#catatan Reuni 212 #2
Aksi Bela Islam 212 2016, pasti menimbulkan kesan yang mendalam di hati umat Islam Indonesia. Baik bagi yang hadir maupun yang hanya mendengar cerita atau membaca ceritanya lewat media sosial. Sebuah demo damai yang terpuji sampai ke dunia Internasional. Demo santun dan tertib yang dihadiri oleh jutaan umat Islam dari seluruh wilayah Indonesia.
ABI 212 dan Reuni 1 ABI 212 tak bisa saya hadiri karena suatu alasan. Sehingga ketika ditakdirkan Allah untuk hadir di Reuni 2 ABI 212, rasanya sesuatu banget. Hanya keindahan demi keindahan yg saya rasakan dari awal hingga akhir acara.
Saya dan teman-teman berangkat dari Karawang jam 1 malam dengan menggunakan bus kualitas standar dan AC yg soak. Karena menurut berita bus kualitas premium tak diperkenankan membawa peserta Reuni. Alhamdulillah... Kami tetap bersyukur. Masih ada bus yang mau membawa kami ke Monas.
Kami sampai di depan hotel Capital di daerah Kwitang jam 3.30 WIB. Bus tidak bisa lebih maju lagi karena sudah banyak umat yang berjalan kaki menuju Monas. Kamipun turun dan bergabung dengan mereka. Rombongan dari Solo yang baru turun di stasiun Gambir dengan membawa bendera Tauhid berbagai ukuran selalu meneriakkan takbir sepanjang jalan. Sehingga kami semua terbawa semangat.
Awalnya saya mengira kami sudah tidak bisa masuk ke Monas mengingat massa yang sudah banyak. Ternyata kami masih bisa masuk bahkan dapat tempat di depan Monas. Dan merasakan sholat Subuh bersama jutaan saudara muslim se-Indonesia dengan beratapkan langit, bermandikan cahaya, udara yang sejuk, sungguh sangat menggetarkan. Apalagi Sang Imam melaksanakan sholat subuh ini dg do'a qunut yg super duper panjang sekali dan disertai beberapa kali terisak. Membuat mata kita turut tergenang air mata. Apalagi mengingat kondisi umat Islam saat ini, khususnya di Indonesia.
Di sini, terlihat sekali indahnya ukhuwah islamiyah dari para peserta yang hadir. Juga adab dan kesantunan yang patut diacungkan jempol. Yang berkemampuan, berusaha memberi apa saja buat saudara-saudaranya yang hadir. Ada yg memberikan makanan aneka rupa. Mulai dari makanan berat, nasi ayam bakar, nasi ayam fried chicken, nasi kebuli, rendang dan segala rupa nasi sampai berbagai aneka snack dan aneka minuman. Ada juga yang memberikan sandal, sajadah, jas hujan, bahkan juga hansaplast, jamu masuk angin, koyo dan lain-lain.
Dan peserta reunipun sangat santun. Tak ada yang kalap mengambil dalam jumlah banyak, untuk dibawa pulang, misalnya (seperti emak-emak arisan 😁😁). Mereka mengambil dalam jumlah secukupnya untuk dirinya atau sekalian temannya.
Tak ada yang rebutan makanan atau nasi kotak. Oh...NO. Di sini makanan banyak dan minuman melimpah. 😀
Yang agak menarik perhatian saya ada satu tenda posko relawan yg isinya dua orang laki-laki. Mereka sibuk merebus. Makanan yang pertama kali mereka sajikan adalah rebusan jagung manis dan pisang. Setelah makanan ini habis, dari panci rebus mereka telah matang pula kacang tanah. Dan tersajilah kacang tanah rebus yang mengebulkan asap. Sangat menggoda di pagi hari yang sejuk ini. Masya Allah, bapak-bapak gitu lho... Mau berlelah-lelah merebus penganan kecil untuk para mujahid-mujahidah reuni 212. Saluuutt
Ketika antrian ke toilet panjang mengular membuat mereka tak bisa bergerak ke sana ke mari mengambil makanan, para relawan ini ada yang ikhlas hati bolak-balik mengantarkan dan menawarkan makanan dan minuman kepada para antrian ini. Sungguuuuh.... Indah. 😍
Kemudian saya melihat beberapa orang membagikan majalah Moeslim Choice. Ingin hati memiliki. Tapi relawan tak mendekat kepada saya. Untung saya nggak kalap berlari ke sana. 😬
Ketika suatu saat saya lewat di dekat sebuah posko makanan, mereka menawarkan makanan. Saya menolak dengan halus karena memang sudah kenyang. Di sebelah mereka, saya melihat seorang pemuda memegang majalah yang saya inginkan itu. Dan sayapun bertanya, "Saya pengen majalah ini. Dimana poskonya ya mas? "
Sang pemuda langsung mengulurkan majalah di tangannya yang cuma satu-satunya itu.
"Ini, bu. Ini buat ibu saja. Tapi tolong do'akan saya segera dapat jodoh ya, bu? " jawabnya sambil tersenyum manis.
Semua yang mendengar langsung tertawa.
Akhirnya saya do'akan ia agar segera bertemu dengan jodohnya seorang wanita sholihah nan pemurah seperti dirinya. Semua yg mendengar ikut mengaminkan.
Oh... Indaaah sekali. 🌹
Rejeki memang tak kemana. Majalah ini memang ada takdirnya untuk saya miliki. Dengan jalan yang tak terduga.
Ketika di dekat saya duduk, berdiri beberapa pemuda yg memegang bendera tauhid dan bendera komunitasnya dengan posisi yang eye cathing untuk difoto, saya pun menjepret mereka. Ketika saya tunjukkan hasilnya, mereka senang. Kemudian mereka bercerita singkat,
"Kami dari Komunitas Pemuda Hijrah Cianjur, bu. Kami dulu anak-anak nakal. Do'akan kami agar tetap istiqomah ya, bu?"
Oh... Meleleh hati ini. Walaupun sebagian mereka masih terlihat bertato, tetapi aura wajahnya cukup teduh. Semoga Allah meneguhkan iman mereka agar tetap istiqomah di jalan dakwah.
Banyak hal-hal yang sangat indah dan menyentuh selama reuni ini. Maka, sungguh tak habis pikir ketika ada yang berteriak memfitnah dan mencaci maki. Hanya yang hatinya keras dan tak pernah ikut aksi ABI ini yang tega berbuat seperti itu. Seperti pantun dari babe ustad Haikal Hasan, di dalam ceramahnya,
Pohon mahoni, buahnya jarang
Kami yg reuni, mereka yg meriang 😂😂
Di sini juga banyak sekali bendera tauhid yg berkibar. Ada komunitas yg mengancam kalau ada yang berani mengibarkan bendera tauhid di cara reuni 212, ia dan pasukannya akan merebut bendera itu. Tapi sepertinya mereka ketiduran. Karena kalau mereka datang pasti akan repot sekali mereka mengumpulkannya. Jutaan! 😁
Dan satu momen yang membuat saya merinding ketika bendera tauhid berukuran raksasa melewati kepala saya. Dengan semangat saya ikut menggeserkan bendera kecintaan itu sehingga ia berkeliling di Monas ini. Mudah-mudahan saya bisa melafazknnya ketika saya sakratul maut nanti 😭
Yang tak boleh dilupakan adalah pahlawan kebersihan. Selama acara, relawan kebersihan selalu hilir mudik memunguti sampah yang tercecer dari peserta. Mereka menyelamatkan acara ini dari sasaran caci orang-orang yang berpenyakit hati. Ketika saya melihat seorang relawan bocah yang bersemangat memunguti sampah, sayapun menjepretnya. Ketika dia sadar hendak di foto, saya pun dihadiahi tawa bahagianya. Indaaaahnya..😍
Dan ketika pulangpun, saya tetap melihat keindahan.
Peserta yg keluar dari pintu tenggara Monas bertemu dengan peserta yang keluar dari pintu arah timur laut (depan PLN). Pertemuan terjadi di depan kantor kostrad. Macet. Stag. Tidak bisa bergerak. Sementara matahari jam 11 sangat garang menyengat. Badan rasanya menjadi lelah. Sesaat saya membayangkan musibah terowongan Mina. Karena peserta masih akan terus keluar dan mengalir dari pintu tenggara maupun timur laut Monas. Mereka lebih dr 10 juta. Apa kami tidak akan terjepit di tengah-tengah?
Untunglah ada laskar FPI. Dengan TOA di tangan dan naik ke atas mobil, mereka membelah massa menjadi dua. Yang hendak ke arah Tugu Tani, ambil posisi ke kiri jalan. Dan yang hendak ke arah Istiqlal, ambil posisi ke kanan jalan. Awalnya, massa tak bergerak. Susah bergerak krn padat. Tapi laskar FPI tetap menyemangati dengan santun agar massa mau berpindah sesuai arahan. Sekali-sekali mereka teriakkan takbir untuk menyemangati sekaligus mengademkan massa yang mulai resah.
Akhirnya perlahan-lahan massa bergerak ke posisi arahan. Yang hendak ke arah Istiqlal bergerak ke kanan dan yang ke arah Tugu Tani bergerak ke kiri. Dan tak lama kemudian arus mulai mengalir. Saya sungguh merasa lega yang amat sangat karena kejadian terowongan Mina menjauh dari pikiran. Tapi teman saya umi Yuni yang memang kondisinya kurang fit, sempat kami bawa ke posko kesehatan di depan kantor Pertamina untuk mendapat perawatan.
Yang mengherankan dan menguntungkan, posko kesehatan yg diprakarsai oleh Yayasan Bintang Rahmah, sebuah yayasan yang berdomisili di Tangerang yg berkerjasama dengan RS Sari Asih Tangerang mendirikan posko pas di depan lokasi kemacetan terjadi. Sehingga ada beberapa orang yang pingsan, atau pusing karena kejadian itu segera mendapat pertolongan. Padahal lokasi ini cukup jauh dari arena reuni 212. Posko merekapun sangat seherhana. Hanya sebuah tenda yang mereka dirikan di trotoar dengan dua buah kasur lipat dan seorang dokter serta beberapa tenaga medis. Mereka sangat sibuk menangani sekitar 20 orang pasien karena kejadian macet itu. Sehingga beberapa pasien terpaksa tidur di trotoar beralaskan kardus bekas. Masya Allah.
Dan satu kejadian yang luar biasa lagi, setelah kemacetan itu terurai, ada seorang anak laki-laki kelas 6 SD menangis karena terpisah dari teman-temannya. Iapun dibawa ke posko ini. Saya pun ikut menginterogasi ehh...menenangkan si bocah ini. 😁
Ternyata si bocah yg berpakaian baju koko rapi dan berpeci ini, pergi ke acara reuni 212 dengan dua orang teman lainnya, 1 orang kelas 6 SD, 1 orang lagi SMP, dengan menumpang truk gratis dari rumah mereka di Tangerang. Ketika hendak pulang, ia terpisah dari temannya ini. Maka paniklah ia. Tak tahu jalan pulang, tak punya uang dan orang tuanya pun tak punya handphone.
Qadarullah ia diketemukan di dekat posko ini, yg mana orang-orangnya juga orang Tangerang. Mereka tau alamat si bocah. Dan mereka berjanji mengantarkan si bocah pulang ke rumahnya.
Lihat? Si bocah ini benar-benar mujahid sejati. Dengan kondisi kekurangan tak mengurangi hasratnya untuk ikut reuni 212. Tak mungkinlah Allah menyia-nyiakan si anak. Allah damparkan ia di dekat posko yayasan Bintang Rahmah yg berasal dari daerahnya yaitu Tangerang. Sungguh, Allah sangat menyayangi hambaNya yang cinta kepadaNya.
Ahh... Begitu banyak pelajaran hari ini untukku. Langsung diberikan Allah untuk saya lihat dan rasakan. Masya Allah, Alhamdulillah... Tak mampu berkata-kata lagi atas nikmat ini.
Karawang, 3 Desember 2019
0 comments:
Post a Comment