Bukan tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan


Liburan, selalu menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, terutama anak-anak. Karena selama liburan, kita akan terbebas dari rutinitas sehari-hari. Karyawan, akan terbebas dari pekerjaannya. Pedagang akan terbebas dari urusan jual-beli. Anak-anak akan terbebas dari urusan belajar dan tugas-tugas sekolah. Tapi tentu, para emak-emak tidak termasuk ke dalam makna liburan = bebas tugas. 


Selama liburan (sekolah, lebaran, akhir tahun), tugas memandikan anak (bagi yang punya balita), tetaaap.  Tugas menyiapkan makanan dan menyuapi anak, tetaaap. Tugas memasak, mencuci serta tugas domestik lainnya, tetaap…. Hiks. Emak memang superrr.

Begitu juga denganku. Emak sejati sejak 17 tahun yang lalu (Alhamdulillaah). Selama liburan, disamping tugas domestik tetap berlangsung, tugas tambahanpun minta prioritas. Tugas apakah itu? Tugas membawa anak liburan. Mulai dari mempersiapkan peralatan, makanan, dana lebih dan tenaga lebih. Kadang kita bisa berbagi beban dengan suami. Kadang kita harus bersolo beban....hehee. Tapi meskipun capek, para emak tetap bisa kok menikmatinya. 

Seperti hari ini, Rabu 13 Juli 2016. Anak-anak ingin bermain air (Yaa...soalnya lebih banyak main airnya dari pada berenang). Karena hari Rabu, si ayah tentu tidak bisa menemani. Tujuan kami adalah water parknya Grand Taruma. 

Semenjak di rumah anak-anak sudah bersemangat. Mereka membantu menyiapkan peralatan dengan gembira. Di mobilpun tak henti-hentinya berceloteh. Mulai dari wahana apa yang akan dimainkan, mana yang lebih dahulu dilaksanakan dan lain-lain.

Iseng-iseng saya memberikan tantangan,
"Siapa yang bisa mengalahkan ibu berenang, akan ibu belikan pop mie".

Gayungpun bersambut. 
Anak-anak dengan antusias 'mendaftar' untuk perlombaan ini. Memperebutkan hadiah POP MIE. Mantaaap.

Sungguh, waktu saya melemparkan tantangan ini kepada anak-anak, saya masih merasa yang terhebat. Lebih berotot (uhukk...uhukk...), lebih bertenaga, lebih berpengalaman karena pernah juara renang (duluuuu...waktu masih SMP) dan memiliki teknik renang yang bagus. Muthi dan Alyssa, teknik renang belum bagus tapi sudah baik. Kalau sayyid sudah bagus tapi kan badannya keciill...Begitulah, si sombong dalam diri saya muncul ke permukaan hati.

Sesampai di Grand Taruma Water Park, pertandinganpun siap digelar. Tempat yang dipilih adalah kolam santai. Ya...iyalah, masak kolam arus atau kolam ombak. Yang ada, nggak sampai finish entar.

yang mengajukan diri untuk partai pertama adalah Alyssa. Gaya yang dipilihnya adalah gaya bebas. Hasil, Alyssa kalah telak. Diapun ngampek tidak mau lomba renang lagi. Wwkk....wwkk...ibu makin jumawa. Siapa korban berikutnya?

Akhirnya diputuskan Alyssa jadi juri dan yang meneriakkan aba-aba 123. Alyssapun gembira merasa memiliki posisi penting. Dengan bersegera iapun naik ke atas kolam. Sekarang, peserta lomba adalah Ibu, Muthia dan Sayyid. 

Babak pertama adalah lomba gaya bebas. Setelah Alyssa meneriakkan angka 3, peserta perlombaanpun melaju. Sayapun melaju dengan kekuatan penuh. Tapi sekuat apapun tanganku mengayuh, kaki bergerak ternyata tak bisa mengimbangi kedua anakku. Sayyid yang kecil dengan teknik renang yang bagus serta kayuhan yang bertenaga melaju dengan cepat melampauiku. Muthi yang ku anggap remeh karena teknik renangnya belum sebaik diriku ternyata juga melaju cepat melampauiku. Aku tak percaya. Tapi begitulah kenyataannya. 

Merekapun bersorak gembira berhasil mengalahkan supremasi ibunya di bidang renang. terlebih dulu ibu adalah spesialis gara bebas. Dua atau tiga tahun yang lalu, mereka belum bisa mengalahkan ibu.

Kemudian pertandingan dilanjut dengan gaya punggung. lagi-lagi ibu tumbang dengan sukses. Sayyid juara 1, Muthi juara 2 dan ibu juara buncit. Akhirnya pada pertandingan ketiga, gaya dada, alhamdulillah ibu bisa merebut kemenangan untuk menyelamatkan 'harga diri'. Hahahaa...

Begitulah. Ternyata tak ada yang abadi. Tak ada yang tidak berubah. Tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Apalagi kita manusia dan kehidupan di dunia ini yang memang bersifat fana (hancur, binasa). Seperti kuncup bunga yang kemudian mekar mewangi. Setelah itu gugur, jatuh dan di sapu angin lalu. Seperti juga embun di pagi hari yang menguap tanpa meninggalkan jejak begitu panas matahari menyinarinya. 

Begitulah hakikat fana. Segala kesenangan, kesuksesan yang kita kecap adalah sementara. Kesusahan yang membelitpun adalah fana.

Seperti firman Allah dalam surat Ar Rahman:

كُـلُّ مَـنْ عَـلَـيْـهَـا فَـانٍوَيَـبْـقَـى وَجْـهُ رَبِّـكَ ذُوالْجَـلاَلِ وَاُلإِكْـرَامِ

Artinya: Segala yang ada di muka bumi akan fana (binasa) dan akan kekallah zat Tuhanmu (Muhammad), yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Apabila kita menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini semuanya fana tentulah jiwa kita tidak akan dipenuhi oleh kesombongan dan over rasa bangga kala meraih kesuksesan dan kesenangan. Hati kita pun tidak merasa sempit apalagi merasa putus asa kala dirundung musibah dan kegagalan. Allah Yang kekal lah tempat kita kembali. 

Terima kasih ya Allah, atas pelajaran hari ini. Terima kasih anak-anakku. Lewat kalian kekhilafan ibu ditegur Allah. Semoga hari-hari berikutnya bisa menjadi lebih baik. Aamiin ya rabbal 'alamiin.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.