Wanna be a President






Dari semalam, Sayyid sudah bilang hari ini tidak mau sekolah karena, "hanya sanlat doang", katanya. Sanlat atau Pesantren Kilat memang agenda rutin tahunan di sekolahnya, Sekolah Alam Karawang, setiap bulan Ramadhan tiba.
Sehabis sahur sampai pagi tadi, tetap ribut tidak mau sekolah. Akhirnya dengan 1 kalimat 'klik' dan acungan 1 jempol, senyum pun terukir di wajahnya dan melangkah dengan gagah ke sekolah.
Kalimat apakah itu?
Meskipun tidak banyak, informasi tentang keadaan negara terutama penegakan hukum yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas, khususnya bagi umat Islam, termasuk kriminalisasi ulama, sampai ke telinga Sayyid.
Suatu hari saat bincang-bicang santai, dengan gregetan dia bilang, "Sayyid nanti nggak jadi pilot, Bu. Mau jadi presiden aja."
"Oh...kenapa? Apa alasan Sayyid mau jadi presiden?", tanya saya.
"Ya...mau merubah keadaan lah", jawabnya yakin.
Wooow.....emejing ðŸ˜ƒ
Alasannya sederhana. Tapi ada visi di sana.
Nah, cita-cita itu yang jadi daya dorong pagi tadi.
"Sayyid mau jadi presiden kan? Presiden harus berilmu terutama ilmu agama". Sambil jempol teracung ke arahnya (Y)
Sungguh, saya tak berharap ia menjadi presiden, mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab, terutama di akhirat kelak. Tapi siapa yang tahu dengan takdir? Yang saya harapkan ia menjadi agent of change terhadap lingkungan, bangsa dan negaranya serta menjadi pribadi nan Sholih yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Tapi kalau untuk menjadi agent of change ia harus menjadi presiden, why not?
semoga Allah memberikan yang terbaik untuknya dan selalu melindunginya setiap langkahnya.
Aamiin....ya rabbal'alamiin.

karawang, 7 Juni 2017

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.