Merger, bikin repot 😟

 



Kata pemerintah tujuan merger 3 bank syariah menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) itu adalah bagian upaya dan komitmen pemerintah dalam memajukan ekonomi syariah dan mendorong Indonesia sebagai salah satu pusat keuangan syariah global.


Keren ya?


Tapi kenyataan di lapangan apa sinkron dengan tujuan pemerintah itu?


Dulu ketika saya masih menjadi nasabah bank BNI Syariah, saya benar-benar menikmati berbagai kemudahan dalam transaksi keuangan. 


Cukup dengan selembar kartu ATM BNI Syariah, saya dapat melakukan aneka transaksi keuangan dengan mudah dan ditunjang oleh jaringan ATM BNI yg luas tersebar dari kota sampai ke pelosok negeri.


Bahkan bertransaksi di luar negeri pun gampang.


Sekarang?


Jaringan ATM BSI sangat sedikit. Emang sih...bisa pake jaringan ATM bank Mandiri. Tapi HANYA tarik tunai yang gratis. Lain dari itu? Bayar.


Cek saldo kena 2.000, transfer kena 6.500. Kalau sekali transfer. Berkali transfer? Dijamin saldo cepat menipis.


Ketika saya jadi nasabah BNI Syariah tak pernah terjadi seperti ini. Menggunakan jaringan ATM BNI konvensional sangat mudah. Mau tarik tunai, cek saldo, transfer sesama BNI ataupun BNI Syariah, gratis....tis...tis.


Sekarang, lebih banyak bayarnya ketimbang gratis. Bahkan selain ATM BSI dan Mandiri, lebih nyekek lagi. Seperti memakai ATM BNI, ATM Bersama, ATM Prima dll, cek saldo kena 4.000, tarik tunai kena 7.500, transfer kena 6.500.


Kemarin saya ke mall di daerah Galuh Mas.Dan butuh dana tunai agak banyak. ATM Bank BSI? G bakal ada. ATM Bank Mandiri, juga g ada. Akhirnya saya terpaksa mengambil lewat ATM Bersama. 4x tarikan, sukses uang saya terpotong biaya administrasi sebesar 30.000.


Kesel kan? Ya...beginilah akibat jaringan ATM yang seuprit. Siap-siap harus membayar aneka biaya administrasi.


Itu baru sekedar soal jaringan ATM.


Pelayanan? Lebih amburadul.


Bayar uang kuliah anak g bisa. Di menu memang ada pembayaran akademik. Tapi begitu di pencet, baru memasukkan no ID mahasiswa, kartu kita langsung dilepeh. Langsung dimuntahin keluar. Boro-boro dia tampilkan data mahasiswa, seperti nama, universitas, jurusan, biaya UKT. Yang ada kartu kita dimuntahin keluar. Akhirnya harus membayar lewat m-banking.


Bayar telepon pasca bayar g bisa. Di menu ada, begitu kita masukkan nomor handphone kita, boro-boro tagihan kita tertera di layar, yang ada kartu kita dilepehin lagi. Akhirnya saya harus ke Grapari membayar telepon pasca bayar.


Ketika suami hendak membayar kartu kreditnya via m banking BSI, juga tak bisa. tak ada pilihan pembayaran kartu kredit di menu. Dibayar pakai ATM, juga tak bisa karena tak ada pilihannya di menu.


Dan yang lebih tak masuk akal, transfer ke bank lain via ATM BSI juga tak bisa!! Kartu kembali dikeluarkan tiap hendak transfer antar bank.


Pakai m-banking bisa, tapi terbatas. Tak bisa ke semua bank yang ada di Indonesia. Salah satunya bank BJB Syariah tidak ada.


Kemampuan ATM BSI, jauh di bawah ATM bank syariah sebelumnya. Begitu pula dengan kemampuan m-bankingnya.


Padahal ATM ini digunakan oleh semua lapisan masyarakat. Sedangkan m-banking rata-rata hanya masyarakat perkotaan. Yang terdidik. Tidak semua masyarakat bisa menggunakan m-banking.


Buat apa merger kalau malah menyulitkan nasabah? Kalau sistem belum siap, kenapa nasabah dipaksa segera migrasi ke BSI? Memaksa migrasi dengan cara yang kurang manusiawi. Blokir rekening. Membuat nasabah keteteran ketika butuh dana buat makan dan keperluan lainnya.


Dan setelah dipaksa migrasi, eeh...sistem acak kadut.


Kalau begini caranya, yang ada nasabah kabur lagi ke bank konvensional, karena kemudahan dalam bertransaksi keuangan dan kemudahan pelayanan. Kalau nasabah kabur karena buruknya sistem, tentu BSI bisa merugi.


Yang ini bukan khayalan. Dari pihak bank BSI, mengakui, nasabah-nasabah mulai menarik dananya dan pindah ke bank konvensional.


Kalau sudah begini, yakin bisa memajukan ekonomi syariah qq bank syariah? Dan mendorong Indonesia menjadi pusat keuangan syariah global? Jauh panggang dari api kayaknya.


Kalau tujuannya untuk mematikan bank syariah, dan membuat umat Islam kembali ke sistem ribawi siih....kayaknya bakal berhasil.


Wahai penguasa, berhentilah menyusahkan rakyat. Kalau tak bisa mempermudah, tolong jangan persulit rakyatmu. 


Kalau tak mampu menjadikan BSI lebih baik, kembalikan saja ke sistem lama. Kembalikan menjadi BNI Syariah lagi, BRI Syariah lagi, Syariah Mandiri lagi. Bank-Bank konvesional itu mampu kok mengelola unit syariahnya.


Karawang, 28 Augustus 2021

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.