain satpam yang mondar mandir patroli. 

Tapi tahun ini berbeda. Si Covid sudah memaksa kami untuk tinggal. Tak ada yang mudik.

Saya yang tak pernah menyiapkan hidangan lebaran efek selalu berlebaran di rumah orang tua, kali ini terpaksa. Biasanya cuma bisa bikin masakan Padang, sekarang belajar buat opor ayam. Tanya teman, cek google, akhirnya berhasil juga. Yeayy... 😁

Kata si ayah enak. (Stt...padahal, jauh-jauh hari sudah ancam si ayah. "bilang g enak, bacok nih").😂😂


Dan lebaran kali ini terasa meriah. Komplek yang dr jaman ke jaman selalu sepi, sekarang ramai kami sholat berjamaah di lapangan. Takbir bersama. Walaupun tetap menerapkan social distancing dan memakai masker. Selesai sholat kami saling berkeliling antar tetangga untuk silaturahim. Dan akhirnya kelompok-kelompok kecil ini (kelompok bapak, kelompok ibu, kelompok anak gadis, kelompok anak bujang, kelompok anak-anak) bertemu di depan PAUD. Berfoto deh.... 😎

Suatu hari nanti, kejadian hari ini akan jadi cerita ke anak cucu. Bahwa, ketika wabah mematikan melanda negeri ini, kami masih bisa merasakan sebentuk kebahagiaan.😍

Semoga wabah ini segera diangkat Allah.  Dan kita bisa beraktifitas secara normal lagi. Aamiin ya rabbal'alamiin. 

Cerita retjeh mak ASA. 
Karawang, 26 Mei 2020







0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.